Olimpiade Tokyo 2020 Sepi Tanpa Penonton, Pelaku Wisata Jepang Gigit Jari

Tiket penonton Olimpiade Tokyo 2021 yang sudah dibeli sejak jauh hari terpaksa harus dikembalikan.

oleh Henry diperbarui 30 Jul 2021, 09:02 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2021, 09:02 WIB
Foto: Menilik Sepintas Beberapa Venue Olimpiade Tokyo 2020, Perpaduan antara Futuristik dan Budaya Khas Jepang
Gymnastics Centre Ariake berlokasi di bagian utara distrik Ariake Tokyo. Pada Olimpiade Tokyo 2020, venue ini akan digunakan untuk cabang olah raga senam. (Foto: AFP/Loic Venance)

Liputan6.com, Jakarta - Ajang olahraga dunia Olimpiade Tokyo 2020 yang seharusnya ramai akan penonton, justru terlihat sepi. Jepang menutup pintu untuk kunjungan turis di tengah melonjaknya kasus Covid-19 di sana. Tentunya kebijakan itu berimbas pada pelaku wisata yang gagal mendapatkan keuntungan dari ajang olahraga terbesar di dunia itu.

Olimpiade Tokyo seharusnya dilangsungkan pada tahun lalu, tapi karena pandemi dimundurkan menjadi di tahun ini. Namun karena pandemi belum berlalu, penyelenggaraan olimpiade tetap sepi bahkan tanpa penonton.

Banyak bisnis kecil di Tokyo terpukul parah tidak hanya oleh pandemi, tetapi juga oleh keputusan pemerintah untuk melarang penonton, terutama dari luar Jepang untuk menyaksikan Olimpiade. Kondisi diperparah setelah Gubernur Tokyo Yoike memutuskan untuk melarang warga lokal menonton pertandingan langsung pada 9 Juli 2021.

Keputusan tersebut diambil setelah PM Yohishide Suga mengumumkan keadaan darurat Covid-19 untuk Tokyo karena lonjakan kasus virus corona yang cukup parah. Banyak negara menyayangkan keputusan ini, termasuk IOC (International Olympic Committee). Tiket penonton yang sudah dibeli sejak jauh hari terpaksa harus dikembalikan. Para pelaku wisata pun gigit jari.

Dilansir dari AP dan Republic World, 27 Juli 2021, Asakusa yang merupakan lokasi wisata populer di Tokyo tadinya diperkirakan akan dibanjiri ribuan penonton dan peserta Olimpiade. "Seharusnya ada banyak turis dan orang asing di daerah Asakusa selama Olimpiade Tokyo. Namun kenyataannya, daerah ini sangat sepi dan kami kecewa," kata Shuichi Inoue, pemilik toko yang menjual manisan Jepang.

Inoue termasuk satu dari ratusan pemilik bisnis di Asakusa dan wilayah-wilayah lain di Tokyo yang merasakan dampak buruk pembatasan-pembatasan terkait Covid-19 di Jepang. Begitu pula salah satu distrik fesyen kelas atas yang dekat Ometesando yang juga tidak terjamah kunjungan wisatawan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

Tak Sesuai Ekspektasi

FOTO: Jepang Masukkan Tokyo dalam Program Subsidi Perjalanan Domestik
Pengunjung terlihat di lokasi wisata Asakusa, Tokyo, Jepang, 4 Oktober 2020. Jepang memasukkan Tokyo dalam program subsidi perjalanan domestik yang disebut kampanye Go To Travel mulai 1 Oktober, setelah pada Juli lalu Tokyo tidak memenuhi syarat akibat lonjakan kasus COVID-19. (Xinhua/Du Xiaoyi)

Contohnya toko suvenir milik Yoshihisa Omae. Tempat usahanya dulu terletak di lokasi utama turis dekat Omotesando, distrik perbelanjaan kelas atas yang banyak dikunjungi turis domestik dan asing.

Karena pandemi, ia memindahkan tokonya ke Hiro-o, daerah perumahan di daerah Shibuya yang sangat populer. Omae bukan hanya kehilangan kesempatan untuk menonton upacara pembukaan bersama putrinya, tetapi bisnisnya jauh berkurang karena kebijakan Olimpiade tanpa penonton.

"Penghasilan berkurang, bahkan mungkin hanya 10 persen dari penghasilan sebelum pandemi. Ini jauh sekali dibandingkan dengan ekspektasi awal saya," kata Omae. Jadi, benarkah pengunduran waktu Olimpiade Tokyo menjadi sia-sia dan seharusnya dibatalkan saja?

Anggapan itu dibantah oleh Sayuri Shirai, seorang profesor ekonomi di Universitas Keio. Menuru Shirai, penyelenggaraan olimpiade tahun ini memberi lebih banyak manfaat ketimbang membatalkannya. "Pandemi dimulai dari tahun lalu sehingga keuntungan ekonomi yang kita harapkan tahun lalu ini tidak terjadi," ucap Shirai, seperti dilansir dari VOA Indonesia, 27 Juli 2021.

"Namun menyelenggarakan Olimpiade meningkatkan beberapa kegiatan ekonomi tambahan. Jadi dibandingkan dengan membatalkannya, ini masih lebih baik," sambungnya. 

Keadaan Darurat

Foto: Menilik Sepintas Beberapa Venue Olimpiade Tokyo 2020, Perpaduan antara Futuristik dan Budaya Khas Jepang
Stadion Nasional Jepang merupakan salah satu venue yang terletak di Kasumigaoka, Shinjuku, Tokyo, Jepang. Venue ini akan digunakan untuk cabang olah raga sepak bola, atletik, dan menjadi tempat pembukaan dan penutupan Olimpiade Tokyo 2020. (Foto: AFP/Behrouz Mehri)

Olimpiade Tokyo 2020 akan berlangsung sampai 8 Agustus 2021, lalu diikuti oleh Paralimpiade. Namun, perjuangan yang dihadapi para pengusaha kecil setempat maupun para pelaku wisata masih terus berlanjut.

Tokyo sudah berada di bawah keadaan darurat keempat, ditetapkan untuk berjalan sampai Olimpiade usai. Namun, tidak seperti langkah-langkah yang lebih ketat di banyak negara, langkah tersebut berfokus pada aturan di mana restoran yang menyajikan alkohol harus tutup dan yang lainnya tutup pada pukul 8 malam.

Dikutip dari kanal Global Liputan6.com, prefektur tetangga Tokyo, Kanagawa, Saitama, dan Chiba saat ini berada di bawah pembatasan "darurat" yang lebih longgar tetapi juga mengalami lonjakan infeksi.Diketahi, banyak penduduk di sana bepergian ke ibu kota.

Surat kabar lokal Jepang, Asahi mengatakan prefektur itu kemungkinan akan meminta pembatasan yang lebih kuat untuk menahan virus Covid-19, dengan Chiba yang dilakukan pada 28 Juli 2021 waktu setempat.

Infografis Olimpiade Tokyo 2020

Infografis Olimpiade Tokyo 2020
Infografis Olimpiade Tokyo 2020 (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya