Menahan Godaan Memakai Sedotan Lewat Gerakan Pantang Plastik

Untuk bisa mengurangi sampah plastik, harus ada kontribusi dan kerjasama dari aspek pemerintah, swasta, dan masyarakat.

oleh Henry Hens diperbarui 29 Mei 2019, 07:01 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2019, 07:01 WIB
Ilustrasi sedotan plastik (iStock)
Ilustrasi sedotan plastik (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Di Ramadan ini, kita berpuasa menahan lapar dan haus. Selain itu ada sejumlah hal lain yang membuat diri kita diuji selama berpuasa. Salah satunya menahan godaan untuk menggunakan kantong plastik sekali pakai atau memakai sedotan plastik saat minum.

Hal ini dilakukan demi kebaikan lingkungan kita. Bahkan agama pun mengajarkannya. Dalam hal ini organisasi Islam, Nahdatul Ulama (NU) termasuk sangat aktif dalam menangani masalah sampah, terutama sampah plastik.

"Kita ikut prihatin terhadap merebaknya sampah plastik, sehingga kita di NU memutuskan untuk perlu berkontribusi dalam upaya mengurangi sampah plastik," ujar Fitria Aryani selaku Direktur Bank Sampah Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim PBNU di dalam diskusi bertajuk #PantangPlastik Dimulai Dari Meja Kita, di Burgreens, Jakarta Pusat, Selasa 28 Mei 2019.

Karena itu usaha yang dilakukan Greenpeace Indonesia untuk mengurangi sampah plastik mendapat banyak dukungan. Menurut UPP Campaigner Greenpeace Indonesia, Muharram Atha Rasyadi, kampanye ini fokus pada penggunaan plastik sekali pakai yang ada di masyarakat.

Meski cukup gencar melakukan kampanye, tetap membutuhkan kontribusi dari pihak terkait untuk bisa mengurangi sampah plastik. Bagi Atha. aspek pemerintah, swasta, dan masyarakat, harus berubah ketika berbicara mengenai sampah plastik.

"Perhatian utamanya adalah dari pihak industri dan pemerintah yang punya pengaruh besar dalam pengelolaan negara ini. Awalnya dari tiap individu, tapi tetap butuh dukungan besar dari dua pihak ini," tutur Atha.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Sedotan Bambu dan Plastik Singkong

Burgreens
Tak ada wadah dan sedotan plastik di Burgreens. (dok.Instagram @burgreens/https://www.instagram.com/p/BvD0yDEnyMI/Henry

Selama ini masalah lingkungan hidup dibebankan kepada masyarakat. Sementara bila hanya pihak swasta yang berubah, tidak akan tercapai tujuan yang diharapkan.

Atha mengatakan pihak pemerintah harus membuat regulasi dan memastikan pengelolaan sampah berjalan semestinya. Di sisi lain, Greenpeace Indonesia menyambut baik usaha sejumlah pihak swasta untuk ikut mengurangi sampah plastik.

Misalnya, ada sejumlah restoran yang tidak menyediakan sedotan plastik maupun kemasan plastik dalam menyajikan makanan maupun minuman. Termasuk di dalamnya Burgreens yang berkonsep ramah lingkungan.

Tak hanya menjadi pionir dalam menyajikan menu burger dalam hidangan yang lebih sehat, Burgreens juga memiliki komitmen dalam mengurangi limbah sampah industri yang dihasilkan tiap harinya.

Max Mandias, Co-Founder & Executive Chef of Burgreens bertekad ingin ikut andil dalam menangani masalah banyaknya sampah plastik di negeri ini.

"Di tempat kita nggak ada sedotan plastik, yang ada sedotan bambu. Begitu juga untuk layanan pesan antar, kita memakai plastik yang terbuat dari singkong karena lebih ramah lingkungan dan bisa terurai lebih cepat dibandingkan dengan plastik biasa," jelas Max.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya