Liputan6.com, Jakarta - Sebuah mal di Malaysia menerapkan normal baru usai dibuka kembali pada 13 Mei 2020. Sejumlah langkah disiapkan demi menjaga agar para pengunjung patuh pada aturan jaga jarak dan menghindari kerumunan.
Salah satu yang menarik perhatian adalah penempatan manekin-manekin yang didandani cantik untuk mengisi bangku tunggu pengunjung. Dengan begitu, bangku yang ada hanya bisa didudukin satu pengunjung saja.
Advertisement
Baca Juga
"Bila Anda menemukan mereka, jangan takut. Mereka tidak menggigit," demikian pengumuman pengelola Mal Sunway Pyramid Malaysia yang diunggah di akun Facebook resmi mereka, 19 Mei 2020.
Pengelola mal juga mengajak para pengunjung untuk berfoto bareng dengan manekin-manekin itu dan mengunggahnya di media sosial masing-masing. Agar lebih aman, patung-patung tersebut disanitasi sesering mungkin.
Tapi, manekin tersebut tak hanya berfungsi untuk menjaga jarak. Mereka juga tetap bertugas untuk mempromosikan pakaian yang dikenakan.
"Jika Anda menyukai apa yang mereka kenakan, periksa kartu tenda (price tag) yang ditempatkan di samping mereka," sambung pengumuman tersebut.
QR Code
Selain manekin, pihak mal juga menggunakan QR Code untuk mendata para pengunjung yang datang. Mereka yang hendak berbelanja diharuskan memindai kode QR selangkah sebelum memasuki mal.
Mengapa mal menerapkan hal itu? "Detail kontak Anda diperlukan bagi pihak berwenang untuk menghubungi Anda dalam peristiwa infeksi COVID-19 yang diduga di area tersebut," demikian penjelasan pihak mal.
Caranya terbilang mudah. Anda cukup mengarahkan kamera ponsel untuk memindai kode QR. Selanjutnya, pengunjung wajib mendaftarkan nomor telepon pribadi. Pendaftaran cukup dilakukan satu kali dan selanjutnya akan menerima konfirmasi.
"Sebelum memasuki toko, pindai Kode QR di pintu masuk toko," sambung pengumuman itu.
Langkah lainnya adalah menugaskan staf khusus yang akan berpatroli untuk mengingatkan pengunjung tetap menjaga jarak dan menerapkan protokol kesehatan. Sejumlah tugas mereka antara lain mencegah kerumunan, mengatur jarak pengunjung, mengecek kebesihan dan higienitas di mal.
Lalu, apakah bisa dipraktikkan di Indonesia?
Advertisement