Liputan6.com, Jakarta Dalam beberapa hal, apa yang disebut sebagai budaya tampaknya hanya sebuah upaya dekoratif untuk mempercantik sisi wild dari alam ini. Ambil contoh kegiatan makan. Aktivitas ini terasa sangat wajar. Semua orang sadar bahwa makan adalah cara untuk bertahan hidup.
Memang berbeda dari dunia hewan, peradaban manusia punya budaya kuliner di mana makanan diproses, disajikan, dan disantap dengan cara-cara tertentu. Terlebih bila makanan tersebut dihidangkan pada sebuah restoran fine dine dengan table manner dan dine equipment khusus, aktivitas tersebut dianggap sebuah budaya tinggi atau high culture.
Baca Juga
Namun demikian, coba pikir ulang anggapan tersebut. Sajian apa yang kita kunyah selama ini? Harga apa yang harus dibayar untuk memenuhi kepentingan kita bertahan hidup? Jawabannya adalah kematian makhluk hidup lain.
Advertisement
Ketika Anda melihat seekor singa menerkam kancil dan mengoyak-ngoyakkan tubuh kecil kancil saat memakannya, Anda mungkin merasa hal tersebut kejam atau liar. Lalu bagaimana dengan tindakan merebus lobster hidup-hidup untuk sajian seafood yang Anda dambakan?
Berikut ini adalah 4 makanan lain, seperti dilansir dari The New Zealand Herald Kamis (22/5/2014), yang seharusnya dapat membuat orang-orang berpikir ulang untuk menikmatinya dan terlebih untuk berpikir lebih dalam tentang etika berbudaya kuliner di mana hal tersebut berkaitan dengan kualitas hidup makhluk lain.
Balut
Balut
Makanan khas masyarakat Asia Tenggara ini adalah telur rebus yang berisi janin bebek yang dalam waktu 3 minggu ke depan akan menjadi bebek utuh. Kuning telur yang menjadi sumber makanan janin tersebut masih menempel di tubuhnya. Telur berisi janin tersebut direbus dalam kondisi janin masih hidup. Makanan berptotein tinggi ini menjadi isu etika terkait kualitas hidup hewan.
Â
Advertisement
Foie Gras
Foie Gras
Foie Gras adalah masakan hati bebek atau angsa di mana saat hidup unggas tersebut diberi makan secara paksa dengan menggunakan tabung metal selama 25 hari. Tujuan dilakukannya hal ini adalah untuk memaksimalkan ukuran hati hingga menjadi 6 kali lebih besar dari ukuran normal.
Â
Bebek atau angsa tersebut diberi makan 2 kg gandum dan lemak secara paksa melalui tabung ke kerongkongannya setiap hari. Hal ini jelas menimbulkan penderitaan dan luka kerongkongan pada bebek atau angsa itu. Seperti halnya Balut, Foie Gras juga menjadi isu etika. Foie gras banyak diproduksi di Prancis. Makanan ini dikenal sebagai sebuah sajian mewah yang ditawarkan di restoran-restoran kuliner Prancis nan mewah.
Veal
Veal
Veal adalah daging dari anak sapi. Usia sapi tersebut kurang dari 1 tahun dengan berat badan 45 Kg. Ada berbagai jenis veal yang dikelompokkan sesuai bagaimana cara sapi diternak. Jenis veal yang menjadi isu etika adalah Milk Fed Veal.
Â
Anak sapi tersebut ditempatkan di kandang yang sangat sempit untuk membatasi geraknya. Tujuan dilakukannya hal ini adalah untuk menghambat pertumbuhan otot-ototnya. Anak sapi itu diberi minum susu. Dua hal ini akan menghasilkan daging sapi yang lembut dengan warna yang lebih muda.
Advertisement
Sup Sirip Hiu
Sup Sirip Hiu
Di Asia Timur, sup sirip hiu dianggap sebagai makanan yang spesial dan memiliki harga yang mahal. Makanan ini biasa disajikan pada acara-acara khusus seperti pernikahan. Menurut organisasi berbasis di New Zealand, Forest and Bird Society, sebanyak lebih dari 100 juta hiu di seluruh dunia diburu hanya untuk siripnya.
Â
New Zealand adalah salah satu dari 20 negara yang paling banyak memburu ikan hiu untuk diambil siripnya. Produk tersebut kemudian diekspor ke Hong Kong, Taiwan, China, dan Singapura. Populasi hiu yang menurun menjadi salah satu isu etika disamping perihal tindak berburu hiu itu sendiri.