Liputan6.com, Jakarta - Setelah ditutup sejak November 2020, objek wisata Jurang Jero di Magelang, Jawa Tengah, akhirnya dibuka kembali untuk umum. Pembukaan kembali objek wisata yang masuk dalam Taman Nasional Gunung Merapi itu mendapat respons positif dari masyarakat.
"Pembukaan kembali dilakukan pada 1 Maret 2021. Pembukaan ini merupakan rekomendasi dari Pemda dan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) dan arahan pimpinan saya," ujar penyuluh kehutanan Jurang Jero, Daru Hamdan saat dihubungi Liputan6.com, Selasa, 2 Maret 2021.
Advertisement
Baca Juga
Sejak dikunjungi Presiden Joko Widodo pada Februari 2020, masyarakat antusias dengan keberadaan Jurang Jero. "Usai kunjungan Presiden Jokowi itu, masyarakat banyak yang berkunjung ke sini, terjadi peningkatan kunjungan karena euforia dari kunjungan Presiden," ujar Daru.
Namun, itu tak berlangsung lama. Saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia, Jurang Jero pun ditutup untuk menghindari penyebaran Covid-19. "Jurang Jero dibuka kembali pada 17 Agustus 2020. Masyarakat sangat senang dan pembukaan ini merupakan bagian dari new normal," imbuh Daru.
Saat masyarakat bersemangat, Gunung Merapi mengalami peningkatan erupsi, sehingga Jurang Jero ditutup kembali pada 5 November 2020. "Posisi Jurang Jero itu jaraknya sekitar sembilan kilometer dari puncak Merapi," kata Daru.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sejarah Singkat Jurang Jero
Menurut Daru Hamdan, Jurang Jero merupakan desa yang hilang (the lost village). Sebelum menjadi kawasan konservasi, Jurang Jero merupakan kawasan perkampungan.
"Karena rawan bencana, banyak penduduknya yang transmigrasi pada 1960--1970-an. Transmigrasi merupakan program pemerintah saat itu," imbuh Daru.
Karena lama tak dihuni penduduk, Jurang Jero kemudian tumbuh menjadi hutan. Dari yang awalnya daerah perkampungan, Jurang Jero kemudian menjadi bagian dari kawasan Taman Nasional Gunung Merapi.
"Sisa-sisanya sampai sekarang masih ada, seperti makam, batu-batu besar yang merupakan lontaran dari erupsi Merapi pada tahun-tahun sebelumnya. Saat ini, kami sedang mengusahakan branding Jurang Jero sebagai the lost village," tegas Daru.
Advertisement