Gus Baha Beberkan Kedudukan Para Pencari Ilmu, Ternyata Derajatnya Tinggi Banget

Setelah Allah SWT, malaikat berada di urutan kedua karena mereka langsung melihat realitas akhirat. Sedangkan manusia yang menempati posisi ketiga dalam keimanan tertinggi adalah para Ulul Ilmi atau pencari ilmu.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Feb 2025, 22:30 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2025, 22:30 WIB
Tadarus Al-Qur’an Raksasa di Masjid Yaman
Pencari ilmu yang sedang membaca Al-Qur'an. (MOHAMMED HUWAIS/AFP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Mencari ilmu adalah salah satu jalan utama menuju pemahaman agama yang lebih dalam. Para pencari ilmu memiliki kedudukan tinggi dalam Islam, bahkan diibaratkan memiliki keimanan yang mendekati malaikat.

Gus Baha, pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA Rembang, menegaskan bahwa orang yang senang mencari ilmu, terutama ilmu agama, memiliki keutamaan yang luar biasa. Dalam ceramahnya, ia mengajak untuk lebih mencintai Al-Qur’an dan memahami tauhid dengan pendekatan akal.

“Semua yang senang Al-Qur’an itu harus senang sampai seperti saya, sehingga tahu mencari Tuhan dengan cara tauhid yang berbasis akal. Itu sedhohir imannya malaikat,” ujar Gus Baha dalam ceramahnya, yang dinukil dari tayangan video di kanal YouTube @takmiralmukmin

Menurutnya, dalam urutan keimanan, Allah SWT adalah yang paling utama. Kemudian, setelah Allah, ada malaikat yang keimanannya sudah pasti karena langsung menyaksikan surga dan neraka.

“Kalau di klasemen iman manusia, pencari ilmu atau Ulul Ilmi itu nomor satu dalam praktiknya. Karena nomor satu itu Allah, sudah jelas. Allah berfirman, syahidallahu annahu laa ilaaha illa huwa (Allah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Dia),” lanjutnya.

Setelah Allah, malaikat berada di urutan kedua karena mereka langsung melihat realitas akhirat. Sedangkan manusia yang menempati posisi ketiga dalam keimanan tertinggi adalah para Ulul Ilmi atau pencari ilmu.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Posisi Ulul Ilmi yang Dijelaskan Gus Baha

Gus Baha
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha (TikTok)... Selengkapnya

Wa Ulul Ilmi. Berarti kalau kompetisinya antar manusia, nomor berapa? Nomor satu kan?” tanya Gus Baha kepada jemaah, yang kemudian direspons dengan anggukan setuju.

Menurutnya, posisi Ulul Ilmi ini sangat istimewa karena keimanan mereka tidak dilandasi keraguan. Mereka memahami tauhid dengan pendekatan akal yang kuat, sehingga memiliki keyakinan yang kokoh.

“Cara iman Ulul Ilmi itu nggak ada ragunya sama sekali. Kamu ragu nggak kalau dua cabang berasal dari satu asalnya? Nggak pernah ragu, semua gambar seruwet apapun dimulai dari satu titik. Ragu nggak? Nggak kan?” ujarnya sambil memberi contoh logika sederhana.

Penjelasan ini menggambarkan bahwa keimanan berbasis ilmu tidak sekadar ikut-ikutan, melainkan lahir dari pemahaman mendalam yang diperoleh melalui pemikiran dan pencarian kebenaran.

Menurut Gus Baha, mukjizat terbesar Nabi Muhammad adalah Al-Qur’an. Sebab, di dalamnya terdapat hukum-hukum akal yang sangat kuat, logika peradaban, serta berbagai ilmu yang tidak bisa dibantah.

Mukjizat Al-Qur’an tidak hanya terletak pada keindahan bahasanya, tetapi juga pada kandungan ilmunya yang dapat diuji dengan akal dan logika.

“Makanya mukjizat terbesarnya Nabi karena Al-Qur’an cerita tentang hukum-hukum akal, cerita tentang logika-logika peradaban,” tegasnya.

Ini yang Terjadi dengan Keimanan Pencari Ilmu

Ilustrasi Islami, muslim, mengaji, membaca Al-Qur'an
Ilustrasi Islami, muslim, mengaji, membaca Al-Qur'an. (Foto oleh Timur Weber: https://www.pexels.com/id-id/foto/duduk-anak-orang-tua-membaca-9127593/)... Selengkapnya

Dalam Al-Qur’an, banyak ayat yang mengajak manusia untuk berpikir, merenung, dan memahami tanda-tanda kebesaran Allah dengan akal. Salah satunya adalah firman Allah:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi Ulul Albab (orang-orang yang berakal)." (QS. Ali Imran: 190)

Ayat ini menunjukkan bagaimana Al-Qur’an sangat mendorong manusia untuk menggunakan akal dalam memahami keimanan.

Gus Baha menjelaskan bahwa semakin seseorang menekuni ilmu, semakin kokoh pula keimanannya. Sebab, segala sesuatu yang diciptakan Allah memiliki keteraturan dan logika yang bisa dipahami.

Dalam sejarah Islam, banyak ulama besar yang mencapai derajat keimanan tinggi melalui pencarian ilmu, di antaranya Imam Al-Ghazali, Ibnu Sina, dan Fakhruddin Ar-Razi.

Keimanan berbasis ilmu membuat seseorang tidak mudah terpengaruh oleh keraguan dan godaan yang bisa menggoyahkan keyakinan.

Oleh karena itu, menurut Gus Baha, pencari ilmu harus memiliki semangat yang kuat untuk terus belajar dan menggali pemahaman tauhid yang benar.

Dengan memahami tauhid secara mendalam, seorang Muslim akan lebih yakin dalam menjalani kehidupan, tanpa tergoda oleh pemikiran-pemikiran yang menyesatkan.

Keutamaan Ulul Ilmi juga disebutkan dalam hadis Rasulullah yang berbunyi:

"Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim)

Hadis ini semakin menegaskan bahwa mencari ilmu adalah jalan yang penuh berkah dan menjadi salah satu cara terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Pada akhirnya, keimanan berbasis ilmu bukan hanya membuat seseorang lebih paham tentang agama, tetapi juga lebih bijak dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya