Liputan6.com, Jakarta - Sampah masih jadi masalah yang harus dijawab tuntas. Di antara berbagai solusi, dorongan untuk memilah sampah dari rumah masih jadi satu yang gencar disuarakan. Tapi, ini pun bukan tanpa tantangan.
Selain edukasi masyarakat yang harus terus dilakukan dengan pendekatan-pendekatan relevan, CEO, sekaligus founder Waste4Change Mohamad Bijaksana Junerosano mengidentifikasi setidaknya tiga kunci dalam penanganan masalah sampah.
Pertama, harus ada pendekatan hukum. "Jadi saat sudah tidak bisa diingatkan untuk memilah sampah, harus agak 'dipukul,'" katanya dalam acara peresmian Rumah Pemulihan Material (RPM) Kelurahan Kebagusan, DKI Jakarta oleh Nestle Indonesia, Rabu, 22 September 2021.
Advertisement
Baca Juga
Kemudian, mekanisme kemitraan. Sano menyebut, membuka fasilitas persampahan sekarang masih susah. Ia juga menggarisbawahi bahwa penting pengangkut dan pengelola sampah mengantongi izin.
Terakhir, mekanisme pembiayaan yang berkeadilan. "Doktrin sampah adalah uang itu salah besar. Sampah adalah tanggung jawab," katanya. "Hanya 10 sampai 20 persen sampah yang bisa jadi uang (ditukarkan ke bank sampah). Sisanya masih masalah."
Ia mengatakan, publik harus memahami bahwa memang butuh biaya untuk memilah dan mengolah sampah dengan benar. "Harus diingat bahwa sekarang kerusakan lingkungan masih lebih cepat dari solusinya," tegasnya.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pengolahan Sampah di RPM
Mengambil tongkat estafet dalam mengatasi permasalahan sampah dari unit terkecil, dalam hal ini rumah masing-masing, Nestle Indonesia meresmikan Rumah Pemulihan Material (RPM) di Kelurahan Kebagusan, Jakarta Selatan. RPM ini diharapkan bisa mengurangi beban tempat pembuangan akhir (TPA).
RPM akan digunakan sebagai pusat pengumpulan sampah rumah tangga secara terpadu dari bank-bank sampah di wilayah Kelurahan Kebagusan. Menampati lahan seluas 195 meter persegi, RPM Kebagusan menargetkan pengelolaan sampah anorganik sebanyak 1,3 ton per hari dan melayani lebih dari 50 ribu rumah tangga di wilayah tersebut.
Plt Wali Kota Administrasi Jakarta Selatan Isnawa Adji mengatakan, saat ini di seluruh wilayah Jakarta Selatan, tercatat menghasilkan 1,5 ribu ton sampah per hari. 55--60 persen di antaranya merupakan sampah organik.
"400-an ton di antaranya ditargetkan dikelola. Sementara sampah anorganik ditangani RPM dan bank sampah, sampah organik didorong dengan cara lain seperti eco enzyme, kompos, dan lain sebagainya," ucapnya tanpa memberi tambahan waktu konkret implementasi target tersebut.
Soal pengumpulan sampah di RPM, Sano menyebut ada dua pendekatan. Pertama, penjemputan sampah yang sudah dipilah. Kedua, masyarakat bisa membawa langsung sampah anorganik mereka ke RPM.
Advertisement
Inovasi Kemasan Diklaim Lebih Ramah Lingkungan
Direktur Corporate Affairs Nestle Indonesia Debora Tjandrakusuma menyebut pembangunan RPM ini sejalan dengan komitmen pihaknya menjadikan 100 kemasan produk mereka dapat didaur ulang atau digunakan kembali pada 2025. Juga, mendukung ambisi pemerintah mengurangi sampah di Indonesia sebesar 30 persen dan menangani 70 persen sampah pada 2025.
Di samping, Debora juga menjelaskan bahwa Nestle Indonesia berinovasi dalam kemasan lebih ramah lingkungan. "Misalnya mengubah kemasan multilayer jadi monolayer. Kami juga punya road map sampah sebagai bentuk tanggung jawab produsen," katanya.
Pada akhir 2020, pihaknya juga sudah mengganti sedotan plastik dalam kemasan minuman siap konsumsi dengan 100 persen sodotan kertas. "Kami juga sedang melangsungkan studi untuk memakai kemasan isi ulang. Sedang menunggu persetujuan BPOM," tuturnya, mengklaim mereka akan terus mengedukasi publik untuk memilah sampah dari rumah.
Infografis Timbulan Sampah Sebelum dan Sesudah Pandemi
Advertisement