Temuan Media Sosial Berusia 50 Ribu Tahun di Afrika

Ribuan tahun sebelum Facebook, Twitter, maupun Instagram, manik-manik kecil telah jadi media sosial bagi manusia.

oleh Asnida Riani diperbarui 03 Jan 2022, 07:31 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2022, 07:31 WIB
Ilustrasi like di media sosial Facebook
Ilustrasi media sosial. (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Ribuan tahun sebelum Facebook, Twitter, maupun Instagram, manik-manik kecil telah jadi media sosial bagi manusia. Sebuah studi selama satu dekade mencatat ada lebih dari 1,5 ribu manik-manik yang terbuat dari kulit telur burung unta ditemukan di seluruh Afrika. Penemuan ini mengungkap jejaring macam media sosial berusia 50 ribu tahun, kata para arkeolog, dilansir dari CNN, Minggu, 2 Januari 2022.

Manik-manik berbentuk seperti donat ini merupakan salah satu jenis perhiasan pribadi paling awal yang ditemukan dalam catatan arkeologi. Beberapa kelompok pemburu-pengumpul tradisional di Afrika bagian selatan masih membuat dan menggunakan manik-manik itu sampai sekarang.

"Orang-orang membuatnya untuk mengomunikasikan pesan simbolis guna menunjukkan sesuatu tentang status sosial, kekayaan, atau posisi dalam masyarakat," kata Jennifer Miller, seorang peneliti postdoctoral di departemen arkeologi di Max Planck, Institut Ilmu Sejarah Manusia di Jena, Jerman.

Mereka mempelajari 1.516 manik-manik, 1.238 di antaranya dideskripsikan untuk pertama kalinya, yang berasal dari 31 situs berbeda di Afrika bagian selatan dan timur. Para peneliti membandingkan karakteristik yang berbeda dari manik-manik.

Ini mencakup diameter dan ketebalan, yang mana mereka menemukan bahwa antara 33 ribu dan 50 ribu tahun lalu, orang-orang di Afrika bagian selatan dan timur menggunakan manik-manik yang hampir identik. Padahal, wilayah tersebut berjarak lebih dari tiga ribu kilometer (km). 

"Kami tahu bahwa secara genetik, kelompok-kelompok ini memiliki semacam kontak, tapi sejauh ini belum ada bukti budaya," kata Miller, yang merupakan penulis studi tersebut, yang diterbitkan awal pekan lalu di jurnal Nature.

"Ini agak membingungkan bahwa orang-orang ini, yang hidup 40 ribu hingga 50 ribu tahun lalu, memiliki semacam jaringan sosial yang tersebar dalam jarak yang begitu jauh," imbuhnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Media Sosial Tertua yang Pernah Diidentifikasi

Ilustrasi burung unta (pixabay)
Ilustrasi burung unta (pixabay)

Manik-manik tertua berasal dari Afrika Timur, lapor studi tersebut, dan kemungkinan menyebar ke selatan. Para penulis menggambarkannya sebagai media sosial tertua yang pernah diidentifikasi dan "koneksi gaya" Zaman Batu terjauh yang pernah didokumentasikan.

Meski mungkin saja manik-manik itu dapat ditukar secara langsung dengan cara tertentu, Miller berpikir bahwa kemungkinan besar yang dipertukarkan adalah pengetahuan tentang cara membuatnya. "Berdasarkan apa yang kami lihat, sepertinya satu asal yang menyebar dari satu wilayah itu, berbagi gaya yang sama," katanya.

"Mungkin orang akan melihat barang baru yang dipakai atau dibuat orang ini dan berpikir, 'Oh, keren sekali.' Dan kemudian menirunya," kata Miller. "Jadi dengan cara itu, daripada mendapatkan manik-manik ini secara langsung, itu mungkin lebih dari menyalin hal baru yang keren."

Namun, jaringan ini tampaknya telah rusak pada 33 ribu tahun lalu. Setelah titik waktu ini, penggunaan manik-manik tampaknya menghilang di Afrika Selatan, sementara terus berlanjut di Afrika Timur. Mulai sekitar 19 ribu tahun lalu, manik-manik muncul kembali di Afrika selatan dan dalam jumlah yang jauh lebih besar dan dalam gaya yang berbeda.

Kedua populasi, yang dulu tampak saling terkait, tetap terisolasi sampai penggembalaan ternak diperkenalkan ke Afrika Selatan sekitar dua ribu tahun lalu, kata studi tersebut.

Teori Iklim

Ombak Tinggi
Ilustrasi Cuaca (Istimewa)

Penulis percaya faktor pengubahnya adalah iklim. Sekitar 33 ribu tahun lalu, sebuah fenomena meteorologi yang dikenal sebagai Zona Konvergensi Intertropis bergerak ke selatan, yang menyebabkan banjir di daerah aliran sungai Zambezi.

Daerah ini menghubungkan Afrika timur dan selatan, dan banjir bisa jadi penghalang interaksi manusia, menurut rekan penulis studi Yiming Wang. Wang adalah peneliti pascadoctoral di departemen arkeologi di Institut Max Planck.

Di Afrika bagian selatan, ada kemungkinan bahwa populasi kemudian menyebar ke dalam kelompok-kelompok kecil yang lebih sedikit kebutuhannya untuk membuat manik-manik, kata Miller. Kemungkinan lain, tidak cukup banyak orang yang tahu tentang tradisi atau keterampilan di baliknya untuk terus berlanjut selama beberapa waktu.

"Karena manik-manik jenis ini sangat padat karya, mereka benar-benar hanya bermanfaat jika Anda memiliki jaringan sosial cukup besar yang membutuhkan komunikasi simbolik. Tinggal dalam kelompok yang lebih kecil, komunikasi simbolik bisa lebih mahal daripada bermanfaat," jelas Miller.

Studi ini membuat "kasus kuat" untuk teori iklim, tapi lebih banyak penelitian, seperti mengidentifikasi sumber telur burung unta menggunakan geokimia dan melacak pergerakan mereka di seluruh benua, akan menguji temuan para peneliti, kata Benjamin Collins, seorang antropolog di Universitas Manitoba, dan Amy Hatton, seorang peneliti di Institut Max Planck untuk Ekologi Kimia, dalam sebuah komentar yang diterbitkan di samping makalah tersebut. Mereka tidak dilibatkan dalam penelitian.

Infografis Waspada Penipuan Online Shop via Medsos

Infografis Waspada Penipuan Online Shop via Medsos
Infografis Waspada Penipuan Online Shop via Medsos. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya