Dari Sastrawan Jose Rizal tentang Nasib Pantun Kini

Ini pandangan sastrawan Joze Rizal tentang nasib pantun saat ini.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 31 Mei 2015, 15:05 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2015, 15:05 WIB
Malam Puisi Serumpun 2015 2.JPG

Liputan6.com, Jakarta Pantun sebagai karya seni peninggalan leluhur dari kebudayaan Melayu kini mulai ditinggalkan. Padahal sejak abad ke-18, pantun menjadi sangat populer di kalangan raja dan rakyatnya. Pantun juga melahirkan banyak sastrawan besar, seperti Hamzah Fansuri dan Nurrudin Arraniri.

Namun kini keberadaan pantun makin tersisihkan. Karya seni ini tak lagi populer di kalangan anak muda Indonesia.  Sependapat dengan hal tersebut, sastrawan Jose Rizal Manua, saat ditemui di acara Malam Pentas Puisi Serumpun, Sabtu (30/5/2015) mengungkapkan, “Kalau kita melihat akar tradisi kita, sebenarnya kita dekat dengan puisi, dekat dengan pantun. Yang bentuknya mantra, itu dekat sekali dengan kebudayaan kita. Namun sekarang menjadi berjarak.”

Lebih jauh Jose Rizal mengatakan, kehidupan masyarakat Indonesia sebagai bangsa Melayu yang kini berjarak dengan puisi pantun mengakibatkan hilangnya jati diri orang Indonesia. Hal tersebut telihat dari gejala-gejala sederhana, seperti salah satunya adalah penggunaan bahasa yang kini mulai bergeser. Penggunaan bahasa yang tidak santun di kalangan pejabat misalnya, hingga kecenderungan penggunaan bahasa yang campur kode.

Digelarnya acara Malam Puisi Serumpun yang menghadirkan penyair-penyair serumpun lintas negara merupakan upaya untuk melestarikan dan mengembalikan puisi pantun ke tengah-tengah masyarakat. Dalam acara tersebut juga digelar lomba baca dan menulis puisi pantun untuk kalangan anak muda. Sehingga diharapkan, puisi pantun dapat dihidupkan kembali, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan Indonesia. (ibo/Igw)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya