Bukan Sembarang Lari, Apa Itu Meaningful Running?

Lari bila dilakukan secara tepat bisa dianggap sebagai salah satu bentuk terapi.

oleh Asnida Riani diperbarui 30 Jan 2020, 07:04 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2020, 07:04 WIB
20160303-Ilustrasi lari-iStockphoto
Ilustrasi lari (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Lari sebagai salah satu olaharaga paling popular nyatanya tak semata memengaruhi fisik, namun juga mental. Karenanya, memahami meaningful running menjadikan lari tak sekadar menggerakkan tubuh.

"Sayangnya, banyak orang menjadikan olaharaga, termasuk lari, sebagai pelarian. Makanya, instead pelarian. kami mau mendorong lari bisa jadi solusi," kata Co-Founder Studio SANA Laila Munaf di bilangan Jakarta Pusat, 28 Januari 2020.

Meaningful running atau concious running dilakukan dengan fokus saat lari. Mengingat cara dan metode setiap orang berbeda untuk tetap bisa fokus, kemampuan mendengarkan tubuh jadi sangat krusial di sini.

"Be present, dengan begitu kita bisa berkomunikasi dengan diri sendiri," imbuhnya. Laila sendiri menjadikan lari sebagai bagian dari me time untuk lebih memahami diri sendiri. Berlari dalam kondisi concious pun disebut mengurangi risiko cedera.

"Bagi saya, lari merupakan bagian dari latihan mendengarkan tubuh. Oh, saya bisa lari dengan kecepatan segini, saya merasa capai, tidak apa-apa, jangan malah dipaksa dan bilang diri sendiri cemen," ucapnya.

"Jadi, setelah lari, terasanya malah lebih bahagia. Secara mental, saya sudah siap menghadapi masalah," sambungnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Moving Meditation

Ilustrasi Lari
Ilustrasi lari (dok. Pixabay.com/Putu Elmira)

Dengan kata lain, Laila mengatakan, lari merupakan bagian dari terapi untuk diri sendiri. "Bisa juga disebut moving meditation. Dalam hal ini, lari tak hanya untuk bugar, tapi juga bahagia," ucapnya.

Sebagai langkah pertama, mengatahui maksud awal untuk berlari jadi poin penting yang harus disadari. Lalu, belajar gerakan dasar, lantaran bila gerakan salah, badan bisa sakit dan dikhawatirkan bikin kapok lari.

Namun, bila ingin mendengar, Lila menyebut bahwa tubuh sebenarnya pemberi sinyal yang ulung. Tinggal bagaimana orang tersebut membaca gejala-gejala yang sudah diperlihatkan tubuh.

"Kita yang harus aware tentang apa yang mau ditanamkan. Karena ketidaksiapan merupakan salah satu kendala untuk konsisten lari," sambungnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya