Liputan6.com, Jakarta - Dalam kajian keislaman, banyak orang sering bertanya-tanya soal prioritas antara umrah atau haji. Pertanyaan ini juga sering diajukan kepada KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau Gus Baha, yang dikenal sebagai pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Lembaga Pembinaan, Pendidikan, dan Pengembangan Ilmu Al-Qur'an (LP3IA) Rembang, Jawa Tengah.
Dalam sebuah ceramah, Gus Baha mengungkapkan bahwa ia sering mendapatkan pertanyaan semacam ini dari berbagai kalangan. Bahkan, perdebatan terkait hukum umrah dan haji sering menjadi bahan diskusi mendalam dalam forum-forum keagamaan.
Advertisement
“Berkali-kali saya didebat kiai soal ini. Banyak yang tanya, ‘Gus, saya punya uang Rp25 juta. Kalau haji di Rembang harus antre bertahun-tahun. Dalam fiqih kan tidak boleh umrah mendahului haji. Jadi, bagaimana?’” kata Gus Baha yang dirangkum dari tayangan di kanal YouTube @JagaHatii.
Advertisement
Gus Baha menjelaskan bahwa ada pendekatan berbeda untuk menyikapi persoalan ini. Jika ditanya kepada Kiai pada umumnya, jawabannya biasanya adalah mendahulukan daftar haji karena itu wajib. Namun, Gus Baha memberikan sudut pandang yang unik dan menohok.
Dalam salah satu ceritanya, seorang warga yang berusia 50 tahun bertanya kepada Gus Baha, “Gus, kalau saya menunggu antrean haji, saya takut keburu meninggal. Bagaimana menurut panjenengan?”
Mendengar hal itu, Gus Baha justru menanyakan kembali, “Apakah kamu sudah sangat kangen dengan Kanjeng Nabi?” Warga itu langsung menjawab dengan penuh semangat, “Iya, Gus. Saya kangen banget.”
Gus Baha lantas memberikan jawaban yang tak terduga. “Yo wis, nek kangen banget, budhal umrah. Nanti aku yang tanggung jawab,” katanya tegas.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Kalau Kangen Rasulullah ya Berangkat Umrah, Tak Usah Tunggu Haji
Jawaban ini membuat warga tersebut ragu karena mengingat banyak Kiai lain yang menyarankan untuk tidak mendahulukan umrah sebelum haji. “Tapi, Gus, katanya Kiai itu tidak boleh, karena umrah sunnah dan haji wajib,” tanyanya lagi.
Gus Baha dengan santai menjawab, “Kangen itu ora ono hukume. Nak kangen, yo berangkat. Tidak ada hukum khusus soal kangen. Membedakan sunnah dan wajib itu hanya berlaku kalau tidak ada rasa kangen.”
Pendekatan Gus Baha ini menitikberatkan pada esensi perasaan cinta dan rindu kepada Rasulullah. Baginya, rasa kangen kepada Nabi Muhammad SAW adalah alasan yang sah untuk segera melaksanakan umrah.
Akhirnya, warga tersebut berangkat umrah setelah mendengar penjelasan Gus Baha. Perasaan ragu yang semula menghalanginya tergantikan oleh keyakinan untuk memenuhi kerinduannya kepada Rasulullah.
Dalam penjelasannya, Gus Baha menekankan pentingnya memahami agama tidak hanya dari sisi hukum formal, tetapi juga dari sisi esensi dan rasa. Baginya, agama harus dirasakan sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya.
“Agama itu tidak kaku. Kalau kamu kangen sama Nabi, itu alasan yang kuat untuk bertemu melalui ibadah seperti umrah,” jelas Gus Baha.
Lebih lanjut, Gus Baha juga menyoroti bagaimana pendekatan yang terlalu tekstual terhadap agama bisa menghilangkan sisi emosional dan spiritual. Padahal, agama Islam sangat menghargai perasaan dan niat baik dalam beribadah.
Advertisement
Pendekatan Spesial dari Gus Baha
“Kadang kita terlalu sibuk memikirkan hukum wajib dan sunnah, sampai lupa bahwa kangen itu bisa menjadi alasan yang sangat kuat untuk beribadah,” ungkapnya.
Menurut Gus Baha, rasa rindu kepada Rasulullah adalah bentuk ibadah tersendiri. Orang yang memiliki rasa rindu ini biasanya akan mendapatkan keberkahan dalam setiap langkah ibadahnya.
“Orang yang kangen sama Nabi itu pasti diberi kemudahan. Allah tahu isi hati kita, dan Rasulullah pun akan mendoakan umatnya yang rindu kepadanya,” lanjutnya.
Pendekatan Gus Baha yang sederhana namun penuh makna ini menjadi pelajaran penting bagi umat Islam untuk lebih memahami esensi agama. Ibadah tidak hanya soal aturan, tetapi juga soal hati dan niat.
Dalam kehidupan sehari-hari, Gus Baha mengingatkan bahwa agama harus menjadi sumber kebahagiaan, bukan beban. Dengan memahami esensi ibadah, seseorang akan lebih mudah menjalani kehidupan dengan penuh keikhlasan.
“Sudah, kalau kamu kangen, jangan ragu. Lakukan yang terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya,” tutup Gus Baha.
Melalui kisah ini, Gus Baha mengajarkan kepada umat Islam bahwa rasa cinta dan rindu kepada Rasulullah dapat menjadi motivasi besar untuk beribadah. Dengan mendahulukan rasa tersebut, seseorang akan merasakan kebahagiaan yang hakiki dalam menjalani agama.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul