Doa Tahun Baru Islam Bolehkah Dibaca saat Tahun Baru Masehi 2025? Buya Yahya Menjawab

Saat pergantian tahun baru Hijriah, para ulama menganjurkan muslim untuk membaca doa akhir dan awal tahun. Lantas, bolehkah jika dibaca saat tahun baru Masehi 2025?

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 30 Des 2024, 03:30 WIB
Diterbitkan 30 Des 2024, 03:30 WIB
Ilustrasi membaca doa. (dok.freepik.com)
Ilustrasi membaca doa. (dok.freepik.com)

Liputan6.com, Jakarta - Pergantian tahun baru Masehi menjadi momen yang ditunggu-tunggu, tak terkecuali bagi umat Islam di Indonesia. Sejumlah komunitas muslim menyiapkan berbagai acara untuk mengisi pergantian tahun Masehi.

Muslim memang memiliki sistem penanggalan sendiri yakni kalender Hijriah. Akan tetapi, kalender Masehi menjadi sistem penanggalan yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Makanya, tidak jarang muslim yang turut merayakan tahun baru Masehi. Bahkan, Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya juga tidak mempermasalahkan tahun baru Masehi dirayakan selama diisi dengan kegiatan-kegiatan positif dan tidak melakukan kemaksiatan.

Saat pergantian tahun baru Hijriah, para ulama menganjurkan muslim untuk membaca doa akhir dan awal tahun. Doa akhir tahun dibaca setelah Ashar hingga sebelum Maghrib dan doa awal tahun dibaca setelah Maghrib.

Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah boleh doa tahun baru Hijriah dibaca saat tahun baru Masehi 2025? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Soal doa akhir dan awal tahun ini, KH Yahya Zainul Maarif atau Buya Yahya menjelaskan dengan gamblang.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Membaca Doa saat Pergantian Tahun Baru Masehi

Doa Niat Puasa Ayyamul Bidh
Ilustrasi muslimah, Islami. Credit: freepik.com

Menurut Buya Yahya, pada dasarnya membaca doa bisa dilakukan kapan saja termasuk saat momen tahun baru Masehi.

“Kalau untuk berdoa boleh, karena doa itu kapan saja. Barangkali tahun baru Masehi nanti ada yang kumpul di masjid untuk berdoa mendoakan semoga mereka itu sadar tobat, tapi tidak di alun-alun ya,” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Radioqu, Ahad (29/12/2024).

Membaca doa di tahun baru Masehi adalah kegiatan yang positif. Menurut Buya Yahya, hal tersebut bisa mengubah budaya yang biasanya mengisi tahun baru Masehi dengan kegiatan-kegiatan yang mengarah kemaksiatan.

“Jadi boleh membaca doa semacam itu gak masalah. Ini justru untuk mengubah budaya. Karena memperingati tahun baru Masehi secara hakikatnya gak ada masalah,” katanya.

Membaca Doa Tahun Baru Hijriah saat Pergantian Tahun Baru Masehi

Ilustrasi memanjatkan doa
Ilustrasi memanjatkan doa. (Photo Copyright by Freepik)

Terkait doa tahun baru Hijriah dibaca saat tahun baru Masehi pernah diulas oleh Founder Aswaja Muda, Ahmad Muntaha AM di salah satu artikel yang ditayangkan oleh laman Keislaman Nahdlatul Ulama (NU Online).

Mengutip situs tersebut, sebenarnya doa tahun baru Islam itu pun bukan doa yang warid atau ma'tsur yang bersumber langsung dari Nabi Muhammad saw. Doa tahun baru Islam, sejauh penelusuran penulis, bersumber dari doa pilihan para ulama.

Sekadar contoh, doa tahun baru dikutip dari kitab Kanzun Najah was Surur karya Syekh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Kudus bin Abdil Qadir (w 1335 H) dan dari  kitab Al-Fathul Mubin wad Durrut Tsamin karya Syekh Abdullah bin Muhammad Al-Khayyath Al-Harusyi (1175 H), ulama sufi asal kota Fes Maroko. 

Lalu andaikan doa tahun baru itu dibaca saat tahun baru Masehi, apakah boleh? 

Tentu saja boleh, asalkan tidak meyakini doa itu sebagai doa warid atau yang bersumber langsung dari Nabi saw serta tidak meyakininya secara khusus sebagai kesunahan saat tahun baru Masehi. Namun membacanya dengan dasar kesunahan berdoa secara umum di waktu kapanpun.

Hal ini seperti kasus membaca doa taradhi atau memohon ridha untuk para sahabat di sela-sela tarawih. Jika meyakininya sebagai kesunnahan khusus pada waktu tersebut, maka tidaklah boleh. Namun boleh membacanya dengan dasar kesunnahan berdoa secara umum.

Boleh Dibaca

Mengenal Bulan Rajab
Ilustrasi Berdoa Credit: shutterstock.com

Dalam kitab Bughyatul Mustarsyidin dijelaskan,

وأما الترضي عن الصحابة فلم يرد بخصوصه هنا كبين تسليمات التراويح ، بل هو بدعة إن أتي به يقصد أنه سنة في هذا المحل بخصوصه ، لا إن أتي به بقصد كونه سنة من حيث العموم 

Artinya: “Adapun doa taradhi untuk para sahabat maka tidak ada dalil khususnya dibaca sebelum mengumandangkan iqamah dan azan, sebagaimana di sela-sela shalat tarawih. Bahkan doa itu menjadi bid'ah bila orang membacanya dengan maksud menjadikannya sebagai kesunahan yang khusus pada waktu.

Tapi tidak bid'ah bila orang yang membacanya dengan maksud menjadikannya sebagai kesunahan secara umum.” (Abdurrahman bin Muhammad Baalawi, Bughyatul Mustarsyidin, halaman 74).

Dari sini menjadi jelas, asalkan tidak meyakini doa itu adalah doa yang bersumber langsung dari Nabi saw dan tidak meyakininya secara khusus sunah dibaca saat tahun baru Masehi, maka doa tahun baru Islam tidak masalah dibaca pada tahun baru Masehi. Wallahu a'lam.

Wallahu a’lam.

    

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya