Penyewaan Hijab Wagara, Penutup Kepala untuk Turis Muslim di Kyoto

Hijab bermotif kimono yang penuh warna dan penuh inspirasi adalah yang paling populer di kalangan turis di Kyoto, Jepang.

oleh Komarudin diperbarui 21 Mei 2019, 18:01 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2019, 18:01 WIB
Ilustrasi Hijab
Ilustrasi hijab motif kimono (Dok.Instagram/@0969/https://www.instagram.com/p/BSTS4PtDNTF/Komarudin)

Liputan6.com, Jakarta - Hijab bermotif kimono yang penuh warna dan penuh inspirasi adalah yang paling populer di kalangan turis di Kyoto, karena wanita Muslim yang sadar mode berusaha untuk sepenuhnya merangkul budaya lokal pada liburan mereka di Jepang.

Dilansir dari The Kyoto Shimbun, Senin 20 Mei 2019, Yumeyakata, sebuah toko penyewaan kimono di Kyoto, misalnya, mulai menyediakan hijab "wagara" dengan desain tradisional Jepang pada bulan Februari sebagai tanggapan terhadap meningkatnya jumlah wisatawan muslim yang ingin melengkapi kimono sewaan mereka dengan penutup kepala yang serasi.

Shahnaz Daphne, seorang wanita Indonesia berusia 25 tahun yang bergabung dengan perusahaan itu tahun lalu, memainkan peran sentral dalam perusahaan mengembangkan lini produk hijabnya.

Sementara, sebagian besar hijab terdiri dari kain persegi yang dilipat dan dililitkan di kepala, yang ditawarkan di Yumeyakata adalah pra-dijahit menjadi bentuk tiga sisi, sehingga lebih mudah dipakai.

Perhatian diberikan pada detail, seperti menggunakan lapisan kapas, sementara kain kimono bertuliskan bunga sakura atau motif krisan. Saat ini, perusahaan menawarkan 40 hingga 50 jenis hijab wagara.

"Sama seperti pakaian, hijab adalah cara penting untuk menunjukkan kepribadian seseorang," kata Shahnaz.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Hijab Wagara

Hijab
Hijab motif kimono mulai ramai di Kyoto, Jepang (Dok.Instagram/@0969/https://www.instagram.com/p/BSTS4PtDNTF/Komarudin)

Sementara itu, Yoshiya, toko masakan dan suvenir Kyoto di daerah wisata Arashiyama yang populer di pinggiran ibukota, telah menjual hijab wagara selama beberapa tahun.

Semuanya berawal ketika Sachiyo Tsukuda, wakil presiden perusahaan berusia 53 tahun, menghadiahi seorang teman muslim, hijab buatan tangan. Hijab ternyata terbukti menjadi hit ketika temannya kembali ke Indonesia dan orang-orang mulai mencari hijab serupa ketika di Jepang. Hal itu mendorong perusahaan untuk mulai menjualnya.

Winda Suci Pratiwi, seorang anggota staf Indonesia berusia 29 tahun di Yoshiya, mengatakan, "Mencocokkan hijab yang glamor dengan mode sederhana sedang dalam tren saat ini, dan wagara sangat populer."

"Pelanggan dapat menikmati berdandan dan bergaya Jepang," kata Tsukuda, yang juga telah membangun ruang salat berlantai tatami di toko sebagai pertunjukan keramahan kepada pelanggan muslim.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya