Liputan6.com, Jakarta - Sudah saatnya membuang jauh persepsi aromaterapi semata bermanfaat sebagai wewangian. Jauh daripada itu, ragam aroma ini bisa dimanfaatkan untuk terapi yang nantinya bisa memberi efek, baik secara psikologi maupun fisik.
"Sangat tergantung pada bahan, alat, metodenya juga buat tentuin kualitas kandungan essential oil," tutur Founder dan Formulator Aquila Herb Puji Sopandi saat ditemui di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Jumat, 1 November 2019.
Ia menambahkan, kualitas essential oil sebenarnya bermula sejak awal penanaman bahan. Juga, kandungannya tergantung waktu panen bahan tersebut, di mana saat musim hujan, kadungan essential oil di tumbuhan tertentu biasanya akan lebih tinggi.
Advertisement
Baca Juga
Setidaknya ada tiga cara untuk memperoleh essential oil. "Pertama, destilasi. Itu biasanya dipakai untuk mengolah tumbuhan keras. Terus ada juga penarikan pakai cairan tertentu," tutur perempuan yang sudah menggeluti usaha essential oil sejak 2011 tersebut.
"Kemudian, ada pula enflurasi. Bisanya metode ini dipakai buat olah bunga-bungaan karena kandungan sedikit, mudah rusak, dan mudah menguap," sambung Puji.
Mengingat penggunaan bahan di Indonesia, kebanyakan produksi essential oil lokal menggunakan metode destilasi. "Jadi, memisahkan titik didih. Ketika (bahan pembuat essential oil) dipanaskan di suhu lebih dari 100 derajat, ada pemisahan diri," jelas ibu asal Indramayu, Jawa Barat tersebut.
"Essential oil bakal keluar dan memisahkan diri dari air yang jadi medium didih," tambah Puji. Air yang digunakan dalam proses ini, jelasnya, masih bisa dimanfatkan karena masih mengandung sekian persen essential oil.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tahap Setelah Diperoleh
Setelah essential oil diperoleh dari bahan tertentu, ada beberapa tahap yang dilalui sebelum akhirnya dimanfaatkan. Pertama, reaktifikasi, yaitu proses dilalui bahan yang bisa dianalisis secara terpisah.
Ada pula tahap fraksinasi yang kerjanya sama dengan reaktifikasi. Hanya saja pemisahannya lebih spesifik. Minyak atsiri dengan kandungan 7 persen difraksinasikan agar diperoleh kemurnian 90--97 persen.
Kemudian, deterpening, yaiut peroses penghilangan bila minyak atsiri tidak punya sifat yang diingini. Proses ini membuatnya larut dalam air dengan bau dan warna lebih pekat.
Ke empat, dewaxing, yang biasanya dilalui essential oil diperoleh dengan cara diperas. Ada juga proses filtering untuk mengurangi pencemar dalam kandungan essential oil.
Tes reaksi kimia pun dilakukan agar produk yang dihasilkan punya kualitas lebih baik. Biasanya memanfaatkan cedar, vetiver, mint, citronella, dan trementine. Terakhir, ada pula tahap penghilangan warna.
Puji mengatakan, soal waktu pengelolaan essential oil, sebenarnya tergantung pada bahan. "Banyak faktor, termasuk sedikit-banyak bahan, besar-kecil ketel," jelasnya.
Harga yang ditentukan pasar juga berbeda. Aqulia, merek milik Puji, menjual essential oil Rp55 ribu per 10 ml atau malah Rp550 ribu per 5 ml.
Advertisement