Liputan6.com, Jakarta Kejadian penembakan pada salah satu klub di Orlando membuat banyak orang patah hati. Banyak yang tidak menyangka, kejadian yang dikira hanya terjadi di film, dapat juga terjadi di kehidupan nyata, tepatnya di kota Orlando.
Begitu juga dengan seorang ibu bernama Mina Justice, sudah berjam-jam sejak Mina Justice mendapat kabar terakhir dari Eddie, anaknya yang berumur 30 tahun. Terakhir, putranya memberi kabar kepada Mina jam 2.06 subuh, mengatakan "Ibu, aku mencintaimu" seperti dilansir dari ABCnews.go.com hari Senin (13/6/2016).
Baca Juga
Tak lama setelah itu, Eddie mengirim pesan kembali, mengatakan ada penembak di klub yang ia datangi. Ia menyuruh ibunya untuk menelepon polisi Orlando, dan mengatakan ia bersembunyi di kamar mandi dengan orang lain.
Advertisement
"Ia datang" tulisnya, "Aku akan mati".
Pesan berikutnya tertulis: "Ia menangkap kami, dia disini bersama kami" Ungkap Mina, saat diwawancara oleh The Associated Press. "Itu percakapan terakhir" Jelas Mina saat menguraikan kejadian Tragedi Orlando.
Penembakan dini hari itu terjadi di klub malam Pulse, Orlando, yang di situsnya tertulis sebagai "Orlando Premier Gay Night Club". Pihak berwenang menyatakan setidaknya 50 orang tewas dan 53 lainnya terluka. Tragedi Orlando ini dinilai serangan teror paling mematikan kedua setelah peristiwa 11 September 2011 dalam sejarah AS.
Seorang ibu lain bernama Christine Leinonen, juga sangat khawatir saat belum mendengar kabar dari anaknya Christopher, yang berada di dalam klub pada saat penembakan. "Tolong, agar kita semua mencoba untuk menyingkirkan kebencian dan kekerasan," katanya sembari menangis terisak-isak, dalam sebuah wawancara dengan ABC News.
Leinonen kemudian mengatakan kepada ABC News bahwa dia menerima konfirmasi bahwa anaknya adalah salah satu korban yang telah mati.
Penyelidik telah mengidentifikasi penembak bernama Omar Mateen dari St. Lucie County, Florida, seorang warga negara AS dengan orang tua berdarah Afghanistan.
Pendukung ISIS telah memuji pembantaian tersebut secara online. Dari pihak ISIS juga telah mengaku bahwa penembak tersebut adalah salah satu "pejuang" mereka.
FBI mengatakan bahwa Omar telah mempersiapkan penyerangan ini dengan sangat teratur dan terencana. Sebenarnya, Omar sendiri telah di bawah pengawasan petugas, namun tidak sebagai target investigasi.
Awalnya, petugas polisi yang bekerja di klub malam tersebut telah melakukan baku tembak dengan Omar di luar gedung jam 02:02 pagi. Lalu kemudian Omar masuk ke klub, di mana ada sekitar 320 orang di dalam, dan melepaskan tembakan.
Tak lama Omar mulai mengambil sandera, ia membawa senapan serbu, pistol, dan beberapa jenis perangkat lainnya.
Berita penembakan di sebuah klub Orlando segera menyebar setelah pukul 2 pagi. Setelah klub malam Pulse mengunggah pesan "Semua orang keluar dari pulsa dan segera berlari." di halaman Facebook-nya, Polisi Orlando mengikuti dengan mengirim pesan di Twitter "Penembakan terjadi pada klub malam Pulse di S Orange. Banyak yang cedera. Hindari area ini."
Tim SWAT masuk untuk menyelamatkan para sandera pada sekitar pukul 5 pagi. Penembak tewas dalam baku tembak dengan petugas, jelas salah satu juru bicara FBI.
Kemudian, pada pukul 5:53 polisi Orlando menulis di Twitter, "Penembak dalam klub malam sudah mati".