Mengenal Kudok, Senjata Tradisional Khas Bumi Besemah

Berbeda dengan daerah lain, senjata tradisional Pagaralam ini memiliki banyak jenis dengan banyak kegunaan yang berbeda-beda.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 29 Sep 2016, 21:31 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2016, 21:31 WIB
Kudok
Berbeda dengan daerah lain, senjata tradisional Pagaralam ini memiliki banyak jenis dengan banyak kegunaan yang berbeda-beda.

Liputan6.com, Jakarta Selain dikenal sebagai penghasil kopi robusta dan teh unggulan yang ditanam di kaki gunung Dempo, Pagaralam ternyata menyimpan kebudayaan adiluhung berupa senjata tradisional. Dikenal dengan nama Kudok, senjata tradisional ini bukan hanya digunakan para petani untuk berladang tetapi juga menjadi cenderamata khas Bumi Besemah.

Saat Liputan6.com berkunjung ke sentra pembuatan Kudok di Simpang Asam, Pagaralam, yang ditulis Kamis (28/9/2016), didapat informasi, senjata tradisional ini setidaknya memiliki 10 jenis yang berbeda, sesuai dengan bentuk dan kegunaannya. Dari beragam jenis Kudok yang paling banyak dicari adalah jenis betelok, luncu, gerahan, dan kudok rambai ayam.

Margi, salah seorang perajin Kudok yang ditemui mengungkapkan, besi per mobil menjadi bahan baku utama yang digunakan untuk menciptakan Kudok. Pembuatannya pun melalui berbagai tahap yang rumit, mulai dari melebur besi per mobil, pencetakan, pembentukan dengan cara ditempa sambil dibakar.

“Yang lama itu menempanya, sambil dibakar, kadang juga harus disesuaikan sama keinginan si pemesan. Itu orang yang pesan juga pagi-pagi sudah di sini, lihat cara buatnya, biar sesuai sama yang dimau” ungkap Margi.

Biasanya jika tidak ada pesanan khusus, Margi dan perajin Kudok mampu menghasilkan tiga sampai lima Kudok dalam sehari. Kudok yang selesai dibentuk langsung dijual ke pengepul. Di tangan pengepul, bentuk Kudok disempurnakan dengan tambahan tampuk dan sarung yang dibuat dari kayu ghumai.

Proses pembakaran dan pembentukan menjadi tahap paling rumit dalam pembuatan senjata tradisional khas Pagaralam ini.

“Yang paling mahal dijual bisa sampai harga Rp 250 ribu-an. Kalau sudah dibuat figura bisa lebih mahal lagi. Biasanya yang kecil-kecil dibuat figura untuk pajangan di rumah. Bentuk tampuk, sarungnya, juga mempengaruhi harga. Bentuknya yang bagus bisa lebih mahal,” ungkap Margi.

Mendengar cerita Margi yang sudah puluhan tahun menekuni profesi perajin Kudok, senjata tradisional ini konon dahulu digunakan banyak orang untuk melindungi diri dari tindak kriminal yang kerap terjadi. Selain itu, jenis Kudok yang lain juga digunakan untuk keperluan bertani. Seiring berjalannya waktu, Kudok kini juga menjadi figura yang mampu mempercantik ruang tamu sebagai identitas kebanggaan masyarakat Bumi Besemah.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya