Apa Itu Plasenta Previa? Kenali Gejala dan Penanganannya

Plasenta previa dapat terjadi pada ibu hamil, ketika mengalami kondisi plasenta sebagian atau seluruhnya menutupi leher rahim, yang merupakan jalan keluarnya bayi.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Okt 2021, 23:30 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2021, 23:30 WIB
Ilustrasi plasenta
Ilustrasi plasenta (dok.YouTube/ Zero To Finals)

Liputan6.com, Jakarta - Plasenta adalah organ yang tumbuh di dalam lapisan rahim selama kehamilan, yang terhubung ke tali pusar untuk membawa oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin. Namun, dalam beberapa kasus organ plasenta ini dapat mengganggu jalannya bayi saat lahir, yang biasa disebut dengan plasenta previa. Lantas, apa itu plasenta previa dan bagaimana gejalanya?

Dilansir WebMD, Sabtu (16/10/2021), plasenta previa adalah ketika plasenta wanita yang sedang hamil menghalangi pembukaan serviks yang memungkinkan bayi dilahirkan. Kondisi ini dapat menyebabkan pendarahan hebat selama kehamilan dan persalinan.

Ibu dengan plasenta previa juga berisiko lebih tinggi melahirkan prematur, sebelum 37 minggu kehamilan. Plasenta previa dapat terjadi ketika plasenta sebagian atau seluruhnya menutupi leher rahim, padahal biasanya plasenta akan menempel ke bagian atas rahim.

Saat proses melahirkan dengan kondisi plasenta previa, dapat menyebabkan pembuluh darah yang menghubungkan plasenta ke rahim robek. Hal ini yang menjadi penyebab pendarahan dan dapat membahayakan ibu dan bayi, sehingga hampir semua wanita yang mengalami kondisi  tersebut harus menjalani operasi caesar.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Bagaimana Gejalanya dan Penanganannya?

Ilustrasi Ibu Hamil/ Pexels
Ilustrasi Ibu Hamil (Foto oleh Dahlak Tarekegn dari Pexels)

Mereka yang mengalami plasenta previa akan menimbulkan gejala, seperti pendarahan yang keluar melalui vagina. Hal ini dapat dirasakan mulai dari ringan hingga berat, namun, seringkali tidak menimbulkan rasa sakit. Selain itu, ada pula yang merasakan kontraksi bersamaan dengan keluarnya darah. Ibu hamil dengan kondisi ini mungkin merasakan kram yang menyertai kontraksi, atau merasakan tekanan di punggung.

Jika seseorang mengalami pendarahan yang terlalu banyak, mungkin menimbulkan gejala lain, seperti anemia, kulit pucat, denyut nadi cepat dan lemah, sesak napas, atau tekanan darah rendah. Namun, saat ini belum ada obat untuk plasenta previa.

Namun terdapat penanganan dari dokter yang bertujuan untuk membatasi pendarahan, sehingga tidak melahirkan prematur. Untuk mencegahnya dokter mungkin akan memberi suntikan kortikosteroid untuk membantu paru-paru bayi agar berkembang lebih cepat.

Setelah sekitar 36 minggu dari penyuntikan dan dokter merasa bahwa bayi dapat dilahirkan dengan aman, maka dokter akan menjadwalkan operasi caesar. Namun, jika pendarahan saat kehamilan yang diakibatkan oleh plasenta previa tidak berhenti, maka akan dilakukan operasi caesar darurat, bahkan jika harus melahirkan prematur.

Penulis: Vania Dinda Marella

Infografis Sehat Sejak dalam Kandungan

[INFOGRAFIS] Sehat Sejak dalam Kandungan
Kehamilan yang ideal adalah kehamilan yang direncanakan, diinginkan dan dijaga perkembangannya secara baik.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya