Mimpi dan Harapan Bung Karno kepada Polisi

Tak dapat dipungkiri, institusi Kepolisian di mata Bung Karno mendapat tempat yang spesial.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Jun 2023, 08:34 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2023, 08:34 WIB
Gubernur Lemhannas Andi Widjajanto. (Liputan6.com/ ist)
Gubernur Lemhannas Andi Widjajanto. (Liputan6.com/ ist)

Liputan6.com, Jakarta - Institusi Kepolisian di mata Bung Karno mendapat tempat yang spesial. Bukan hanya karena mereka menjadi penyelamat nyawanya saat berbagai ancaman pembunuhan datang menghampiri, tapi karena karakternya yang mengayomi masyarakat dan pejuang kemerdekaan sejati.

Hal tersebut terungkap saat Podcast Bung Karno Series bersama Gubernur Lemhannas Andi Widjajanto yang tayang di akun Youtube BKN PDI Perjuangan, Jumat (2/6/2023).

"Penegakan hukum tapi juga pengayom masyarakat memang itu karakter yang unik di polisi Indonesia," katanya.

Berdasar sejarah pembentukannya, lanjut Andi, polisi memang dihuni tiga klaster pasukan. Pertama, Polisi Istimewa (sekarang Brimob) dengan M. Yasin sebagai pimpinannya. Kedua, para pamong praja dan ketiga, laskar rakyat beserta barisan pelopor kemerdekaan Indonesia.

"Polisi diarahkan untuk melaksanakan fungai Bhayangkara Negara dengan dua krakter utamanya pengayom masyarakat dan penjaga ketertiban umum," jelas Andi.

Hal tersebut tak lepas dari tiga pimpinan Polri di awal pembentukan dan proses pemisahan Polri dan TNI yang digagas Presiden Ke-5 Megawati Soekarnoputri.

"RS Soekanto meletakkan sendi-sendi polisi sipil yang modern, Hoegeng yang bersih dan berintegritas dan Awaluddin Djamin yang meletakkan pondasi Tribrata Polri," jelas lulusan Industrial College of Armed Force Amerika Serikat ini.

"Karakter kepamongprajaan harus kuat di polisi negara dan tidak bergaya militeristik. Ini yang dirancang RS Soekanto dan diturunkan ke muridnya, Hoegeng," imbuhnya.

Institusi Kepolisian dengan karakter unik ini memang memiliki beragam masalah. Namun, kata Andi, solusi terbaik harus datang dari pucuk pimpinannya. Sebab, organisasi bermodel gabungan karakter paramiliter dan pamong praja ini mengenal hierarkhi dan menjadikan teladan sebagai panduan yang nyata.

"Karakter dari pemimpin teladan seperti RS Soekanto, Hoegeng, M. Yasin dan Awaluddin Djamin harus dilihat kembali dan diperkuat. Pucuk pimpinannya yang harus menjadi teladan. Dia yang harus memandu dan memberi contoh," pungkasnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya