Sentilan Gus Dur ke Kiai Zaman Sekarang: Ngomong Moralitas Belum Tentu Itu Bermoral

Menurut Gus Dur, banyak kiai saat ini yang tidak lagi berpegang teguh pada nilai-nilai moral yang seharusnya mereka junjung tinggi. Sebagian dari mereka lebih terpengaruh oleh kepentingan pribadi dan kekuasaan.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Feb 2025, 18:30 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2025, 18:30 WIB
Gus dur sketsa
KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur. (UIN JAKARTA)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Moralitas ulama selalu menjadi sorotan di tengah masyarakat. Banyak yang berharap para kiai menjadi teladan dalam menjaga akhlak dan nilai-nilai Islam. Namun, bagaimana jika sebagian dari mereka justru terpengaruh oleh pangkat dan kedudukan?

KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur pernah membahas fenomena ini dalam sebuah kesempatan. Ia mengungkapkan pandangannya secara lugas terkait moralitas kiai zaman sekarang.

"Tanya Gus, bagaimana pandangan Anda tentang moralitas para kiai zaman sekarang?" ujar seseorang dalam sebuah diskusi. Penjelasan Gus Dur mengenai hal ini dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @kanalunik.

Menurut Gus Dur, banyak kiai saat ini yang tidak lagi berpegang teguh pada nilai-nilai moral yang seharusnya mereka junjung tinggi. Sebagian dari mereka lebih terpengaruh oleh kepentingan pribadi dan kekuasaan.

"Sekarang ini banyak sekali kiai-kiai termasuk yang terpengaruh oleh pangkat pribadi. Jadi, mereka merebut pengaruh, kedudukan, dan kekayaan. Orang yang ngomong moralitas belum tentu itu bermoral," ungkapnya kala itu.

Ia menekankan bahwa dasar utama yang harus dimiliki ulama adalah moralitas dan akhlak. Hal inilah yang seharusnya menjadi landasan utama dalam kehidupan seorang kiai.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Warisan Nabi yang Harusnya Dijaga

nama wali songo
ilustrasi ulama, dan kiai ©Ilustrasi dibuat Stable Diffusion... Selengkapnya

"Memang kearifan-kearifan begitu dasarnya itu cuma satu, moralitas, akhlak," tambahnya.

Dalam Islam, ulama disebut sebagai pewaris para nabi. Hadis yang menyebutkan "Al-ulama warasatul anbiya" sering dijadikan dasar bahwa ulama memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga ajaran agama.

Namun, Gus Dur menyoroti esensi dari warisan nabi yang seharusnya dijaga oleh para ulama. Warisan tersebut bukanlah harta atau kedudukan, melainkan akhlak dan nilai-nilai kebaikan.

"Nah, katanya hadis 'Al-ulama warasatul anbiya', ulama ini ahli warisnya nabi. Apanya yang diwaris?" tanyanya retoris.

Ia kemudian menjelaskan bahwa Rasulullah tidak mewariskan harta kekayaan kepada umatnya. Bahkan, barang-barang yang ditinggalkannya pun sangat sederhana.

"Nabi meninggal ninggalin karpet sudah bolong-bolong. Ya, dia tinggal di masjid. Yang ditinggalkan kan akhlaknya," tegasnya.

Hal ini menjadi pengingat bahwa tugas utama seorang ulama adalah menjaga akhlak dan memberikan keteladanan, bukan sekadar mengejar pengaruh dan pangkat.

Fenomena sebagian kiai yang lebih mementingkan jabatan dan kekuasaan dinilai sebagai tanda kemerosotan moralitas. Padahal, masyarakat berharap ulama menjadi sosok yang bersih dari kepentingan duniawi.

Ini yang Seharusnya Kiai Lakukan

nama nama wali songo
ilustrasi ulama atau kiai ©Ilustrasi dibuat Stable Diffusion... Selengkapnya

Akhlak yang diwariskan oleh Rasulullah seharusnya menjadi pedoman utama bagi para kiai dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin umat.

Ketika seorang ulama lebih sibuk dengan urusan politik atau mencari keuntungan pribadi, maka nilai-nilai agama yang seharusnya dijunjung tinggi justru terpinggirkan.

Gus Dur menegaskan bahwa kiai seharusnya menjadi contoh dalam menjaga integritas moral. Jika ulama terpengaruh oleh jabatan dan kekayaan, maka akan sulit bagi umat untuk menemukan teladan yang sesungguhnya.

Masyarakat membutuhkan sosok ulama yang konsisten dalam menegakkan nilai-nilai Islam tanpa tergoda oleh kepentingan duniawi.

Dengan menjadikan akhlak sebagai prioritas utama, seorang kiai bisa benar-benar menjalankan perannya sebagai pewaris para nabi.

Peran ulama sangat penting dalam menjaga keseimbangan antara ilmu dan moralitas. Mereka harus mampu menunjukkan sikap yang benar agar dapat memberikan manfaat bagi umat.

Jika para kiai kembali kepada prinsip dasar akhlak dan menjauhi godaan pangkat serta kekuasaan, maka kepercayaan masyarakat terhadap ulama akan tetap terjaga.

Warisan sejati dari Rasulullah bukanlah harta, tetapi nilai-nilai kebaikan yang harus dijaga dan diamalkan oleh setiap ulama.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya