Liputan6.com, Jakarta - Kisah Menteri Agama era Bung Karno, KH Saifuddin Zuhri dengan Mbah Mangli, atau KH Hasan Asy'ari, menjadi salah satu cerita menarik yang masih diperbincangkan hingga saat ini.
Kisah ini tak hanya mengungkap kearifan seorang wali, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang adab dan ketawadhuan.
Advertisement
Suatu ketika, KH Saifuddin Zuhri bertemu dengan Mbah Mangli di Bandara Ahmad Yani, Semarang. Pertemuan itu terjadi tanpa diduga. Dalam pertemuan tersebut, Mbah Mangli memberikan sejumlah uang yang cukup besar kepada KH Saifuddin Zuhri.
Advertisement
Uang tersebut bahkan cukup untuk membeli tiket pesawat Garuda bolak-balik Jakarta-Semarang.
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @karomahislam, setibanya di rumah, KH Saifuddin Zuhri menceritakan kepada istrinya tentang uang yang diberikan Mbah Mangli.
Ia pun sempat berkomentar, "Mbah Mangli punya banyak uang, dari mana ya? Kerjanya apa?"
Seminggu kemudian, Mbah Mangli tiba-tiba berkunjung ke rumah KH Saifuddin Zuhri di Jakarta. Kehadiran Mbah Mangli tidak hanya membawa kejutan, tetapi juga jawaban atas pertanyaan yang sempat terlintas di benak KH Saifuddin Zuhri.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Tak Terduga Ini Bisnis Mbah Mangli
Dalam kunjungan itu, Mbah Mangli membuka kantong berisi berlian. "Ini harganya sekian juta, yang ini sekian juta. Bisnis saya jualan berlian. Jadi, kalau saya memberi kamu uang saku segitu, itu masih kecil," ujar Mbah Mangli sambil tersenyum.
Mendengar hal itu, KH Saifuddin Zuhri langsung merasa bersalah. Ia menyadari bahwa dirinya telah menggunjing Mbah Mangli. Dengan penuh kerendahan hati, ia pun meminta maaf.
"Maaf, Mbah. Saya kemarin menggunjing soal uang itu," ucap KH Saifuddin Zuhri.
Mbah Mangli hanya tersenyum dan menerima permintaan maaf tersebut. Sikapnya yang penuh kearifan menunjukkan betapa luas hati seorang wali Allah dalam menghadapi berbagai situasi.
KH Hasan Asy'ari atau Mbah Mangli dikenal sebagai Mursyid Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Selain itu, ia juga merupakan pengikut Tarekat Alawiyah. Sosoknya dihormati sebagai wali Allah yang berasal dari Magelang. Kehidupannya yang sederhana namun penuh hikmah sering menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Kisah ini menjadi pelajaran penting bagi kita semua. Tidak seharusnya seseorang menilai orang lain berdasarkan asumsi semata. Apa yang terlihat di permukaan belum tentu mencerminkan keseluruhan realitas.
Advertisement
Hindari Prasangka Buruk
Selain itu, cerita ini juga menggambarkan betapa pentingnya sikap tawadhu dan lapang dada. KH Saifuddin Zuhri dengan rendah hati mengakui kesalahannya, sementara Mbah Mangli menunjukkan kebesaran hati dengan memaafkan.
Sebagai umat Islam, menjaga lisan dari gunjingan merupakan salah satu hal yang ditekankan dalam ajaran agama. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Hujurat ayat 12, "Janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain."
Kisah ini juga menunjukkan bahwa keberkahan rezeki seseorang tidak hanya tergantung pada usaha, tetapi juga pada hubungan dengan Allah. Mbah Mangli, dengan kesederhanaannya, mampu menunjukkan bahwa keberkahan itu nyata dan dapat dirasakan oleh siapa saja yang menjaga hubungan baik dengan Allah dan sesama manusia.
Melalui kisah ini, kita diajak untuk selalu introspeksi diri dan memperbaiki hubungan dengan Allah serta sesama. Keteladanan Mbah Mangli dan KH Saifuddin Zuhri memberikan inspirasi untuk menjalani hidup dengan lebih bijaksana dan penuh rasa syukur.
Semoga kisah ini menjadi pengingat untuk kita semua agar senantiasa menjaga lisan, menghindari prasangka buruk, dan memperbanyak amal kebaikan. Sebab, kebaikan yang kita tanam hari ini akan menjadi bekal berharga di akhirat kelak.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul