Liputan6.com, Jakarta - Suntik filler menjadi salah satu tindakan medis yang banyak dipilih untuk mempercantik tampilan wajah. Selain tak perlu operasi, hasilnya bisa diperoleh secara instan.
Menurut dr. Grace Waworuntu, SpKK, dari ZAP Premier Clinic, filler berfungsi untuk memberi volume pada bagian wajah yang diperlukan. Bahan aktifnya adalah hyaluronic acid, senyawa yang juga diproduksi tubuh secara alami. Secara umum, tindakan non-operasi itu tidak berisiko tinggi.
Advertisement
Baca Juga
"Efek sampingnya harusnya ringan ya kalau memang sesuai indikasi, produknya terpercaya, dan dikerjakan oleh orang yang sudah kompeten. Efek sampingnya biasanya terlihat kemerahan, bengkak, nyeri ringan, tapi setelah seminggu sudah balik ke normal," kata Grace dalam diskusi virtual Memperbaiki Konstruksi Wajah Tanpa Operasi, Kamis, 21 Januari 2021.
Meski efek sampingnya ringan, bukan berarti semua orang bisa menjalani suntik filler. Grace tidak menyarankan tindakan tersebut diberikan kepada seseorang yang berusia di bawah 20 tahun dan tidak memiliki indikasi memerlukan filler.
"Usia 30 biasanya baru kelihatan, tapi ada juga yang usia 20 sudah kelihatan (memerlukan filler), atau secara genetik sudah ada kekosongan sehingga mengganggu penampilan dan memengaruhi tingkat percaya diri, atau kasus asimetrikal," terang Grace.
Grace juga tak menyarankan seseorang berusia di atas 50 tahun untuk disuntik filler. Bila kondisi wajah terlalu tua, penyuntikan filler tidak akan berpengaruh pada kondisi wajah. Hasilnya pun tidak bagus.
"Kalau memang indikasinya harus bedah plastik, ya bedah plastik," sambung dia.
Selain itu, mereka yang memiliki penyakit kronis, gangguan metabolisme dan hipertensi yang tidak tertangani dengan baik, tidak disarankan menjalani suntik filler.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Bentuk Wajah Ideal
Sejauh ini, filler membantu pasien memeperoleh bentuk wajah ideal. Menurut Grace, kebanyakan orang Asia menginginkan bentuk wajah ala Korea yang berbentuk V, berbeda dengan orang Kaukasia yang menginginkan bentuk wajah dengan rahang lebih tegas.
"Sebagai dokter, kita memiliki semacam panduan. Wajah kita ada proporsi dikatakan sempurna bila jaraak dahi ke alis, area dahi ke bibir, hidung ke dagu proporsional. Ada hitung-hitungannya," ujar dia.
Meski begitu, V shape yang diharapkan bukan yang berlebihan. Tandanya tidak natural bisa terlihat dari bentuk dagu yang terlalu lancip.
"Tapi, saya akan selalu menanyakan ke pasien saya keinginannya seperti apa. Kalau lihat kasus pasien saya misalnya, di chin kalau dihitung itu masih kurang, tapi kalau dia merasa sudah cukup, ya sudah. Enggak harus sampai beda banget," kata Grace.
Setelah filler, pasien disarankan untuk menghentikan penggunaan skin care rutin sementara waktu. Umumnya, seminggu setelah tindakan, produk perawatan wajah bisa kembali digunakan. Ia juga menyarankan agar menggunakan produk yang bersifat melembabkan.
"Hindari konsumsi obat-obatan yang ganggu pembekuan darah. Alkohol juga dihindari untuk ketahanan filler-nya," sambung dia.
Advertisement