Berikut Cara dan Perbedaan Melakukan Laporan SPT Perseorangan dan Badan Usaha secara Online

Dengan adanya proses laporan SPT Tahunan secara daring, setiap warga negara yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tidak perlu datang lagi ke kantor pajak seperti tahun sebelumnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Mar 2022, 22:00 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2022, 22:00 WIB
Pemerintah Peroleh Pajak Rp2,48 Triliun dari Program PPS
Wajib pajak mencari informasi mengenai Program Pengungkapan Sukarela (PPS) di kantor pelayanan pajak pratama di Jakarta, Senin (7/3/2022). Ditjen Pajak Kementerian Keuangan mencatat bahwa hingga Senin (7/3/2022), terdapat 19.703 wajib pajak yang mendaftar program PPS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jatim - Berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya, proses pemberitahuan tahunan atau SPT tahunan wajib pajak dilakukan secara daring atau online. Hal ini dilakukan agar membayar pajak dapat dilakukan di mana saja.

Terutama dalam mengatasi penyebaran virus Covid-19 yang masih mewabah di Tanah Air. Dengan adanya proses laporan SPT Tahunan secara daring, setiap warga negara yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tidak perlu datang lagi ke kantor pajak seperti tahun sebelumnya.

Terdapat dua perbedaan dalam melakukan wajib pajak, yaitu SPT tahunan orang secara Pribadi, dan SPT tahunan yang diperuntukkan kepada badan usaha. Berikut perbedaan cara melakukan pelaporan SPT Badan Usaha.

Pelapor SPT tahunan orang pribadi dilakukan sengan cara sebagai berikut:

1. Buka laman djponline.pajak.go.id

2. Login dengan mengisi kolam NPWP, kata sandi, dan kode keamanan/CAPTCHA

3. Pilih menu Lapor, lalu klik e-Filing. Kemudian, pilih Buat SPT Baca Juga : 66 Hari Tax Amnesty Jilid II, Pemerintah Raup PPh Rp2,48 Triliun

4. Ikuti Panduan Pengisian e-Filing

5. Isi data formulir berupa tahun pajak, status SPT, dan status pembetulan

6. Isi Bagian A. Poin (1) penghasilan bruto selama setahun, poin (2) isi data pengurang, poin (1) penghasilan bruto selama setahun, poin (2) isi data pengurang, poin (3) pilih Penghasilan Tidak Kena Pajak, poin (6) isikan nilai Pph yang telah dipotong perusahaan

7. Jika status nihil, klik Lanjut ke B dan isi sesuai instruksi

8. Lalu, lanjut ke Bagian C dan isi nominal data dan utang sesuai instruksi

9. Kemudian, lanjut ke Bagian D. Centang Setuju jika data sudah benar

10. Copy dan paste kode verifikasi yang dikirim melalui email wajib ke kolom paling akhir dan klik Kirim SPT.

11. Kembali buka email untuk melihat Bukti Penerimaan Elektronik (BPE) SPT.

 

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Pajak pribadi dengan Penghasilan di Atas Rp60 Juta

1. Buka laman djponline.pajak.go.id

2. Login dengan memasukkan NPWP, kata sandi, dan kode keamanan/CAPTCHA

3. Pilih menu Lapor, lalu klik e-Filing. Kemudian pilih Buat SPT

4. Jika sudah tahu cara mengisi formulir, pilih pengisian form Dengan Bentuk Formulir. Sementara, jika ingin dipandu, silakan pilih pengisian form Dengan panduan.

5. Isi data formulir, seperti Tahun Pajak, Status SPT, dan Pembetulan (jika mengajukan pembetulan SPT)

6. Tambahkan Bukti Pemotongan Pajak di langkah ke dua atau klik Tambah+, jika memiliki.

7. Isi data Bukti Potong Baru yang terdiri dari Jenis Pajak, NPWP Pemotong/Pemungut Pajak, Nama Pemotong/Pemungut Pajak, Nomor Bukti Pemotongan/Pemungutan, Tanggal Bukti Pemotongan/Pemungutan, dan Jumlah PPh yang Dipotong/Dipungut.

8. Masukkan Penghasilan Neto Dalam Negeri Sehubungan dengan Pekerjaan

9. Masukkan Penghasilan Dalam Negeri Lainnya, bila ada

10. Masukkan Penghasilan Luar Negeri, bila ada.

11. Masukkan Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak, bila ada

12. Masukkan Penghasilan yang telah dipotong PPh Final, bila ada

13. Tambahkan Harta yang Anda miliki. Jika tahun sebelumnya Anda sudah melaporkan daftar harta dalam e-filing, tinggal klik Harta Pada SPT Tahun Lalu.

14. Tambahkan Utang yang Anda miliki. Jika tahun sebelumnya Anda sudah melaporkan daftar utang dalam e-filing, klik Utang Pada SPT Tahun Lalu

15. Tambahkan tanggungan yang Anda miliki. Jika tahun sebelumnya Anda sudah melaporkan daftar tanggungan dalam e-filing, cukup klik Tanggungan Pada SPT Tahun Lalu

16. Isilah Zakat/Sumbangan Keagamaan Wajib yang Anda bayarkan ke Lembaga Pengelola yang disahkan oleh Pemerintah

17. Isi Status Kewajiban Perpajakan Suami Istri yang sesuai

18. Isi pengembalian/pengurangan PPh Pasal 24 dari penghasilan Luar Negeri, bila ada

19. Isi Pembayaran PPh Pasal 25 dan Pokok SPT PPh Pasal 25, bila ada

20. Cek Penghitungan Pajak Penghasilan (PPh). Jika Nihil klik Langkah Berikutnya. Jika kurang bayar, akan ada pertanyaan lanjutan. Apabila belum bayar, akan ada perintah untuk pembuatan e-Billing (isi nomor transaksi serta tanggal dan jumlah pembayaran, jika sudah bayar). Jika SPT lebih bayar, silakan unggah dokumen pendukung.

21. Konfirmasi dengan klik Setuju/Agree pada kotak yang tersedia dan pilih Langkah Berikutnya. Adapun, jika terlambat melapor SPT tahunan, maka wajib pajak akan dikenakan denda seperti tercantum dalam UU Ketentuan Umum Perpajakan, yaitu sebesar Rp100.000 untuk wajib pajak pribadi dan Rp1 juta untuk wajib pajak badan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya