Tiongkok Tetap Selenggarakan Festival Daging Anjing di Masa Pandemi

Penyelenggaraan festival daging anjing di Yulin, Tiongkok, diharapkan jadi kali terakhir.

oleh Asnida Riani diperbarui 24 Jun 2020, 14:02 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2020, 14:02 WIB
Festival daging anjing di China
Dalam budaya China, mengonsumsi daging anjing dipercaya bermanfaat untuk kesehatan, terutama saat musim panas. (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Festival daging anjing tetap terselenggara di Yulin, Tiongkok pekan lalu, terlepas dari imbauan pemerintah untuk membatalkan event tersebut. Acara tahunan yang berlangsung selama 10 hari ini biasanya menarik ribuan pengunjung.

Mengutip laman video South China Morning Post, Rabu (24/6/2020), penyelenggaraan di masa pandemi membuat jumlah pengunjung jauh berkurang, dan tahun ini diharapkan para aktivis sebagai kali terakhir dilangsungkannya festival daging anjing.

Sejak awal penyebaran COVID-19, hubungan antara warga Tiongkok dengan hewan terus dikaji, terutama soal kultur konsumsi dengan ragam kepercayaan. Sudah beberapa minggu sejak pihak pemerintah memperbarui aturan tentang perdagangan dan konsumsi hewan liar.

Di samping protes yang terus dilayangkan berbagai pihak atas kebiasaan tersebut, penyebaran virus corona baru dengan beberapa hewan dikatakan sebagai medium penularan jadi alasan lain dalam pembaruan regulasi tersebut.

Pada April, Shenzhen telah secara resmi melarang konsumsi daging anjing, dan aturan ini didesak untuk juga diberlakukan di kota-kota lain.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Digolongkan sebagai Hewan Peliharaan

Festival daging anjing di China
Mengonsumsi daging anjing menjadi tradisi yang telah belangsung lama di China. (AFP)

Kementerian Agrikultura Tiongkok telah mengklasifikasikan anjing sebagai hewan peliharaan, bukan makanan, sekitar bulan lalu. Aturan lain terkait hewan yang belum lama dibahas adalah penetapan trenggiling sebagai hewan dengan perlindungan legal tertinggi.

Hewan mamalia ini tercatat paling sering diperjualbelikan secara bebas, kendati beberapa wilayah sudah melarang aktivitas tersebut secara hukum.

Umum digunakan sebagai obat tradisonal di Tiongkok, bagian tubuh trenggiling, terutama sisik, dijual dengan harga tinggi di berbagai pasar gelap. Padahal, belum ada penelitian yang membuktikan khasiatnya.

Pemerintah Tiongkok juga sudah menghapuskan sebuah pil terbuat dari tinja kelelawar dari daftar obat tradisional.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya