Liputan6.com, Bitung - Cuaca siang agak mendung ketika kendaraan yang ditumpangi Liputan6.com meninggalkan tempat penginapan di Bitung, Sulawesi Utara, Rabu, 20 Februari 2019. Tujuannya ke Taman Wisata Alam Batuputih di Kelurahan Batuputih, Bitung.
Arus lalu-lintas lancar tanpa kemacetan, beberapa kendaraan roda dua dan empat terlihat melintas di jalan. Butuh waktu satu jam untuk tiba di lokasi. "Kalau pakai motor paling 45 menit sampai di lokasi. Itu pun dengan agak santai," kata Jefri Kalangit yang ikut memandu jalan.
Sekitar 15 menit perjalanan menembus hutan kota di Bitung yang ditumbuhi beragam pepohonan yang menjulang, seperti mahoni dan kelapa. Jalur perjalanan beraspal mulus itu mengular dengan tanjakan yang tajam dan turunan yang curam jadi keindahan tersendiri bagi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Advertisement
Baca Juga
"Pohon mahoni di pinggir kiri kanan jalan ini sudah ditanam sejak 12 hingga 14 tahun," ujar Jefri. "Banyak turis dari luar negeri yang datang ke sini, rata-rata mereka datang dari Eropa. Mereka menginap di homestay-homestay yang ada di sini," sambung lelaki yang memiliki dua orang anak ini.
Di kanan kiri jalan tampak semarak dengan berbagai macam umbul-umbul, spanduk, dan poster calon anggota legislatif dari beberapa partai politik. Rumah-rumah penduduk masih terlihat jarang di jalur yang kami lalui.
Suasana semarak makin terlihat ketika kendaraan yang kami tumpangi membelah jalan memasuki pemukiman penduduk di Batuputih. Rumah-rumah penduduk tertata rapi dengan halaman berpasir hitam. Di depannya terdapat sebuah jalan yang menjadi akses penduduk menuju satu tempat ke tempat lain.
Umbul-umbul peringatan 100 Tahun Cagar Alam Tangkoko pun semakin banyak yang di pasang di pinggir jalan. Beberapa spanduk terlihat dibentangkan. Penduduk tampak suka cita merayakan acara Festival Tangkoko yang di sebuah tanah lapang. Di sebuah panggung terlihat beberapa orang sedang check sound, yang tak jauh dari beberapa sekolah.
Beberapa penduduk di kawasan Bitung ini duduk berderetan dengan meja-meja di depan. Mereka menjajakan hidangannya bagi pengunjung. Selain kue, ada juga nasi dengan menu sambal, sayur ikan dengan kuah kuning. Ikan jadi menu utama di tempat ini karena banyak penduduk yang berprofesi sebagai nelayan.
Cagar Alam Batuputih
Setelah beristirahat sejenak, Liputan6.com berkunjung ke Taman Wisata Alam Batuputih merupakan bagian dari Cagar Alam Tangkoko. Tempat seluas 600 hektare lebih ini berada di bawah pengelolaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
"Biaya masuk tempat ini Rp 5 ribu untuk wisatawan domestik dan Rp 100 ribu untuk wisatawan mancanegara. Loket pembelian tiket masuk dari pukul 9 pagi hingga 17 sore," kata Meldi Tamengge, pemandu wisata Cagar Alam Batuputih, Rabu, 20 Februari 2019.
Dari balik tas kecilnya, Meldi mengeluarkan sebotol cairan anti nyamuk. Ia menyemprotan ke kedua lengannya yang diikuti beberapa pengunjung yang dipandunya. "Kita ambil trek lurus ya. Jalannya mendatar, nggak naik turun," terang Meldi.
Lelaki bertubuh jangkung ini jalan di depan. Ia sudah siap menjadi pemandu dengan berkaus panjang, celana panjang hitam, dan memakai sepatu boot. Sepanjang perjalanan ia bercerita tentang kawasan ini, mulai dari pohon hingga hewan yang mati karena terjerat yang dilakukan oleh oknum penduduk.
"Pohon-pohon di sini usianya sudah ada yang ratusan tahun. Lihat saja batangnya sudah besar-besar," tunjuk Meldi ke beberapa pohon. Beberapa pengunjung terlihat keluar dari Cagar Alam Batuputih. Perjalanan berlanjut menuju tempat tarsius berada. Pepohonan di kanan dan kiri jalan yang menjulang serta akar-akar membuat suasana makin sejuk. Beberapa pos peristirahatan telah terlewati.
Setelah melewati beragam pohon, semak belukar akhirnya tiba di tujuan. Seekor tarsius terlihat sedang bersembunyi di pohon beringin. Bintang endemik itu banyak ditemukan di lokasi ini.
"Ada sekitar 200 ekor binatang itu di sini. Banyak juga binatang lain, seperti burung. Mereka bersembunyi di pohon-pohon. Sore mereka keluar dan pagi mereka pulang," ungkap Meldi. Suasana mulai gelap saat Liputan6.com meninggalkan kawasan Taman Wisata Alam Batuputih, Ranowulu, Bitung.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement