Cerita Akhir Pekan: Wisata Outdoor vs Indoor, Pilih ke Mana?

Masa pandemi Covid-19 memunculkan tren berwisata baru. Mana yang lebih dipilih para traveler?

oleh Putu Elmira diperbarui 21 Nov 2020, 08:30 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2020, 08:30 WIB
[Fimela] Ilustrasi Traveling
Ilustrasi Traveling | stocksnap/pixabay.com

Liputan6.com, Jakarta - Hantaman pandemi Covid-19 di berbagai belahan dunia turut berimbas pada industri pariwisata dan perjalanan. Tak sedikit para pelaku wisata yang harus berupaya keras untuk tetap bertahan di tengah impitan masa krisis.

Setelah sekitar delapan bulan berlalu sejak masa pandemi, industri pariwisata, terkhusus di Indonesia, perlahan mulai bangkit. Terkait hal tersebut, ada pula pergeseran yang terjadi soal minat wisatawan dalam memilih destinasi wisata yang lebih condong pada wisata outdoor.

"Memang terjadi tren perubahan kunjungan, wisatawan memilih destinasi wisata yang di alam. Alasannya karena pandemi masih khawatir bisa tertular," kata Nyoman Sukma Arida, dosen Fakultas Pariwisata Universitas Udayana (UNUD) saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 20 November 2020.

Nyoman melanjutkan, sebagai langkah pencegahan, wisatawan berusaha menjaga jarak. Maka, tindakan yang memungkinkan adalah berwisata di objek-objek yang sifatnya terbuka dan cukup luas untuk menjaga jarak dengan aman.

"Destinasi-destinasi wisata tertutup lebih dihindari. Selain jaga jarak, selama ini terkungkung di rumah, perlu gerak bebas, membawa anak-anak. Yang dirindukan tempat-tempat terbuka, tanah lapang yang luas," tambahnya.

Nyoman juga menyebut bahwa ia telah meriset terkait berwisata dengan protokol CHSE (Cleanliness, Health, Safety & Environment Sustainability) bersama Kemenparekraf. Hasil riset menunjukkan berbagi macam destinasi wisata berbasis alam relatif lebih siap secara protokol dari destinasi wisata lainnya.

Terkait wisata outdoor akan tetap menjadi pilihan kemudian hari, Nyoman menyatakan bahwa akan selalu berada dalam dinamika. Terkhusus kini, masyarakat merindukan kebebasan di alam terbuka karena telah berdiam diri di rumah untuk waktu cukup lama.

"Ada saatnya kita akan balik ke wisata-wisata yang lebih tertutup seperti wisata belanja. Sekarang memang kebanyakan pada rentang usia 25--30 tahun, rata-rata usia 26 tahun dari hasil riset kemarin dengan 500 pengunjung, di mana milenial suka ke tempat terbuka supaya bisa selfie dan diunggah di Instagram atau media sosial lain," ungkap Nyoman.

Lantas, apa yang membuat masyarakat saat ini telah percaya diri untuk berwisata kembali? Dikatakan Nyoman, selain telah terkungkung di rumah dan dilanda stres, ia menyebut, berwisata telah menjadi kebutuhan utama, di mana dulunya jadi kebutuhan tersier.

"Walaupun masih menentukan prasyarat-prasayarat yang artinya dia berwisata masih mencari yang terdekat dari rumah, tidak banyak kerumunan. Berwisata dengan syarat tertentu," jelas Nyoman.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tren Wisata Outdoor dan Activity

Ilustrasi glamping
Ilustrasi glamping (dok. Pixabay.com/Putu Elmira)

Pengamat pariwisata dan dosen di Politeknik Sahid, Robert Alexander Moningka, juga melihat hal serupa soal kecenderungan wisatawan memilih wisata outdoor di masa pandemi. Di sisi lain, ada pula penambahan dengan ragam aktivitas dalam wisata itu.

"Semua rata-rata outdoor yang bentuknya ada yang glamping, bersepeda. Jadi turnya lewat bersepeda dan rata-rata ada activity," kata Robert saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 20 November 2020.

Bob, begitu ia akrab disapa, juga menyebutkan terjadi pergeseran dengan adanya wisata tematik yang akan lebih dicari. "Bukan saja destinasinya saja, tetapi activity di dalamnya juga ada," lanjutnya.

Aktivitas bersepeda seperti mengunjungi danau hingga bersepeda di wilayah tertentu juga telah cukup banyak dilirik. Dikatakan Bob, ada pula hal menarik lain, yakni hadirnya activity consultant.

"Sekarang ada staycation, orang sudah bosan di rumah dan menginap di hotel. Selama ini hanya menginap, aktivitas berenang, sekarang bukan hanya bermalam, tapi ada yang sudah melakukan activity," jelasnya.

Adapun konsultan aktivitas ini disediakan oleh hotel, namun baru beberapa saja yang menghadirkan jasa ini. "Saat check-in bukan langsung masuk kamar, tetapi bisa berkonsultasi dikasih jadwal sama pihak hotel," kata Bob.

"Ada beberapa yang memulai di sini tapi belum booming. Misalnya, bapaknya bekerja, ibunya fitness atau yoga, anak-anaknya belajar, setelah itu sorenya nge-teh bareng atau makan malam bersama itu yang namanya activity," tambahnya.

Kata Mereka yang Berwisata

[Fimela] travel
Ilustrasi traveling di era new normal | unsplash.com/@cikstefan

Berwisata telah masuk dalam agenda banyak orang setelah penat menjalani rutinitas. Begitu dengan Nurul Anwar, seorang dosen di sebuah perguruan tinggi yang kian gemar berwisata ketika bertugas di Solo, Jawa Tengah.

"Awal Juni itu ke Gunung Mongkrang di Karanganyar. Gunung sudah dibuka untuk umum tapi ada pembatasan. Aku kalau misalnya harus ke tempat yang ramai dikunjungi pilih waktu, waktu ramainya aku hindari," kata Anwar kepada Liputan6.com, Kamis, 19 November 2020.

Menuju Gunung Mongkrang, kala itu ia berangkat pukul 04.00 dan sampai sekitar 05.30. Setelah sampai di puncak, keadaan tidak terlalu ramai dan hanya ada sekitar 20-an orang. Anwar dan teman-teman pun menikmati matahari terbit dan tak lama kembali turun.

Perjalanan Anwar tak berhenti di sana, ia juga mengeksplorasi Kedung Sriti di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. "Aku sama teman-teman berenang, tapi enggak langsung nyebur bareng, tapi bergantian," tambahnya.

Pada Oktober lalu, Anwar juga mendaki ke Gunung Prau dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Sebelum naik, ia dan rombongan juga diwajibkan untuk menunjukkkan surat kesehatan. Terlepas dari itu, Anwar memiliki alasan tersendiri untuk memilih berpetualang dengan berwisata outdoor.

"Enggak masa pandemi juga lebih prefer outdoor karena menyediakan kesegaran untuk paru-paru dan pikiran menurutku. Exploring spot enggak di situ-situ saja, banyak yang lebih dibanding indoor," jelasnya.

Sementara itu, Anwar mengungkapkan masa pandemi telah membuat beberapa perjalanannya yang telah ia rencanakan terpaksa tertunda. Seperti akhir tahun ini, ia mengubah perjalanannya ke Yogyakarta, setelah batal ke Singapura.

"Akhir tahun ke Yogya karena enggak jadi ke Singapura karena tiket dikembalikan. Tahun depan rencana ke Thailand. Sedangkan perjalanan juga tertunda yang seharusnya Oktober lalu ingin ke Gili Labak lagi di Sumenep, Jawa Timur," tutupnya.

Wisata Keluarga

Ilustrasi liburan keluarga
Ilustrasi liburan keluarga. (Photo by Adam Sherez on Unsplash)

Cerita berbeda juga hadir dari seorang pegawai BUMN bernama Medina Ayesha. Mei, begitu ia akrab disapa, yang awalnya berdomisili di Jakarta, memilih untuk menetap di Surabaya karena beberapa alasan.

"Posisi aku di Surabaya karena cuti melahirkan. Pengennya melahirkan di Surabaya karena di Jakarta enggak ada ada yang bisa menemani, karena pandemi sekarang masih di Surabaya," kata Mei ketika dihubungi Liputan6.com, Kamis, 19 November 2020.

Karena menetap sementara waktu di Kota Pahlawan, Mei telah mulai berwisata di sekitar wilayah tersebut. "Mulai ke tempat wisata di Malang karena mertua di sana dan mulai wisata di Batu yang dekat itu sekitar Oktober," lanjutnya.

Di Malang, Mei menyempatkan untuk menyambangi wisata Cimory karena ingin memperkenalkan putra sulungnya kepada beberapa binatang yang ada di sana. Lalu, pada akhir Oktober, ia juga menyempatkan diri mampir ke Pasar Beringharjo Yogyakarta.

"Di Yogya waktu itu adik ipar menikah terus sempat ke Pasar Beringharjo itu juga di luar, anak-anak enggak masuk," lanjutnya.

Soal berwisata, Mei lebih memilih destinasi outdoor. "Pilih outdoor karena merasa lebih aman. Aku merasa udara enggak terperangkap di satu tempat. Kalau indoor udara enggak bisa keluar masuk dengan bebas. Kalau outdoor udaranya segar," tambah Mei.

Kendati demikian, berwisata di masa pandemi tetap membuat ia khawatir karena membawa kedua buah hatinya yang masih balita dan enam bulan. "Perasaan was-was bawa anak-anak khawatir karena anak lagi aktif-aktifnya, takut pegang sana-sini," jelasnya.

Ketika akan berwisata, Mei pun telah mempersiapkan beberaapa hal. Sebut saja masker untuk putra sulungnya yang berusia dua tahun empat bulan, membawa disinfektan yang aman untuk bayi, juga hand sanitizer untuk dewasa yang digunakan dirinya dan suami.

Di sisi lain, Mei juga telah berencana untuk kembali berwisata di 2021 mendatang. "Tahun depan sudah ada rencana, kebetulan sudah booking ke Bali. Rencananya Mei nanti dan itu naik mobil bersama keluarga," tutupnya.

Infografis 5 Tips Liburan Aman Saat Pandemi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 5 Tips Liburan Aman Saat Pandemi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya