Kartini Masa Kini Berkompetisi di Festival Kebaya Banyuwangi

Intip keseruan Kartini masa kini yang berkompetisi di ajang Festival Kebaya Banyuwangi

oleh Dian Kurniawan diperbarui 23 Apr 2017, 18:00 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2017, 18:00 WIB
Kartini Masa Kini Berkompetisi di Festival Kebaya Banyuwangi
Intip keseruan Kartini masa kini yang berkompetisi di ajang Festival Kebaya Banyuwangi (Foto: Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Banyuwangi  Pada momen peringatan hari Kartini yang lalu, sebanyak 53 Kartini masa kini berkompetisi di ajang Exhibition Festival Kebaya Banyuwangi, yang tercatat sebagai festival kebaya terbesar dan pertama di Indonesia.

Pada festival hari pertama di terminal hijau Bandara Blimbingsari Banyuwangi, terdapat 10 Kartini masa kini yang siap bertarung di babak selanjutnya pada 22 April 2017.

Festival kebaya ini melibatkan 100 desainer kebaya, antara lain Ferry Sunarto, Priscilla Saputro, Lenny Agustin, Deden Siswanto, Afif Syakur, Dwi Iskandar, Devy Rose, Inge Chu, Phangsanny, Dedy Delmora, dan Aura Putri yang mewakili keragaman gaya kebaya, mulai dari glamor, kasual, klasik, hingga kontemporer. Puluhan produk desain kebaya karya desainer asli daerah pun ditampilkan secara apik pada pagelaran ini.

Bupati Banyuwangi Abdulah Azwar Anas menjelaskan, kebaya telah menjadi identitas nasional yang dipakai oleh seluruh lapisan masyarakat. Banyuwangi ingin mengambil kesempatan sebagai daerah yang pertama kali mengangkat kebaya sebagai bagian dari produk kreatif daerah selain batik.

"Kami ingin mendorong adanya kreativitas baru di Banyuwangi. Desainer lokal tidak hanya kami pacu untuk meningkatkan kualitas batik, tapi juga mendapatkan peluang bisnis baru lewat kebaya yang pangsa pasarnya sangat besar. Kaum perempuan kan setiap acara hampir pasti pakai kebaya, itu pasar yang sangat besar," tutur Bupati Anas kepada Liputan6.com, Jumat (21/4/2017).

Intip keseruan Kartini masa kini yang berkompetisi di ajang Festival Kebaya Banyuwangi (Foto: Dian Kurniawan)

Untuk meningkatkan daya saing produk kebaya desainer lokal, pemerintah daerah menggandeng Indonesian Fashion Chamber (IFC) sebagai mentor pendamping. Workshop teknis pun telah digelar dengan materi seputar desain, proses pembuatan kebaya, dan manajemen pemasaran produk.

"Pemerintah daerah ingin terus membuka peluang yang lebih luas bagi pelaku industri mode daerah. Kami ingin semua potensi Banyuwangi mendapatkan kesempatan untuk merambah tingkat yang lebih luas," katanya.

"Bandara sengaja dipilih sebagai venue, selain untuk mengenalkan green airport kami yang segera diresmikan dalam waktu dekat, juga karena lokasinya yang memang menarik sebagai catwalk peragaan busana,” ucap Bupati Anas.

Acara ini mampu menarik perhatian pengunjung dari luar. Salah satunya adalah Dr. Tripi Rose Kartika. Tadinya perempuan yang asal Jakarta ini akan balik ke Jakarta kemarin. Namun saat mendengar ada fashion show kebaya di bandara, dia langsung mengubah kepulangannya sehari kemudian.

"Fashion show kebaya ini sangat menarik, apalagi digelar di bandara yang unik, akhirnya saya undur kepulangan. Antusias sih lihat acara ini, apalagi hari ini yang ditampilkan kebaya in style. Banyak inspirasi yang saya dapat," ujar dosen media creative Poltek Negeri Jakarta.

Chairman IFC Ali Charisma mengatakan, selama ini belum ada event yang khusus menggarap kebaya secara menyeluruh.

"Sebenarnya kebaya ini sudah tidak asing di Indonesia karena banyak acara terkait kebaya seperti fashion show. Namun semua masih dilakukan dalam skala kecil dan belum terorganisasi dengan baik. Padahal, kebaya ini bila digarap serius potensinya sangat besar. Banyuwangi adalah daerah pertama yang menggarapnya. Ini ujungnya ada di bisnis, biar perajin dan UMKM lokal terangkat, dan ini butuh fondasi yang kuat," kata Ali.

Fondasi itu diwujudkan dengan membikin inkubator bisnis. Para desainer nasional mengerek kompetensi desainer dan perajin busana lokal dengan membuka workshop kepada 100 pelaku usaha dalam dua tahap.

Intip keseruan Kartini masa kini yang berkompetisi di ajang Festival Kebaya Banyuwangi (Foto: Dian Kurniawan)

"Para desainer dan perajin lokal diinjeksi materi tentang bagaimana pembuatan DNA brand, yakni mengajarkan agar fokus dan mengejar target pasar yang akan diambil, teknis pengerjaan kebaya, dan manajemen usaha. Besok mereka menampilkan puluhan kreasinya," tutur Ali.

Perhelatan Festival Kebaya Banyuwangi menampilkan ragam kegiatan menarik terkait kebaya, mulai dari exhibition, art installation, art performing, trunk show, dan fashion show.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya