Liputan6.com, Jakarta - Di saat situasi pandemi Covid-19 dianggap sudah lebih membaik, pariwisata Indonesia berusaha untuk bangkit kembali. Salah satu caranya dengan menanamkan dan menarik lebih banyak investasi di bidang wisata.
Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, sejak awal pandemi, pemerintah telah merespons krisis dengan memberikan dukungan finansial dan keterampilan untuk para pekerja industri. Saat ini, optimisme pemulihan bisnis mulai tumbuh seiring menurunnya jumlah kasus Covid-19 harian dengan digulirkannya program vaksinasi ke seluruh provinsi di Indonesia.
"Ini adalah saat yang tepat untuk membahas bagaimana entitas publik dan swasta bersatu untuk memulai kembali industri pariwisata di Indonesia. Investasi bisa jadi jawaban untuk membangkitkan kembali dunia pariwisata," ucap Sandiaga Uno dalam webinar PwC Indonesia bertajuk 'Is Now the Right Time to Invest in Indonesian Tourism?', Rabu, 10 November 2021.
Advertisement
Baca Juga
Sandiaga memberi contoh usaha percepatan pengembangan destinasi super prioritas (DSP) Danau Toba, dengan membuka luas kesempatan investasi kepada seluruh pihak. Lewat kerja sama berbasis public private partnership tersebut, dia meyakini DSP Danau Toba akan mampu menggerakkan ekonomi, menciptakan peluang usaha, dan lapangan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat.
Sejalan dengan pengembangan DSP Danau Toba, terdapat sejumlah investor yang akan berinvestasi. Di antaranya Ram Punjabi, seorang produser film yang akan mengambil latar belakang Danau Toba dalam setiap film yang diproduserinya.
Ada pula sejumlah investor asal China yang berkomitmen untuk berinvestasi dalam pembangunan infrastruktur di Danau Toba. Selanjutnya, ada sebuah grup yang akan membangun hotel dengan jumlah ratusan kamar.
"Kita harapkan ini suatu investasi yang cukup signifikan. Kita bergerak, bukan hanya jumlah investasinya, tapi juga kualitasnya. Jadi saya ingin mengajak kepada semua pihak bahwa investasi di sini berdampak langsung kepada masyarakat," kata Sandiaga.Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Butuh Waktu
Di sisi lain, Chairman Bali Hotels Association Jean Hélière memprediksi pasar global untuk industri pariwisata dalam negeri bakal kembali pulih di sekitar 2024 hingga 2025. Jean mengatakan pelaku usaha pariwisata di Bali masih fokus untuk memaksimalkan pendapatan dari turis lokal seiring pelonggaran sejumlah kebijakan pembatasan masyarakat.
Untuk wisatawan mancanegara atau wisman, menurut Jean, belum bisa terlalu diharapkan. Hal itu terlihat dari masih sepinya kedatangan turis asing meski penerbangan internasional di Bali sudah dibuka kembali sejak 14 Oktober 2021.
"Kami sudah berdiskusi dengan sejumlah pakar kami pikir pasar global akan kembali pulih dalam hal tingkat huniannya pada 2024 sampai 2025. Kami sadar itu memang butuh waktu untuk kembali pada pasar internasional jadi belum akan pulih lagi dalam waktu dekat," terang Jean.
Ia menambahkan, konsekuensinya sejumlah pengelola hotel di Bali sedang membenahi layanan untuk memenuhi permintaan atau kebutuhan dari turis domestik. Contohnya, pelaku usaha belakangan mengoptimalkan permintaan dari meetings, incentives, conferences, exhibitions (MICE) dalam negeri.
Pihaknya juga mengantisipasi peningkatan tingkat hunian hotel dari turis domestik menjelang akhir tahun ini. "Pada 2019, pangsa pasar MICE di Bali 60-70 persen dikuasai oleh domestik, sisanya dari Singapura, Australia hingga China. MICE domestik itu berasal dari pemerintah, saya pikir sektor ini akan pulih lebih cepat baru disusul pasar internasional tahun depan," terangnya.Â
Advertisement
Penerbangan Bali dan Lombok Meningkat
Dari dunia penerbangan, optimisme datang dari Garuda Indonesia. Meski merugi besar di akhir 2020, manajemen Garuda meyakini program vaksinasi yang merata di Indonesia akan membangkitkan sektor penerbangan dalam negeri.
Irfan Setiaputra, Presiden Direktur Garuda Indonesia, mengatakan penurunan pendapatan operasional yang dialami perusahaan diakibatkan oleh menurunnya jumlah penumpang, yang kontribusinya mencapai lebih dari 80 persen terhadap total pendapatan usaha. Menurutnya,hal itu sebagai konsekuensi pemberlakuan pembatasan di beberapa daerah akibat Covid-19.
"Pada dasarnya, semua orang tahu bidang penerbangan sedang berjuang untuk bangkit. Tapi Garuda Indonesia optimis akan siap kembali naik lagi karena tahun lalu kami mengalami penurunan," ungkap Irfan.Â
Jika vaksinasi Covid-19 lancar dan merata, ia meyakini maskapai akan kembali pulih dan bangkit, terutama untuk penerbangan domestik. Penumpang domestik sendiri berkontribusi sekitar 78 persen.
Meski begitu, ada kabar baik yaitu Garuda Indonesia mencatat kenaikan jumlah penumpang selama periode antara bulan Juni dengan tujuan Denpasar, Bali, sementara Lombok baru-baru ini juga mengalami tambahan penumpang.
"Bali masih menjadi destinasi favorit dan kami optimistis dari wisatawan domestik semakin bertambah dan banyak juga wisatawan datang dari luar seperti dari Dubai datang ke Indonesia. Desember nanti kami berharap dapat kejutan dan semua berekspektasi mendatangkan mobility leisure passengers," katanya. Irfan juga memastikan bahwa Garuda Indonesia akan terus memperketat perjalanan di seluruh operasional penerbangannya sesuai dengan protokol kesehatan.
Setahun Pandemi Covid-19, Pariwisata Dunia dan Indonesia Terpuruk
Advertisement