Liputan6.com, Jakarta - Kisah Nabi Muhammad SAW yang penuh kasih dan harapan kembali disampaikan oleh Gus Baha dalam ceramahnya. Ia mengingatkan pentingnya tidak terlalu membenci seseorang, meskipun orang tersebut dikenal memiliki sifat buruk.
Dalam ceramahnya, Gus Baha mengajak umat Islam untuk melihat segala sesuatu dengan sudut pandang yang lebih luas. Ia mengingatkan bahwa setiap manusia bisa menjadi jalan bagi Allah untuk menunjukkan hidayah.
Advertisement
Penjelasan ini dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @RTXMULTYMEDYA. Dalam video tersebut, Gus Baha menyampaikan bagaimana Rasulullah SAW selalu mengedepankan harapan, bahkan terhadap musuh-musuhnya.
Advertisement
“Jangan benci orang terlalu berlebihan karena dia thaghut. Jangan-jangan Allah punya rencana memberi hidayah kepada dia atau mungkin dari dia nanti lahir orang-orang Islam yang saleh,” ujar Gus Baha.
Gus Baha kemudian mengisahkan dialog antara Malaikat Jibril dan Nabi Muhammad SAW. Saat itu, Jibril menawarkan bantuan untuk membinasakan musuh-musuh Nabi yang terus menentang dakwah Islam.
Namun, Nabi Muhammad SAW menolak tawaran tersebut dengan alasan yang sangat bijaksana. Nabi menyadari bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk berubah, bahkan musuh sekalipun.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Jangan Menghakimi dan Membenci Orang Lain
“Nabi Muhammad SAW menjawab, tidak. Tidak bisa. Bisa saja sekarang dia kafir, tapi anak turunannya menjadi Islam,” kata Gus Baha menjelaskan jawaban Rasulullah.
Ia mencontohkan bagaimana tokoh-tokoh besar seperti Abu Jahal, Abu Lahab, dan Walid bin Mughirah yang menjadi musuh besar Rasulullah SAW pada masa itu, ternyata memiliki keturunan yang menjadi Muslim yang baik.
“Betul, Abu Jahal punya anak bernama Ikrimah. Abu Lahab punya anak bernama Daroh. Bahkan, Walid yang musuh besar Nabi itu punya anak Khalid, dan Khalid menjadi Muslim yang luar biasa,” tambahnya.
Menurut Gus Baha, sikap penuh harapan yang ditunjukkan Rasulullah SAW menjadi pelajaran penting bagi umat Islam. Sebagai manusia, kita tidak boleh terlalu cepat menghakimi atau membenci seseorang tanpa mengetahui rencana Allah di baliknya.
Ia menekankan bahwa agama Islam adalah agama yang penuh dengan harapan. Dalam agama ini, manusia diajarkan untuk selalu mengupayakan perdamaian dan kebaikan, baik dalam hubungan antarindividu maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
“Saya selalu berharap agama ini untuk orang-orang yang selalu punya harapan. Harapan bahwa manusia bisa berubah menjadi lebih baik, bahwa kedamaian bisa tercapai,” ujar Gus Baha.
Ceramah ini memberikan pengingat bagi umat Islam untuk selalu berpikir positif terhadap sesama manusia, meskipun orang tersebut memiliki kekurangan. Sebagai manusia, tugas kita adalah mendoakan dan berharap yang terbaik bagi setiap individu.
Advertisement
Ini Tugas Kita, Berharap Kepada Allah SWT
Menurut Gus Baha, manusia yang selalu penuh harapan akan lebih mudah menerima ketetapan Allah, baik yang terlihat baik maupun yang dirasa buruk. Sikap seperti ini, menurutnya, akan membawa kedamaian dalam hidup.
“Sudah, kita serahkan ini kepada Allah. Tugas kita adalah berharap yang terbaik. Biarlah Allah yang memutuskan. Kita hanya perlu ikhlas dan terus berbuat baik,” katanya.
Ia juga menyampaikan bahwa sikap ikhlas ini harus diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Mulai dari berinteraksi dengan sesama hingga menjalankan tugas-tugas keagamaan.
Gus Baha mengajak umat Islam untuk tidak mudah putus asa dalam menyebarkan kebaikan. Meskipun menghadapi banyak rintangan, seorang Muslim harus terus berusaha memberikan yang terbaik untuk sesama.
Ceramah ini ditutup dengan doa dan harapan Gus Baha agar umat Islam selalu diberikan kekuatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Ia berharap setiap Muslim bisa menjadi teladan yang baik bagi lingkungannya.
Melalui pesan ini, Gus Baha mengingatkan kembali kepada umat Islam bahwa kehidupan adalah ladang untuk menanam benih kebaikan. Apa yang ditanam hari ini akan menentukan hasil yang dituai di kemudian hari.
Dengan memahami pesan ini, umat Islam diharapkan dapat hidup dengan lebih damai dan penuh toleransi. Tidak ada tempat untuk kebencian yang berlebihan, karena di balik setiap manusia, selalu ada potensi kebaikan yang bisa muncul.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul