Agen Perjalanan Antisipasi New Normal di Sektor Pariwisata

Antisipasi new normal ini berupa cara pelancong melakukan perjalanan, operasional moda transportasi, pilihan destinasi, hingga kebutuhan esensisal bagi wisatawan.

oleh Asnida Riani diperbarui 03 Jun 2020, 18:02 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2020, 18:02 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi travel. (dok. Pexels/Artem Beliaikin)

Liputan6.com, Jakarta - Pariwisata sebagai salah satu sektor paling telak terdampak pandemi COVID-19 mulai menelaah narasi new normal dalam operasional. Terlebih, beberapa wilayah dalam negeri memang sudah masuk zona hijau, walau pergerakan wisata belum diizinkan.

"Selama tiga bulan tidak beroperasi, kami tetap aktif mengadakan seminar untuk tukar ide dan mempersiapkan para agen perjalanan saat traveling sudah kembali diperbolehkan," kata Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Nunung Rusmiati di webinar bertema "Tren Wisata di Maluku Tenggara pada Era New Normal" Selasa, 2 Juni 2020.

Dalam diskusi tersebut, rencana adaptasinya berupa promosi wisata domestik selama empat hingga enam bulan setelah larangan perjalanan diangkat. "Tapi, tetap harus diperhatikan mana zona apa," ucapnya.

"Kemudian, outbond diperkirakan enam bulan sampai satu tahun dan inbond lebih dari satu tahun. Ini bergantung bagaimana branding dan cara Indonesia membangun kepercayaan untuk mendatangkan turis, sekaligus melindungi warga lokal dari transmisi virus," imbuh Nunung.

Beberapa antisipasi new normal pun sudah didiskusikan, mulai dari cara pelancong melakukan perjalanan, operasional moda transportasi, pilihan destinasi, hingga kebutuhan esensial bagi wisatawan.

New Normal

Travel
Ilustrasi travel. (dok.pixabay)

Nunung menjelaskan, perjalanan jangka pendek jadi perjalanan paling memungkinkan di era new normal, mengingat belum tahu kapan long haul bisa kembali pulih. Karenanya, sasaran wisatawannya dimulai dari domestik dan perlahan meluas ke Asia.

"Kemudian, kami juga mengantisipasi bahwa permintaan private tour akan lebih tinggi karena bepergian dengan orang lain masih sangat berisiko," tuturnya.

Lalu, pembatasan kursi di transportasi membuat harga tiket diperkirakan naik. "Cuma kami lagi terus negosiasi, terutama sama Garuda, supaya kenaikan ini masih masuk akal. Cuma karena hanya separuh kursi yang keisi, otomatis memang ada penyesuaian harga," katanya.

Soal pemilihan destinasi, wisata alam disebut bakal jadi primadona dengan tetap menerapkan sederet protokol kesehatan dan tak membuat kerumunan. "Sertifikat kesehatan dan asuransi perjalanan juga bakal jadi kebutuhan esensial dalam traveling di era new normal," tandasnya.

Karenanya, menghadapi situasi ini, Nunung menyebut, ada beberapa poin yang bisa dibantu pemerintah, yakni mengoordinasikan semua pihak supaya bisa memberi harga kompetitif dan ada subsisi promosi lewat asosiasi.

Sementara, agen perjalanan harus kreatif membuat paket, bekerja sama dengan banyak pihak, dan memperkuat digital platform.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya