Liputan6.com, Jakarta - Bahtera rumah tangga tak seharusnya diarungi tanpa persiapan. Karenanya, pemerintah dengan Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai eksekutor mencanangkan program bimbingan perkawinan (binwin) demi memberi secercah lentera saat gelap melanda laju ikatan pernikahan.
"Bimbingan ini sendiri terdiri dari banyak bagian. Salah satunya adalah bekal nasihat bagi calon pengantin, terutama dalam mengatasi konflik," jelas Kepala KUA Kecamatan Menteng Mas'ud pada Liputan6.com di bilangan Jakarta Pusat, Kamis, 5 November 2019.
Dalam penyelenggaraan, pihak terakit menjelaskan secara sederhana bahwa tujuan pernikahan adalah membina hubungan rumah tangga bahagia dan sejahtera. Soal konflik, Mas'ud menambahkan, biasanya terkait tiga faktor, yakni morel, ekonomi, dan seksual.
Advertisement
Baca Juga
"Morel lebih banyak ke tersinggung. Biasanya hal kecil, sebetulnya remeh. tapi bagaimana menyampaikan keberatan dengan benar supaya tidak ada yang tersinggung," sambungnya. Juga, lebih mendalami hukum seksual dalam praktiknya dari kacamata agama.
Di samping, terdapat juga penyuluhan kesehatan yang diisi tenaga medis dari puskesmas setempat. Mulai dari kehamilan, kelahiran, penyakit seksual, sampai pemberian suntik tetanus teksoid bagi calon pengantin perempuan.
"Orang sering salah kira, disangka itu (suntik tetanus teksoid) suntik KB, padahal bukan. Maksudnya itu mencegah keguguran," kata Mas'ud. Berdasarkan prosedur, suntik yang dimaksud dilakukan sebelum dan setelah menikah.
"Sebelum (menikah) pas binwn, setelahnya, misal seminggu setelah menikah, si perempuan bisa datang ke puskesmas untuk minta disuntik tetanus teksoid," ujarnya,
Calon pengantin yang belum lama mengikuti program bimbingan perkawinan Hanny Haniffa menjabarkan, pemateri dalam kegitan ini mencakup petugas KUA, penghulu, penceramah agama, polisi, serta dokter umum daerah setempat.
"Ada cek HB. Buat cek HB, dikenakan biaya Rp20 ribu," katanya lewat pesan singkat, Jumat, 6 Desember 2019.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kenapa Ikut?
Mas'ud menjelaskan, dengan payung hukum yang belum sahih, bimbingan perkawinan (binwin) sekarang masih dalam ketagori anjuran. "Berlangsung selama dua hari. Peserta biasanya orang yang akan menikah dalam kurun waktu terdekat sampai tiga bulan ke depan," katanya.
Kendati bersifat anjuran, Hanny sebagai calon pengantin memutuskan ikut dalam program binwin. "Saya pribadi, pengen tahu apa sih isinya (binwin). Lagian juga kan seumur hidup sekali (menikah), jadi tidak ada salahnya nikmati proses yang berjalan. Toh tidak ribet, tinggal datang ikuti di sana ngapain," ujarnya.
Sementara, pengantin perempuan yang sempat mengikuti binwin di 2018, Fitri Andiani, mengatakan bahwa alasan di balik keikutsertaannya adalah mencari tahu seserius apa bimbingan pranikah dijalani.
"Karena kan sebenarnya bagus juga buat tambahan bekal pasangan yang mau nikah," katanya lewat pesan singkat, Jumat, 6 Desember 2019.
Mas'ud menjelaskan, dengan waktu pelaksaan dua hari, tantangan yang dihadapi sebenarnya lebih pada ketersediaan waktu calon pengantin. Pasal, pekerjaan mereka sangat beragam dan urusan itulah yang acap kali jadi batu sandungan.
"Makanya saya pikir harus ada keterlibatan Kementerian Ketenagakerjaan untuk memberi dispensasi. Supaya fokus ikut binwin. Apalagi, ada wacana mau ada penambahan waktu sampai tiga bulan," tuturnya.
Ia menambahkan, idealnya dalam setiap pelaksanaan binwin diikuti 25 pasangan. "Tapi, kayak yang terakhir kami selenggarakan di tanggal 26 November (2019), itu ada sampai 30 pasangan karena memang yang daftar lagi banyak. Jadi, disesuaikan," ucapnya.
Advertisement
Realisasi Penyelenggaraan
Tidak sembarangan dalam menghadapi konflik, itulah maksud penyelenggaraan program binwin berdasarkan keterangan Mas'ud. "Tapi, sistem di KUA yang saya datangi masih sangat kurang," Hanny mengakui.
Mulai dari absensi yang tidak praktis, penyelenggaraan belum rapi, sampai cara menyampaikan materi dianggap masih sangat kurang. "Karena pas pembicaranya lagi sampaikan materi, ada suara orang manggil peserta buat samain administrasi lah, buat disuntik lah. semuanya itu ditaruh di tempat yang sama," tuturnya.
Disambung Fitri, materi yang disampaikan juga alangkah baik diperbarui. "Misal, fenomena anjuran nikah muda, Indonesia tanpa pacaran, ta'aruf, kalau pemerintah bisa kasih materi yang tepat soal itu kan bisa jadi counter strike buat gerakan-gerakan tersebut," imbuhnya.
Manurutnya, binwin punya power untuk mengisi celah-celah rancu tersebut. Soal efek, dengan gagasan materi binwin sekarang, Fitri menganggap efek yang diberikan belum terlihat secara konkret, apalagi signifikan.
"Semoga manajemennya bisa lebih rapi dan terstruktur. Kalau lebih rapi dan jelas, mungkin orang yang cuti untuk ikut program tersebut jadi tidak jengah. Materi yang disampaikan pun bisa diterima dengan baik dan betul-betul jadi bekal berumah tangga nanti," tambah Hanny.