Cerita Akhir Pekan: Mengatur Biaya Agar Pernikahan Tak Berujung Utang

Bagi yang tetap ingin menggelar pesta pernikahan yang meriah, tidak sedikit pula yang menyadari bahwa bujet pernikahan mereka membengkak.

oleh Henry diperbarui 08 Des 2019, 08:30 WIB
Diterbitkan 08 Des 2019, 08:30 WIB
Editor Says: Pilih Mana, Pakai Vendor atau Mengurus Sendiri Pesta Pernikahan?
Ilustrasi pesta pernikahan. (unsplash.com)

Liputan6.com, Jakarta - Semua orang, termasuk Anda tentunya, ingin pernikahan yang berkesan. Masalahnya, menggelar pesta pernikahan butuh dana yang tidak sedikit.

Ada berbagai hal yang perlu dipersiapkan. Mulai sewa gedung, merancang dan mencetak undangan, pesan katering, dekorasi, gaun pengantin, biaya rias pengantin, seragam keluarga, akomodasi, dan masih banyak pernak-pernik biaya tambahan lainnya.

Bagi yang tetap ingin menggelar pesta pernikahan yang meriah, tidak sedikit pula yang menyadari bahwa bujet pernikahan mereka membengkak. Mereka pun akhirnya memutuskan untuk mencari pinjaman atau hutang demi menutup kekurangannya tersebut.

Kalau sampai harus berhutang, jangan sampai Anda mengalami nasib seperti seorang wanita bernama Alexandra Prawiro. Ceritanya yang dibagikan oleh akun Instagram Jouska Indonesia sempat menjadi viral di Facebook baru-baru ini.

Alexandra mengaku pernah mengalami 'wedding disaster' atau bencana pernikahan ketika orangtua terlalu banyak berutang untuk rangkaian acara perkawinannya. Pada akhirnya Alexandra lah harus berusaha untuk membayar Rp754 juta untuk acara yang 80 persen tamunya tidak dikenal karena kebanyakan adalah rekanan orangtuanya.

Pulang dari bulan madu yang tidak terlalu dinikmati karena terpikir hutang, Alexandra dan suami pun berusaha keras untuk melunasi utang pernikahan. Suaminya yang memiliki utang Rp100 juta akhirnya meminjam uang dari seprang teman.

Alexandra juga berusaha membayar hutang diam-diam dengan menggadaikan rumah orangtua dan menjual mobil pemberian orangtua. Pasangan yang sudah tiga tahun menikah dan punya seorang anak ini masih akan mencicil hingga beberapa tahun ke depan.

Bersikap realistis dalam merancang resepsi pernikahan dan melaksanakan momen berharga dengan penuh persiapan yang matang sangat dianjurkan oleh para perencana keuangan. Menurut Financial Planner atau Perencana Keuangan Prita Hapsari Ghozie, pisahkan bujet untuk acara adat dan acara utama yaitu akad, dan acara syukuran atau resepsi pernikahan.

Menurut perempuan yang menjadi CEO di kantor konsultan keuangan ZAP Finance ini, kalau dana terbatas sebaiknya utamakan acara akad.

"Akad sebaiknya diutamakan. Yang lain bisa mengikuti. Agar lebih pasti bisa gunakan paket pernikahan," terang Prita melalui pesan singkat pada Liputan6.com. Sebagai langkah awal, Anda harus mengenali kemampuan finansial Anda untuk membiayai keperluan pesta pernikahan yang akan digelar nanti.

Bagi Prita Ghozie, berutang bukan jadi pilihan yang bijak. Menurut Prita, tidak bijak kita berutang untuk pesta pernikahan. Karena setelah itu akan banyak kebutuhan lain yang lebih penting seperti rumah.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Pengeluaran Terbanyak untuk Konsumsi

Hutang
Ilustrasi Hutang (sumber: unsplash)

Selain pendapat ahli keuangan, pengalaman dari mereka yang sudah menggelar resepsi pernikahan mungkin bisa jadi bahan perbandigan dan tambahan masukan buat Anda yang ingin menikah dalam waktu dekat ini.

Salah satunya adalah pasangan Afandi dan Renia yang menikah pada Juli 2019 di Cirebon, Jawa Barat. Mereka termasuk pasangan yang menikah dengan biaya tidak terlalu tinggi tapi bisa tetap melaksanakan resepsi pernikahan dengan cukup meriah dan menurut pengakuan mereka sama sekali tidak meninggalkan hutang.

Dengan bujet sekitar Rp30 juta, mereka bisa menggelar pesta pernikahan di gedung dengan menyediakan suvenir dan photo booth bagi para undangan.

"Yang paling banyak itu pengeluaran untuk konsumsi, sekitar (Rp)14 juta, tapi itu sudah murah karena sudah termasuk biaya sewa gedung. Itu karena pihak penyedia makanan yang kita booking sudah menyediakan paket konsumsi yang sudah termasuk biaya sewa gedung," terang Afandi saat dihubungi Liputan6.com, 6 Desember 2019.

Yang juga cukup menghemat, mereka memang memakai baju adat dan dekorasi khas Cirebon tapi secara umum resepsi mereka berkonsep modern karena tidak ada upacara adat tertentu.

"Selain itu yang juga menghemat bujet, kita nikah di kantor KUA dan itu tidak dipungut biaya. Kita cuma keluar duit buat biaya cetak pas foto untuk buku nikah. Yang juga menghemat pengeluaran, kita sewa pengisi hiburan musik, tim makeup dan sewa baju dari keluarga kita dan teman kita sendiri yang pastinya jauh lebih murah," sambung Afandi.

Selain memakai uang hasil tabungan mereka sendiri, kedua orangtua mereka juga memberikan dana yang cukup besar untuk menggelar resepsi. Hasilnya, usai resmi menikah dan menggelar resepsi, Afandi dan Renia masih punya cukup tabungan untuk menjalani hari-hari awal mereka sebagai pasangan suami-istri.

Bantuan Orangtua

pernikahan
ilustrasi menafat menikah/copyright Unsplash/Vitor Pinto

Pengalaman berbeda dialami pasangan Rendy dan Nadya yang menikah pada Maret 2019. Mereka menggelar pesta pernikahan dengan adat Mandailing, Sumatera Utara yang merupakan daerah asal Nadya.

Prosesi adat tersebut dimulai dari acara lamaran, akad nikah, prosesi adat mangupa (semacam syukuran) dan resepsi pernikahan. Itu pun hanya mengambil beberapa bagian dari prosesi adat sebenarnya yang lebih banyak dan panjang.

Total mereka menghabiskan biaya sekitar Rp350 juta dengan menggelar resepsi di sebuah gedung yang cukup besar di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.

"Ya, sebenarnya semua biaya ditanggung sama orangtua kita, tapi kita juga ikut sedikit menyumbang. Kalau aku sendiri mengeluarkan bujet untuk membeli seserahan, mahar dan perhiasan yang totalnya sekitar (Rp)34 juta," ungkap Rendy pada Liputan6.com, 7 Desember 2019.

"Kita maunya sebenarnya bikin pesta yang sederhana aja di kafe atau outdoor, tapi orangtua maunya bikin pesta dengan konsep adat dan mereka yang mau menanggung biayanya, ya kita ikut saja," lanjut Rendy.

Menurut Rendy, keluarga mereka maupun dirinya dan istrinya tidak berhutang sama sekali. Meski begitu ia mengakui tabungannya sudah ludes dan harus mulai dari nol lagi sejak hari pertama berumahtangga.

"Tapi sebenarnya nggak nol banget sih, karena istri saya masih simpan perhiasan dari saya, ya itu kita jadikan aset yang mungkin akan dibutuhkan sewaktu-waktu nanti. Yang jelas kita bisa hidup lebih tenang karena nggak ada utang," ucap Rendy mengakhiri pembicaraan.

Dengan berbagai cerita, saran dan pengalaman tadi, mungkin bisa dijadikan tambahan masukan bagi Anda yang ingin atau bahkan akan menikah dalam waktu dekat. Apapun keputusan yang dibuat, tentunya diharapkan akan membawa kebaikan dan dampak positif bagi Anda dan pasangan Anda.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya