Menilik Transisi Lahirnya Lenong Betawi

Hingga kini, lenong masih terus berkembang dan dilestarikan sebagai salah satu kesenian tradisional yang berkembang di Betawi.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 22 Mar 2025, 03:00 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2025, 03:00 WIB
Lenong Betawi Virtual
Seniman lenong Betawi saat tampil secara virtual di Jakarta, Selasa (8/12/2020). Kegiatan tersebut bertujuan untuk memberdayakan kembali seniman Betawi yang sempat terhenti di masa pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Faizal Fanani)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Lenong merupakan kesenian teater komedi tradisional yang berkembang di Betawi. Kesenian ini menggabungkan unsur komedi, musik, tari, dan dialog yang khas dalam bahasa Betawi.

Mengutip dari senibudayabetawi.com, lenong tak lahir begitu saja hingga akhirnya menjadi salah satu seni yang cukup ikonis di Betawi. Jauh sebelum lahirnya lenong, ada wayang dermuluk, wayang sumedar, dan wayang senggol.

Wayang dermuluk adalah bentuk teater lampau yang umumnya menampilkan cerita-cerita klasik tentang kerajaan dan bangsawan, seperti Hikayat Indra Bangsawan dan Hikayat Abdul Muluk. Pada 1923, terjadi perubahan signifikan dari wayang dermuluk yang bertransformasi menjadi Wayang Sumedar.

Beberapa perbedaan mencolok antara wayang dermuluk dan wayang sumedar terlihat pada dekorasi panggungnya. Wayang dermuluk menggunakan kelambu yang dihiasi dengan rangkaian batu marjan, sehingga memberikan kesan mewah dan megah. Sementara itu, wayang sumedar memiliki dekorasi yang lebih sederhana dengan menggunakan krey atau tirai.

Terkait pengiring musiknya, wayang dermuluk umumnya menggunakan alat musik pengiring tambur barongsai. Sementara pada wayang sumedar menggunakan tambur tanji.

Wayang semudar inilah yang akhirnya menjadi jembatan penghubung krusial dalam evolusi teater Betawi atau lenong. Wayang sumedar menjadi fase terpenting lahirnya lenong.

Umumnya, wayang sumedar menggunakan layar polos yang sekaligus berfungsi sebagai pembatas panggung dan ruang tunggu pemain. Cerita yang dipentaskan dalam wayang sumedar biasanya menggunakan cerita komedi bangsawan, seperti peran komedi bangsawan dalam Jula Juli Bintang Tujuh, Saiful Muluk, hingga Indra Bangsawan. Hal tersebut sekaligus memperlihatkan karakter wayang sumedar yang cenderung kuat pada lnong denes.

Sebelum wayang sumedar bertransformasi menjadi lenong, terdapat tahap transformasi menjadi wayang senggol. Sebutan tersebut merujuk pada adegan peperangan yang dilakukan dengan cara menyenggolkan badan.

Kesamaan wayang sumedar dan wayang senggol dapat dilihat melalui dua unsur, yaitu layar dan dekorasi. Wayang sumedar menggunakan layar polos, sedangkan wayang senggol menggunakan layar yang dipenuhi lukisan-lukisan yang mengilustrasikan latar-latar pada alur cerita.

Pada 1926, istilah lenong mulai muncul dan perlahan menjadi semakin populer. Kemunculan lenong ditandai dengan perubahan musik pengiring yang menggunakan gambang kromong, sebuah orkestra musik tradisional Betawi yang khas.

Asal-usul istilah lenong memiliki beberapa versi, salah satunya menyebutkan bahwa istilah ini berasal dari kata 'le-on-ong'. Kata tersebut merupakan tiruan bunyi-bunyian musik pengiring. Versi lain mengatakan bahwa lenong berkaitan dengan nama salah satu tokoh atau pemain teater pada masa itu.

Saat ini, lenong Betawi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu lenong denes dan lenong preman. Lenong denes merujuk pada dialek Betawi denes yang artinya dinas atau resmi.

Lenong denes umumnya menceritakan kisah berlatar kerajaan dan bangsawan. Sementara itu, lenong preman adalah kebalikan dari lenong denes.

Penyebutan lenong preman merujuk pada penggunaan bahasa dan kostum para pemainnya yang bersifat keseharian. Lenong ini menceritakan kisah keseharian sekaligus membawakan lakon jago sehingga juga bisa disebut sebagai lenong jago.

Hingga kini, lenong masih terus berkembang dan dilestarikan sebagai salah satu kesenian tradisional yang berkembang di Betawi. Lenong Betawi telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Penulis: Resla

Promosi 1

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya