Liputan6.com, Jakarta - Gaun Miss Universe Singapura Mohanaprabha menuai kritik publik Singapura. Gown berwarna pink fuschia karya desainer kenamaan Filipina Michael Cinco itu dilengkapi bagian belakang yang panjang dan hiasan bunga di bagian bahu.
Ragam tanggapan pedas yang dilontarkan karena tampilan tersebut dianggap tak mewakili Singapura. Mereka juga mempermasalahkan kenyataan bahwa kostum itu tak dibuat khusus untuk kontes kecantikan Miss Universe, seperti dikutip AsiaOne, Rabu, 27 November 2019.
Gaun itu merupakan koleksi haute couture terbaru sang desainer bertajuk "The Impalpable Dream of Swan Lake" yang diluncurkan di Taguig, Filipina, baru-baru ini.
Advertisement
Baca Juga
"Mengapa Anda menipu orang Singapura dengan mengklaim bahwa kostum ini terinspirasi oleh Vanda Miss Joaquim? Masyarakat berhak mengetahui kebenaran," tulis salah satu warganet.
Meski mendapat kritikan, ada warganet yang justru memuji gaun yang dikenakan Mohana. "Detail cantik di sekitar leher Mohana memang menyerupai bunga nasional kita," katanya.
Sementara itu, Direktur Nasional Miss Universe Singapura Valeri Lim membela kostum tersebut. Ia mengakui, kendala waktu dan logistik jadi alasan mereka tidak bisa merangkul lebih banyak gagasan dari publik.
"Bakat ada di mana-mana dan karena kita adalah kota kosmopolitan, batas-batas jadi kabur. Kami ingin mengambil kesempatan ini untuk menunjukkan tujuan Mohanaprabha dengan merangkul orang dan ide-ide dari semua lapisan masyarakat," ungkap Valerie Lim pada The New Paper.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Berkelas dan Mewah
Konsultan kreatif Jonas Antonio Gaffud pun mengatakan, kostum nasional Miss Universe Singapura tahun ini telah merepresentasikan negaranya dengan baik melalui bunga nasional.
"Kami sudah memiliki ide untuk menampilkan bunga nasional dan kami merasa kostum khusus ini tidak hanya terlihat seperti anggrek. Warnanya terlihat bagus pada Mohanaprabha," ujarnya.
Namun, mantan perancang busana Miss Universe Singapura Hayden Ng mengatakan, kostum nasional harus memproyeksikan citra dan getaran negara, serta orang-orang yang seharusnya diwakilinya. "Itu juga harus langsung dikaitkan dengan negara," katanya.
Meski ia setuju itu tidak boleh terbatas pada desainer lokal, Hayden menuturkan, para desainer harus benar-benar memahami budaya Singapura yang kaya untuk mengeksekusi kostum agar mampu memproyeksikan identitaa Negeri Singa.
Sementara itu, Kenny Lim dari label mode Depression mengatakan, ada kebutuhan mutlak untuk memiliki desainer atau merek yang berbasis di Singapura untuk menciptakan kostum nasional.
Advertisement