4 Kriteria Lingkungan Kerja Positif yang Harus Dimiliki Seorang Muslim, Tertuang dalam Ayat Al-Quran

Dalam bekerja, lingkungan sangat berpengaruh terhadap orang-orang yang ada di dalamnya. Berikut kriteria lingkungan kerja yang positif menurut al-quran.

oleh Putry Damayanty diperbarui 26 Okt 2024, 13:30 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2024, 13:30 WIB
Karyawan.
Ilustrasi Mandirian atau karyawan Bank Mandiri. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Bekerja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia dengan tujuan memenuhi kebutuhan hidup. Baik kebutuhan diri sendiri maupun keluarga. 

Sebagai pekerja, lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap etos kerja dan nantinya akan berdampak terhadap kinerja seseorang. Sebagai seorang muslim, memiliki etos kerja yang tinggi sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW.

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

Artinya: “Tidak ada seorang pun yang pernah makan-makanan yang lebih baik daripada hasil dari usahanya sendiri. Sesungguhnya Nabi Daud AS biasa makan dari hasil kerjanya sendiri.”

Sama halnya dengan manusia yang memiliki ragam sikap dan kepribadian, begitupun lingkungan kerja yang menghimpun banyak sekali pekerja di dalamnya. Sehingga, memiliki lingkungan kerja yang sehat menjadi idaman setiap pekerja. 

Melansir dari laman NU Online, berikut 4 kriteria lingkungan kerja positif yang tertuang dalam ayat-ayat Al-Qur’an. 

 

Saksikan Video Pilihan ini:

1. Budaya Saling Menghargai

Ilustrasi jabat tangan, karyawan baru
Ilustrasi jabat tangan, karyawan baru. (Image by katemangostar on Freepik)

Suatu lingkungan kerja dikatakan sehat dan positif ketika karyawan maupun lingkungan kerjanya saling menghargai satu sama lain. Keharmonisan dalam lingkungan kerja dapat dinilai dari sifat maupun karakter setiap karyawan. 

Lingkungan kerja yang positif tanpa adanya sikap saling menghina ataupun merendahkan memungkinkan setiap orang di dalamnya akan merasa diterima dan akhirnya dapat mendorong produktivitas dan kolaborasi yang lebih baik lagi dalam dunia kerja. 

Namun, ketika sebuah lingkungan kerja menunjukkan sikap yang toxic bahkan saling merendahkan tentunya akan berdampak terhadap karyawan seperti mudah stres, merasa tidak puas bahkan terlibat konflik internal yang dapat merugikan produktivitas tim. 

Memilih lingkungan kerja yang memiliki budaya saling menghargai terdapat dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 11:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ada (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim.” 

Bahkan, Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya juga menjelaskan bahwa Qur’an surah Al-Hujurat ayat 11 ini menegaskan Allah telah melarang umat manusia untuk saling menghina satu sama lain, sebab boleh jadi yang dihina tersebut memiliki derajat yang lebih tinggi di sisi Allah SWT. 

Kata mengolok-olok dapat dimaknai sebagai bentuk meremehkan dan merendahkan serta menyebutkan aib ataupun kekurangan orang lain dengan tujuan sebagai bahan tertawaan baik perbuatan, perkataan ataupun isyarat. 

2. Keterbukaan Komunikasi Antara Karyawan dan Pimpinan

Ilustrasi Karyawan Teladan
Ilustrasi Karyawan Teladan. (Photo by Rawpixel on Freepik)

Keterbukaan dalam berkomunikasi dalam kerjaan menjadi salah satu ciri lingkungan kerja yang baik. Ketika pekerja dan pemimpin memiliki keterbukaan dalam komunikasi akan membuat integritas yang kuat dan menciptakan lingkungan kerja yang positif dan inovatif. 

Lingkungan kerja yang didominasi oleh pekerja yang lebih mengedepankan prasangka buruk tanpa adanya keterbukaan akan menimbulkan kesalahpahaman dan hal tersebut dianggap lumrah dalam lingkungan tersebut. 

Ketika suasana kerja seperti ini berlarut-larut, maka dapat berujung pada budaya saling menyalahkan dan merusak semangat kerja. Oleh karena itu, keterbukaan dalam dunia kerja menjadi hal yang sangat penting untuk membangun budaya yang kolaboratif dan harmonis. 

Allah SWT telah berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 12:

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Firman Allah SWT di atas juga sejalan dengan pemahaman Syekh Nawawi Al-Bantani yang meminta umat Islam untuk selalu berhati-hati pada setiap prasangka yang muncul hingga diketahui kebenarannya. 

3. Tempat Kerja dan Teman yang Mendukung untuk Berkembang

Pekerja.
Ilustrasi seorang karyawan sedang berbincang.

Kriteria tempat kerja yang positif selanjutnya adalah lingkungan kerja yang mendukung pekerjanya untuk selalu berkembang. Lingkungan kerja yang positif positif dilihat dari bagaimana pemimpin menunjukkan sikap progresif dan pekerja yang baik saling berintegrasi dan mendukung satu sama lain. 

Saling mendukung satu sama lain sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 2:

“Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya.”

Imam Ath-Thabari dalam tafsirnya menjelaskan bahwa firman Allah SWT tersebut merupakan perintah Allah kepada orang-orang beriman untuk saling membantu dalam kebaikan dan takwa. Kebaikan yang dimaksud di sini ialah pekerjaan yang diperintahkan oleh Allah untuk dikerjakan, sedangkan takwa yang dimaksud adalah menjaga diri dari melakukan yang dilarang oleh Allah SWT. 

4. Pemimpin dan Karyawan Amanah dalam Pekerjaannya

Ilustrasi surat lamaran kerja
Ilustrasi surat lamaran kerja. (Photo Copyright by Freepik)

Pemimpin dan karyawan yang menjalankan tugas dengan baik dan menjaga amanah pekerjaannya menjadi kriteria lingkungan kerja yang positif. Pemimpin yang bertanggung jawab akan selalu memastikan bahwa setiap keputusan dan tindakan yang diambil sejalan dengan nilai-nilai kejujuran dan transparansi. 

Begitupun dengan karyawan yang menjaga amanah dalam pekerjaannya akan selalu bekerja dengan integritas, mengedepankan profesionalisme dan berupaya untuk memberikan kontribusi terbaik mereka. 

Allah SWT berfirman dalam Qur’an surah Al-Anfal ayat 27:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul serta janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.”

Menurut Imam Jalaluddin Al-Mahali dalam Tafsir Jalalain amanah yang dimaksud dalam ayat di atas adalah amah agama hingga amanah pekerjaan. Oleh karena itu, menjaga amanah dalam pekerjaan merupakan bagian dari perintah agama. Setiap tindakan yang dilakukan dalam lingkup pekerjaan tidak hanya dinilai dari segi profesional, tetapi juga merupakan wujud dari tanggung jawab moral dan spiritual

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya