Liputan6.com, Badung Bali kaya akan tradisi dan budaya. Tak ada habisnya menikmati budaya Bali. Salah satu budaya Bali yang menarik untuk disimak adalah tradisi Aci Rah Pengangon alias perang ketupat. Tradisi ini dapat dilihat di Desa Adat Kapal, Mengwi, Kabupaten Badung, Bali.
Sebelum perang ketupat dimulai digelar persembahyangan massal oleh warga. Usai itu, warga yang berpartisipasi diperciki air suci (tirta) oleh pendeta Hindu. Setelah selesai ritual, peserta terbagi menjadi dua kelompok yang saling berhadap-hadapan.
Begitu aba-aba diberikan, peserta bersiap sedia dan kemudian bertempur. Layaknya perang sungguhan aksi serang dan bertahan terjadi. Saling lempar ketupat yang tak terelakkan menghadirkan pemandangan ribuan ketupat melayang di udara.
Advertisement
Tak ada rasa marah, apalagi dendam. Sebaliknya, senyum ceria terpancar dari para peserta. Tut Rah adalah salah satu peserta yang pipi kanannya merah karena terkena lemparan ketupat. "Gak marah. Saya tiap tahun ikut tradisi ini. Seru," ujarnya pada Selasa (14/10/2014).
Tut Rah mengatakan bahwa kegiatan ini digelar untuk menjaga tradisi turun temurun dari leluhur. "Ini tradisi turun temurun. Kami menjaganya," tutur Tut Rah. Meski hanya digelar selama 15 menit, tradisi menarik ini memikat perhatian wisatawan.
Tak sedikit wisatawan yang menyaksikan perang ketupat juga terkena lemparan. Terbawa suasana seru bahkan mereka ikut balik melempar ke kerumunan peserta. Selesai perang dilakukan segenap pihak bersama-sama membersihkan arena perang yang penuh dengan ketupat.
Perang ketupat atau Aci Rah Pengangon ini merupakan bentuk ungkapan terima kasih dan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada tuhan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala limpahan rezeki. Upacara ini merupakan salah satu peninggalan dari leluhur masyarakat Bali yang masih dipertahaankan hingga kini, dirayakan secara konsisten dari generasi ke generasi. Upacara perang ketupat ini pertama kali diadakan pada abad ke-13 Masehi.
(Dewi Divianta)