Liputan6.com, Jakarta Mabesikan, berasal dari bahasa Bali yang berarti bersatu, kini hadir dalam sebuah semangat seni di masyarakat. Berbagai pendekatan seni inilah yang dihadirkan secara langsung pada malam National Enggagement and Arts for Social Changes Presentation and Exhibition, kolaborasi antara Search for Common Ground dan Kedutaan Besar Denmark di Teater Atap, Komunitas Salihara, Jakarta.
"Kegiatan ini sudah diluncurkan selama 2 tahun untuk mendukung kegiatan kreatif dan ekonomi berdasarkan kekayaan budaya di Indonesia, untuk menyelesailan berbagai program sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat." ungkap H.E. Casper Klynge, Duta Besar Kerajaan Demark untuk Indonesia pada Kamis, (6/4/2017).
Baca Juga
Pameran ini memperlihatkan pendekatan seni berhasil memberikan pengaruh signifikan sebagai solusi di tengah masyarakat. Selain itu diadakan pula presentasi mengenai masalah sosial apa saja yang diangkat dalam Mabesikan, diskusi dan pemutaran film karya dari para seniman yang turut serta dalam proyek seni ini.
Advertisement
Kegiatan yang dilaksanakan di Provinsi Bali ini ternyata mengangkat berbagai masalah yang sudah lama terjadi, namun menghilang dalam kemewahan Bali sebagai destinasi wisata dunia. Mulai dari memerangi sampah dengan seni lewat Plasticology, menjaga kawasan Garam Amed di Karangasem, hingga melindungi perempuan yang terlibat KDRT akibat menikah di usia muda.
"Kami melihat karya seni ini memiliki dampak yang sangat kuat untuk membangun kesadaran terhadap penyelesaian berbagai konflik yang ada di Pulai Dewata. Untuk itu kita menyatukan para seniman agar bergerak bersama dan berkolaborasi dalam menghasilkan solusi." tutup Setyo Soemeri, Country Director, Search for Common Ground.Â