Cologne Turki Makin Melejit Saat Pandemi Corona COVID-19, Kok Bisa?

Cologne tradisional Turki itu disebut sebagai simbol keramahan dan selalu abadi. Apa kaitannya dengan pandemi corona COVID-19?

oleh Komarudin diperbarui 24 Mar 2020, 21:02 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2020, 21:02 WIB
Ilustrasi cologne
Ilustrasi cologne (Dok.Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa pekan terakhir cologne tradisional Turki kian melonjak saat pandemi corona COVID-19. Cologne yang disebut sebagai simbol keramahan dan selalu abadi itu dipandang mampu menangkal virus.

Cologne berbasis etanol ini juga mengandung desinfektan alami. Dilansir dari Hurriyat Daily News, tradisi ini mungkin merupakan salah satu senjata di gudang senjata Turki yang sejauh ini menjaga kasus virus di negara ini relatif rendah. Cologne ini bisa juga membantu mencegah jumlah kasus yang lebih tinggi di bulan-bulan mendatang.

Turki hingga saat ini memiliki kurang dari 20 kasus virus yang dikonfirmasi, kebanyakan dari mereka terkait dengan orang yang baru-baru ini bepergian ke luar negeri, termasuk ke Eropa, Amerika Serikat, dan Arab Saudi.

Dalam tradisi Turki, cologne digunakan dalam berbagai situasi sebagai wewangian yang menyenangkan, seperti setelah potong rambut, naik bus, setelah perjalanan, ketika tamu tiba, atau ketika mengunjungi teman di rumah sakit.

Setelah kasus pertama coronavirus di Turki diumumkan, orang-orang Turki berbondong-bondong ke berbagai toko lokal untuk membeli cologne.

"Permintaan cologne beraroma jeruk, dan terutama lemon, melonjak lima kali lipat," ujar Engin Tuncer, pemilik produsen cologne Turki Eyup Sabri Tuncer, mengatakan kepada Badan Anadolu yang dikelola pemerintah.

Di depan toko ritel bermerek cologne di ibu kota Ankara, orang-orang mengantre sepanjang 100 meter untuk mendapatkan cologne. Beberapa orang membawa botol plastik kosong ukuran 20 liter untuk diisi cologne, meski pedagang hanya menjual 1,5 liter per orang.

Saksikan video pilihan di bawah ini :

Permintaan Luar Negeri

Parfum atau Minyak Wangi
Ilustrasi Foto Minyak Wangi atau Parfum (iStockphoto)

Untuk itu, minggu lalu pemerintah Turki menghentikan sementara  penggunaan etanol dengan membantu meningkatkan produksi disinfektan. Tuncer pun memuji langkah tersebut.

Penangguhan penggunaan etanol dalam bensin akan memberikan tambahan 20.000 meter kubik untuk produksi desinfektan dan cologne di negara itu, menurut Otoritas Regulator Pasar Energi Turki.

"Lemon cologne mengandung setidaknya 80 persen etanol. Sementara varietas aroma umum lainnya - melati, tembakau, lavender, amber, dan teh putih - mencakup lebih dari 70 persen untuk berfungsi sebagai desinfektan," ucapnya.

Karena permintaan di Turki telah melonjak, Tuncer menambahkan, perusahaan menolak permintaan dari luar negeri untuk berkonsentrasi pada pasar domestik.

"Karena kami berpikir bahwa orang-orang di negara kami mungkin memerlukan produk antibakteri, kami tidak merasa pantas untuk menjual cologne di luar negeri," jelas Tuncer yang sedang fokus produksi cologne di luar sabun cair, krim tangan dan tubuh, dan sampo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya