Respons Legislator Farhan Terkait Ultimatum Amerika Serikat Pada G20

Indonesia harus semakin massif membangun kepercayaan kepada peserta dalam perhelatan G20

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Apr 2022, 05:00 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2022, 05:00 WIB
Respons Legislator Farhan Terkait Ultimatum Amerika Serikat Pada G20
Anggota DPR RI Muhammad Farhan meminta pemerintah segera lakukan percepatan vaksinasi buster mengingat angka kasus positif covid-19 omicron semakin meningkat. Foto (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Ultimatum yang dilayangkan Amerika Serikat kepada Indonesia terkait perhelatan Presidenso G20 mendapat respon Anggota DPR RI Muhammad Farhan. 

Ia menekankan bahwa Imbas konflik Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan ini dinilai jadi momentum Indonesia menegaskan sikap netral.

Farhan meminta Pemerintah harus tegas dalam menentukan sikap atas hal itu karena Indonesia dipastikan memiliki positioning besar dalam kesuksesan G20.

"Pernyataan Menteri Keuangan Amerika ini membuat kita agak bertanya - tanya, maunya apa ya? Padahal Presiden Biden masih memberikan syarat, bukan harga mati. Beliau mengatakan bahwa apabila Indonesia tidak bisa memenuhi permintaan ini (tidak mengundang Rusia) paling tidak undanglah Ukraina." ujar Farhan Senin, (18/4/2022).

Farhan menilai, sejauh ini belum ada negara-negara peserta G20 secara tegas bersikap terhadap rencana tersebut. Farhan memastikan, Amerika Serikat tidak basa basi atas permintaan tersebut.

Oleh karena itu, Indonesia harus semakin massif membangun kepercayaan kepada peserta. 

"Pernyataan dari Mentri keuangan Amerika Serikat, tapi bukan dari Presiden (Biden) memang menegaskan bahwa mereka sedang mamastikan agar sanksi ekonomi itu memberikan efek yang besar, bukan yang sifatnya basa basi. Sikap politik mereka jadi sangat tegas," katanya.

Dia meminta pemerintah Indonesia hati-hati menyikapi pernyataan Menteri Keuangan AS ini. 

"Walaupun, sampai sekarang belum terihat adanya pernyataan - pernyataan yang mendukung atau bersebrangan dengan Menteri Keuangan Amerika," ujar dia. 

Kolaborasi

Menurutnya, Indonesia harus bisa mengajak kolaborasi atau sikap bersama diantara para menteri luar negeri India, Brazil, anggota-anggota G20 yang lain. 

Saat ini, katanya, merupakan momen diplomasi modern, yaitu menaikan positioning bersama.

"Namun sayangnya sekarang belum ada yang seperti itu. Saatnya sekarang membuat manuver menyeimbangkan hal itu, karena Amerika akan habis-habisan di G20 sehingga bisa saya simpulkan G20 ini bisa jadi The Last Frontier bagi AS mempertahankan hegemoninya di Dunia," ujarnya.

Presiden Rusia Vladimir Putin dikabarkan berencana menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, Indonesia pada Desember 2022. Semenjak invasi Rusia ke Ukraina, rencana kehadiran Rusia ke G20 ini ditentang Amerika Serikat (AS) dan sekutu AS.

Undangan untuk KTT G20 2022 dikirim ke semua negara anggota termasuk Rusia pada 22 Februari 2022 atau dua hari sebelum invasi Rusia ke Ukraina dimulai. 

Namun, Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, mengatakan Rusia harus dikeluarkan dari forum Kelompok 20 ekonomi utama, dan Amerika Serikat akan memboikot sejumlah pertemuan G20 di Indonesia jika pejabat Rusia muncul.

"Presiden Biden menjelaskan, dan saya tentu setuju dengannya, bahwa Rusia tidak bisa menjadi mitra bisnis seperti biasa di lembaga keuangan mana pun," kata Yellen dalam menanggapi sebuah pertanyaan, seperti dikutip Reuters.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya