Liputan6.com, Natuna - Pada program Literasi Nusantara di gelaran Bakti Nusantara 2019 hari kedua, Selasa, 24 September 2019, materi penulisan cerpen disajikan bagi para pelajar SMA/SMK dari Kecamatan Bunguran Utara, Bunguran Barat, dan Batubi, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.
"Kami mau melanjutkan program writing for integrity yang memang tengah digarap," kata pegiat literasi yang mengisi materi kelas Menulis Cerpen, Aris Munandar, di Kampung Segeram, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Selasa, 24 September 2019.
Advertisement
Baca Juga
Ketika ditanya alasan memilih cerpen sebagai media bercerita, Aris menjelaskan, jenis karangan bebas satu ini sifatnya menggambarkan. Jadi, bakal menuangkan nilai berbeda dari setiap individu, walau ide besarnya sama.
Dalam penjelasan materi, Aris mulai dengan pengertian integritas. Disambung bagaimana membuat kalimat pembuka yang menarik. "Biasanya pakai apa, siapa, atau kapan. Tinggal dipilih saja mana yang menarik sesuai cerita," papar lelaki asal Sukabumi, Jawa Barat tersebut.
Lalu, pengenalan kalimat supaya tidak monoton. Caranya dengan mengetahui variasi kalimat antara panjang dan pendek. Trik lainnya, yakni menggambarkan bagaimana perasaan tertuang dalam kata sampai ke pembaca.
"Bisa dengan membuat kalimat pembuka sedramatis mungkin. Menarik juga pakai kalimat langsung, misalnya," tutur Aris soal cara menulis cerpen yang menarik.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Trik Meningkatkan Minat Baca
Aris menambahkan, menulis punya kaitan dengan minat baca. "Berdasarkan hasil pengamatan ringan saya, ada pendekatan kurang tepat di bidang minat membaca," tutur pegiat literasi yang merupakan bagian dari Komunitas Matahari Pagi tersebut.
Ia menganggap, pemberian buku bakal percuma bila tidak ada pendampingan, juga tidak ada dorongan untuk membiasakan membaca. "Makanya mending lewat nulis karena otomatis orang pasti baca," tuturnya.
Membaca, menurutnya, tidak cuma lewat teks, tapi teks sosial. Latar di lingkungan harus dieksplor, mengingat setiap hari pengalaman setiap orang berbeda walau 'terjebak' dalam rutinitas serupa.
Advertisement
Upaya Lain dalam Bangun Karakter
Membangun karakter juga diupayakan lewat Kemah Perdamaian, kegiatan yang diinisiasi Messeger of Peace (MOP) dengan Bakti Nusantara.
"Jadi, kami mau beri rasa tenang, rasa damai selama kemah. Karena (kemah) sering lekat dengan jurit malam. Tapi, di sini malah banyak games. Semua senang-senang," tutur Bambang Abdul Aziz, salah satu relawan MOP.
Dalam pelaksanaan, peserta Kemah Perdamaian didorong terbiasa melakukan kebaikan sekecil apapun, lantaran siklusnya bakal menular dan kembali lagi pada diri sendiri.
Sementara, soal games, lebih pada menggambarkan sejauh mana cita-cita mereka, menjalin kekompakan, dan menggali daya imajinasi.
"Kami mau sampaikan, walau tinggal di wilayah 3T, mereka tetap harus bermimpi," sambung Bambang. Terdapat pula api unggun dan video refleksi untuk memperkuatkan pesan tersebut.
Pada kerja sama ketiga antara MOP dan Bakti Nusantara, peserta Kemah Perdamaian terdiri dari 30 siswa SMA, delapan siswa SMP, dan sisanya anak SD. "Total ada 53 (peserta)," tutup Bambang.
Pembentukan karakter tak hanya dilakukan pada anak-anak, tapi pada guru lewat Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru yang diikuti tenaga pengajar dari Segeram, Batubi, Kelarik, dan Sedanau.
Cara pengajaran interakfif dan menyenangkan jadi materi utama yang ditampilkan. Pelatihan pun dilakukan dengan metode menyenangkan lewat ragam permainan dan kerja kelompok.