Diliput Ribuan Fotografer, JFC 2017 Makin Mendunia

Diliput Ribuan Fotografer, JFC 2017 Makin Mendunia

oleh Cahyu pada 14 Agu 2017, 11:45 WIB
Diperbarui 16 Agu 2017, 11:13 WIB
Menpar Akui Jember Fashion Carnaval Jadi Event Karnaval Terbaik
Diliput Ribuan Fotografer, JFC 2017 Makin Mendunia

Liputan6.com, Jember Gelaran Jember Fashion Carnaval 2017 (JFC 2017) yang dihelat pada 9-13 Agustus 2017 dipastikan populer hingga level dunia. Pemicunya, ribuan fotografer baik dari media lokal, nasional, dan internasional, serta komunitas fotografer yang "tumplek blek" di tribun media.

Saking banyaknya fotografer yang hadir, panitia sampai harus membagi dua tribun media di sepanjang runway JFC 2017. Spot fotonya pun sangat strategis. Lokasinya di-set agar memudahkan pengambilan gambar. Tujuannya, apa lagi kalau bukan memfasilitasi berbagai juru foto tadi bisa mendapatkan angle terbaik dan menyebarkannya ke seluruh dunia.

"Kami mencatat ada seribu fotografer yang mengajukan izin liputan. Itu pun masih banyak yang datang meliput tanpa mendaftar dan tetap kami izinkan. Mereka berasal dari media lokal Jawa Timur, nasional, dan luar negeri. Ada beberapa komunitas fotografer juga yang jumlahnya mencapai ratusan," ujar Presiden JFC, Dynand Fariz, Sabtu (12/8/2017).

Dia mengatakan, beberapa fotografer asing dan kantor berita asing juga sudah mendaftar melalui daring (online).

"Tahun ini para hobi fotografer harus membayar tiket untuk masuk memotret JFC. Mereka akan mendapatkan kaus, sedangkan untuk kawan-kawan media dan jurnalis tetap gratis," ucap Dynand.

Sejumlah fotografer asing nampak terpesona dengan penampilan peserta JFC, yang digelar di alun-alun Kabuaten Jember itu. Bahkan, ada yang sengaja datang untuk memproduksi film dokumenternya.

"Kegiatan JFC sangat luar biasa, sehingga saya ingin membuat film dokumenter tentang karnaval yang sudah mendunia ini," kata salah seorang wartawan TV dari Inggris, Garry Talbot.

Dua wartawan TV dari Inggris tercatat sudah datang sejak pembukaan JFC International Event pada Kamis (9/8/2017) dan mengambil gambar kegiatan pembukaan tersebut. Mereka terpesona dengan kreativitas anak-anak yang juga tampil memukau.

"Kami kagum dengan ide-idenya yang luar biasa dan busana yang digunakan peserta juga bagus. Saya sangat tertarik dengan tema defile-defilenya," kata Talbot, pria yang mengaku sudah sering mengunjungi Bali ini.

Hal senada juga disampaikan wisatawan perempuan asal Swiss, Clo Meunier. Dia mengaku takjub dan terpesona dengan busana yang digunakan para peserta Grand Carnaval JFC. Tampilannya menurut dia tidak kalah menarik dengan karnaval di Rio de Janiero, Brasil.

"Para peserta membuat kostum sangat luar biasa. Apalagi mereka membuat sendiri dan mereka juga bukan seorang desainer. Busana yang digunakan juga dikemas dalam balutan budaya Indonesia," ujar Meunier.

Wisatawan yang baru menonton JFC untuk pertama kalinya tersebut, menilai ide kreativitas JFC sangat bagus dan kostum yang luar biasa dari warga Jember akan menjadi trend karnaval yang menghebohkan dunia.

"Mudah-mudahan tahun depan saya bisa datang ke Jember untuk menonton lagi wisata karnaval JFC yang sangat mempesona ini," ucap Meunier.

Menteri Pariwisata, Arief Yahya, menyebut bahwa karnaval tersebut sudah mengangkat kota Jember dan pantas menjadi Kota Karnaval Dunia dengan sederet prestasinya.

Menariknya, penyelenggaraan tahun ini sekaligus akan menjadi momen ditetapkannya Jember sebagai Kota Karnaval yang setaraf dengan kota-kota karnaval internasional lainnya, seperti Rio de Janeiro, Brasil.

Arief, JFC sudah berkiprah selama 16 tahun dan menginspirasi banyak karnaval di Tanah Air, serta memiliki sederet prestasi internasional sehingga sangat layak dipromosikan ke tingkat global.

“Semua orang mengakui JFC berkelas dunia. Untuk mewujudkan itu, Kemenpar menetapkan Jember sebagai Kota Karnaval,” kata Arief.

Dari sisi cultural value, menurut dia, kreativitas JFC sudah layak dijadikan magnet untuk mendatangkan wisatawan mancanegara (wisman). Namun, dari commercial value atau financial value masih belum terlalu menarik karena belum bisa dikapitalisasi dengan baik.

“Dengan menjadikan sebagai Kota Karnaval berkelas dunia, sisi commercial value atau financial value-nya dapat dinaikkan,” ujar Arief.

Dari sisi cultural value, kreativitas JFC sudah diakui dunia. Hal ini terbukti dengan diraihnya sederet penghargaan internasional berupa best national costume dengan inspirasi dari berbagai daerah di Tanah Air.

Beberapa daerah yang pernah meraih antara lain Bali (Best National Costume Mister International 2010 di Indonesia), Toraja Karembau (Best National Costume Man Hunt International 2011 di Korea Selatan), Papua (Best National Costume Mister Universe Model di Republika Dominica), dan Borneo (Best National Costume Miss Supranational 2014 di Polandia).

Daerah lain yang juga pernah mendapat penghargaan adalah Lampung (Best National Costume Miss International 2014 di Tokyo, Jepang dan Best National Costume Miss Grand International 2016 di Las vegas, USA), Toraja Tongkonan (Best National Costume Miss Supranational 2015 di Polandia), Borobudur (Best National Costume Miss Universe 2015 di Florida,USA), Betawi (Best National Costume Miss Tourism International 2016 di Malaysia), dan Garuda (Top 5 National Costume Miss Universe 2016 di Filipina).

"Dari sisi media value, jelas JFC akan dilihat seluruh dunia dan akan membuat calon wisatawan semakin penasaran (dengan) kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia," ucap Arief.


(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya