Gara-Gara Makan Bisa Jadi Wali, Ini Perspektif Gus Baha

Gus Baha menjelaskan bahwa banyak orang mungkin merasa tidak ada hubungannya antara makan dan spiritualitas.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Sep 2024, 12:30 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2024, 12:30 WIB
Gus Baha 1
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Wali meerupakan individu yang mencapai kedekatan luar biasa dengan Allah SWT, seringkali melalui ibadah, dzikir, pengabdian kepada kebaikan, dan menghindari segala bentuk kemaksiatan.

Pertanyaannya, mungkinkah dengan makan seseorang bisa menjadi wali Allah?

Dalam ceramahnya, KH Ahmad Bahauddin Nursalim, yang akrab disapa Gus Baha, menjelaskan betapa sederhana dan mendalamnya makna di balik kegiatan sehari-hari, seperti makan.

Dalam pandangannya, tindakan makan bisa menjadi jalan menuju kedekatan dengan Allah, bahkan menjadikan seseorang sebagai wali.

Gus Baha menjelaskan bahwa banyak orang mungkin merasa tidak ada hubungannya antara makan dan spiritualitas.

Namun, ia menekankan bahwa makanan adalah kebutuhan dasar manusia. Ketika seseorang menyadari ketergantungannya pada makanan, dia akan merasakan betapa lemahnya dirinya tanpa pertolongan Allah SWT.

 

 

 

 

 

Simak Video Pilihan Ini

Visa Menjadi Waktu Merenung

Ilustrasi makan bersama keluarga, buka puasa
Ilustrasi makan bersama keluarga, buka puasa. (Photo Copyright by Freepik)

Mengutip tayangan di kanal YouTube @shortceramahislami saat makan, Gus Baha mengajak kita untuk merenung. Ia menyebutkan bahwa ketika seseorang menikmati makanan, dia bisa merasa dekat dengan Allah.

Dalam keadaan tersebut, seseorang mungkin mengucapkan kalimat tawadhu, "Ya Allah, betapa lemah dan kecilnya saya." Kesadaran ini bisa membawa seseorang lebih dekat kepada Sang Pencipta.

Lebih lanjut, Gus Baha menjelaskan bahwa dalam proses makan, terdapat hikmah yang mendalam. Ketika kita mengucapkan syukur setelah makan, kita mengakui bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah anugerah dari Allah.

Hal ini menciptakan rasa syukur yang mendalam, yang bisa menjadi jalan menuju ketulusan hati.

Ada kalanya, seseorang yang tampaknya biasa saja bisa tiba-tiba merasakan kehadiran Allah yang kuat saat makan.

Gus Baha menyebutkan, banyak orang yang merasa terberkati dan mendapatkan hidayah dalam momen-momen sederhana, seperti ketika menyantap makanan.

Momen ini menjadi saksi akan kebesaran Tuhan yang selalu hadir dalam kehidupan sehari-hari.

Gus Baha juga menyoroti bahwa di tengah kesibukan dan keserakahan dunia, kita sering kali lupa untuk bersyukur.

Makan Bisa Jadi Tempat Refleksi

Mengatur Pola Makan yang Baik
Ilustrasi Mengonsumsi Makanan Credit: pexels.com/Stephany

Makan bisa menjadi momen refleksi bagi kita untuk menyadari betapa banyak nikmat yang telah diberikan Allah. Dengan mengingat hal ini, seseorang bisa lebih mudah mengarahkan hatinya kepada Tuhan.

Selain itu, ia menyampaikan bahwa orang yang sering melakukan kegiatan mubah, seperti makan dengan penuh kesadaran, bisa menjadi wali.

Dalam pandangannya, wali tidak hanya lahir dari ibadah yang luar biasa, tetapi juga dari kesadaran akan keberadaan Allah dalam setiap aspek kehidupan, termasuk hal-hal yang dianggap sepele.

Kegiatan makan pun bisa menjadi sarana untuk berbagi dengan orang lain. Gus Baha menyarankan agar kita tidak hanya menikmati makanan sendiri, tetapi juga mengundang teman dan keluarga.

Dalam kebersamaan ini, kita bisa memperkuat tali silaturahmi dan merasakan kebahagiaan yang lebih mendalam.

Ia mengajak kita untuk lebih mendalami hubungan antara makanan, spiritualitas, dan komunitas.

Setiap kali kita duduk untuk makan bersama, kita sebenarnya sedang membangun hubungan dengan orang-orang di sekitar kita, sekaligus mengingatkan diri kita untuk selalu bersyukur kepada Allah.

Gus Baha juga mengingatkan bahwa makanan bukan hanya soal fisik, tetapi juga soal spiritual. Dalam setiap suapan, terdapat kekuatan untuk mendorong kita lebih dekat kepada Allah.

Ia menekankan pentingnya menyadari hal ini agar kita tidak hanya sekadar makan, tetapi juga mendapatkan keberkahan dari setiap makanan yang kita konsumsi.

Sebagai penutup, Gus Baha menegaskan bahwa kita bisa menemukan wali dalam diri kita sendiri melalui tindakan sederhana seperti makan.

Dengan niat yang benar dan kesadaran akan kehadiran Allah, setiap momen bisa menjadi jalan untuk mencapai derajat yang lebih tinggi di hadapan-Nya.

Melalui penjelasan ini, Gus Baha mengajak kita untuk melihat kehidupan dengan kacamata yang lebih luas. Setiap aktivitas sehari-hari, termasuk makan, bisa menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan merasakan kebesaran-Nya.

Dengan demikian, kita diajak untuk lebih menghargai setiap momen yang diberikan-Nya.

Dalam dunia yang serba cepat ini, sering kali kita lupa untuk menghargai hal-hal kecil. Momen makan, yang sering dianggap sepele, ternyata menyimpan potensi besar untuk membawa kita lebih dekat kepada Allah SWT.

Gus Baha dengan cerdas mengajak kita untuk merenung dan mengambil hikmah dari aktivitas sehari-hari yang sering kita anggap biasa.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya