Liputan6.com, Jakarta Sebagai upaya memperkenalkan sastra kepada generasi milenial dan melihat lebih dekat sosok Pramoedya Ananta Toer, Titimangsa Foundation, yayasan nirlaba dalam bidang budaya besutan Happy Salma menggelar pameran bertajuk “Namaku Pram: Catatan dan Arsip” di Dia.Lo.Gue Kemang, 17-20 Mei 2018.
Dalam pembukaan pameran yang digelar di Galeri Indonesia Kaya (GIK), Selasa (17/4/2018), Happy Salma selaku penggagas pameran mengatakan, pameran ini menampilkan banyak barang keseharian Pramoedya Ananta Toer, yang bukan hanya menjadi bukti autentik tentang proses kreatif yang digelutinya, namun juga menguak sisi lain seorang Pram yang belum banyak diketahui khalayak.
“Saya pembaca Pram sejak zaman kuliah, saya baca Gadis Pantai itu saat 80-an, saya juga pernah bertemu Pram. Saat main ke atas rumahnya, saya melihat banyak buku-bukunya Pram bahkan yang sudah diterjemahkan ke beberapa bahasa. Saya melihat barang-barang peninggalan Pram, saya bilang ke mba Titi (anak Pram), saya ingin banyak orang melihat apa yang ada di rumah ini,” ungkap Happy Salma.
Advertisement
Sisi Lain Seorang Pram
Sementara itu, Engel Tanzil, tim penggagas pameran mengakui, barang-barang peninggalan Pram bukan hanya mampu menunjukkan segala kerumitan proses kreatif seorang pram sebagai sastrawan, tapi juga memunculkan kesan lain dari seorang Pram.
“Saya kenal Pram sebagai seorang penulis, tapi kalau ditelisik dari benda-benda peninggalannya, dia bukan Cuma seorang penulis, banyak hal mengejutkan lainnya dari seorang Pram salah satunya dia adalah seorang pencatat, dokumenitator,” ungkap Engel.
Lebih jauh Angel mengatakan, tim penggagas ingin generasi saat ini mengenal Pram, mengenal bangsanya, jati dirinya. Arsip-arsip ini tentu menjadi aset bangsa yang sangat berharga, mari kita jaga.
“Tolong teman-teman ini aset jangan difoto, mari kita jaga. Jangan khawatir kami sudah siapkan spot selfie di tempat pameran,” ungkap Engel.
Advertisement
Generasi Milenial Perlu Tahu
Dalam kesempatan peluncuran pameran tersebut, Titi (anak Pram) juga mengatakan, selama ini banyak sekali arsip-arsip Pram yang belum banyak terpublikasi. Dirinya menuturkan, sayang jika arsip-arsip dan potongan-potongan dokumen ini tidak banyak orang yang tahu. Dari arsip ini tiap orang bisa mengenal lebih jauh tentang sosok Pram.
“Awalnya saya ragu dengan penggagas pameran ini, karena pasti ujung-ujungnya duit, karena Pram tidak suka duit. Tapi setelah melihat kesungguhan tim penggagas, saya yakin anak-anak ini memang ingin memuliakan Pram,” kata Titi menambahkan.
Pramoedya Ananta Toer sendiri merupakan sastrawan besar yang pernah dimiliki Indonesia. Lahir di Blora, 6 Februari 1925, karya-karya Pram sudah mulai ddikenal sejak 1950-an. Selama tujuh dekade, dirinya telah menulis lebih dari 50 buku dan cerita-cerita yang telah diterjemahkan ke dalam 42 bahasa dunia, termasuk bahasa Spanyol dan Urdu.
Simak juga video menarik berikut ini: