Liputan6.com, Jakarta - Indonesia tak hanya memiliki keindahan alamnya, tapi juga budayanya. Salah satu budaya itu adalah tari saman yang telah mendunia.
Tari saman telah dinobatkan sebagai salah satu warisan budaya dunia bukan benda oleh UNESCO pada 24 November 2011. Selain bernilai estetika, tarian satu ini menjadi sarana kemanunggalan antara hamba dengan Sang Pencipta.Â
Advertisement
Baca Juga
Syair-syair yang berasal dari kalam Ilahi diikuti pesan dakwah kerap diselipkan atau wajib ada, di dalam tarian ini. Unsur spiritual atau konsep keagamaan yang ada di dalamnya membuat tarian ini sakral, bahkan dianggap mistis oleh sebagian orang.
Syair ini mengingatkan kembali pentingnya tidak bersifat sombong terhadap orang lain. Kesombongan hanya akan membawa akibat berupa penderitaan pada diri sendiri.
Dalam gerakannya yang cenderung terbatas dan sederhana, itu tari saman membawa penarinya dalam kondisi ekstase. Tak ubah tarian sufi yang dipraktikkan oleh ordo Dervish dan Mevlevi.
Â
Sejarah asal muasal tari saman lebih banyak disampaikan secara lisan atau dari mulut ke mulut, yang dalam bahasa Gayo dikenal dengan "kéné bekéné", artinya, konon kata orang.
Banyak pula yang yakin saman telah ada sebelum Belanda datang ke Aceh. Alasannya, kata 'saman' tercantum dalam kamus Gayosche - Nederlandech Wooddenboek met Nederlandsch - Gajosch Register, Batavia : Landsrukkerij Hazeu, tahun 1907.
Â
Dalam penelitiannya mengenai tari saman, Mahasiswa UIN Ar-Raniry, Habibi Muttaqin, mengungkap, kata 'saman' berasal dari salah seorang ulama Tarekat Sammaniyah. Ulama ini terinspirasi dari tarian masyarakat Gayo yang dikenal dengan nama Pok Ane-Ane.
Sumber lain menyebutkan, tari saman berasal dari jazirah Arab. Itu merujuk sejarah bahwa tarian ini awalnya dilakukan oleh delapan orang sehingga dinamai 'saman', tetapi, pendapat ini diragukan banyak pihak, karena nilai estetis saman malah terletak pada jumlah penarinya yang ganjil.
Â
Penari saman umumnya laki-laki. Gerakan tari saman terpusat pada kesejajaran para penari dalam garis saf, yang duduk bersimpuh seperti orang sedang tasyahud dalam gerakan salat. Syair yang dinyanyikan antara lain, pembukaan disebut rengum, diikuti penari disebut dering.Â
Baju yang dikenakan penari bermotif kerawang gayo. Jenis properti yang dipakai antara lain, bulang teleng atau kerawang bertajuk, ikotni rongok atau saputangan, sensim ketip, dada kupang atau kalung, tajuk kiping, dan gelang.
Â
Tari saman ditarikan oleh satu kelompok penari saja. Namun, adakalanya dua kelompok penari dari sanggar atau kampung yang berbeda diadu, yang disebut dengan saman jalu.
Dalam perkembangannya, tari saman lebih beragam dan memiliki variasi yang berbeda-beda, baik dari segi gerakan, lagu, hingga formalitasnya, antara lain, saman jejunten, njik, ngerje atau kumah sara, dan bejamu besaman atau saman jalu.Â