Liputan6.com, Jakarta - Luwu Timur adalah kabupaten yang beribukota di Malili, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Lokasi ibu kota kabupaten ini terletak di ujung utara Teluk Bone. Kabupaten ini adalah hasil pemekaran Kabupaten Luwu Utara yang disahkan dengan UU Nomor 7 Tahun 2003 pada 25 Februari 2003.Â
Luas wilayahnya 6.944,98 km persegi dengan jumlah penduduk 296.741 jiwa pada 2021. Kabupaten ini terdiri atas 11 kecamatan, yakni Kecamatan Malili, Angkona, Tomoni, Tomoni Timur, Kalena, Towuti, Nuha, Wasponda, Wotu, Burau, dan Mangkutana.
Di Kabupaten Luwu Timur terdapat 14 sungai. Sungai terpanjang adalah Sungai Kalaena dengan panjang 85 km. Sungai tersebut melintasi Kecamatan Mangkutana. Sedangkan, sungai terpendek adalah Sungai Bambalu dengan panjang 15 km.
Advertisement
Baca Juga
Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Luwu Timur. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Luwu Timur yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.
1. Suku Padoe
Suku asli Kabupaten Luwu Timur adalah suku Padoe. Mereka menyebar dari daerah Kawata, Malili, Mangkutana, Pakatan, Wasuponda, Wawondula, Tabarano, Lioka, Togo, Balambano, Soroako, Landangi, Matompi, Timampu, Karebe, dan lain-lain. Sukua Padoe telah mendiami daerah pegunungan dan lembah sejak 1400 Masehi.
Suku Padoe memiliki adat-istiadat, aturan adat, bahasa bahkan pola kepemimpinan yang masih eksis hingga saat ini. Pada era pemberontakan DI/TII Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan, banyak orang Padoe lari meninggalkan tanah nenek moyang mereka ke arah Sulawesi Tengah seperti Beteleme, Poso, Taliwan, Parigi, Sulawesi Tenggara dan lain-lain. Hal ini menyebabkan sebagian Suku Padoe tersebar dan berdiam di wilayah Sulawesi Tengah hingga kini.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
2. Bahasa Luwu Timur
Bahasa resmi instansi pemerintahan di Kabupaten Luwu Timur adalah bahasa Indonesia. Menurut Statistik Kebahasaan 2019 oleh Badan Bahasa, terdapat tiga bahasa daerah di Kabupaten Luwu Timur, yaitu bahasa Bugis De, bahasa Wotu, dan bahasa Bugis (khususnya dialek Sinjai).
Bahasa Bugis dituturkan khususnya di Desa Manurung, Kecamatan Malili. Meski demikian, bahasa Pamona yang sebagian besar penuturnya berada di Sulawesi Tengah juga dituturkan di Kabupaten Luwu Timur, khususnya di Desa Bayondo, Kecamatan Tomoni.
Advertisement
3. Danau Matano
Danau Matano atau Danau Matana terletak di Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, tepatnya berada di Kota Sorowako, bersebelahan dengan Danau Towuti dan Danau Mahalona. Danau Matano merupakan danau terdalam di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara dan berada di urutan ke-8 dunia dengan kedalaman sekitar 600 meter.
Kata ‘matano’ berasal dari bahasa Sorowako yang berarti mata air. Nyatanya, Danau Matano bukanlah sebuah mata air (pegunungan). Danau ini terbentuk akibat adanya aktivitas tektonik yang terjadi jutaan tahun silam. Luas danau ini mencapai 16.000 hektare dan menjadi rumah bagi spesies endemik yang tidak akan pernah ditemukan di tempat lain, yaitu ikan purba Buttini.
Ikan khas ini merupakan ikan langka dengan warna kecokelatan. Fauna lainnya adalah udang, kepiting, siput, dan jenis ikan lainnya. Selain menyimpan kekayaan alam, danau ini juga menawarkan pemandangan yang indah bagi para pengunjung. Terdapat gua-gua bawah danau yang sangat menarik untuk dilihat.
4. Pantai Lemo
Di sebelah barat Malili, yaitu di Kecamatan Wotu, terdapat destinasi wisata bahari Pantai Bissue. Bergerak ke barat lagi, di Kecamatan Burau, tepatnya di desa Mabonta kita disuguhi pemandangan pantai dan laut lepas Teluk Bone di Pantai Lemo.
Objek wisata ini tergolong primadona dengan jumlah pengunjung yang banyak. Di sini kita disuguhi jejeran lambaian nyiur dengan hamparan rumput Jepang yang menahan abrasi pantai serta hamparan pasir yang panjang melandai.
Letaknya yang menghadap langsung ke Teluk Bone membuat pantai ini terlihat sangat indah ketika menjelang matahari terbenam. Fasilitas yang ada di tempat ini terbilang cukup lengkap.
Advertisement
5. Kuliner khas Luwu Timur
Ada sejumlah kuliner khas kabupaten Luwu Timur yang wajib Anda coba. Salah satunya adalah Buras yang kalau diperhatikan sekilas tampilannya mirip lemper. Perbedaannya terletak pada bahan pembuatannya. Buras terbuat dari beras dan santan, sedangkan lemper terbuat dari ketan.
Masyarakat Luwu Timur biasanya menyantap buras bersama telur, daging, atau kari ayam. Buras juga menjadi makanan yang wajib ada saat pernikahan atau acara keagamaan.
Ada juga Peong yang dalam bahasa Luwu berarti nasi bambu bakar. Peong terbuat dari beras yang dicampur dengan santan. Kemudian, kedua bahan tersebut dimasukkan ke dalam bambu untuk selanjutnya dibakar sampai matang. Peong juga dijadikan sebagai hidangan wajib saat pelaksanaan ritual garap sawah yang dilakukan oleh para petani. Kuliner khas lainnya dari Luwu Timur adalah Keripik Kuporai, Nasi Kuning Dangkot Bebek, Terasi Bubuk, Abon Bandeng dan masih banyak lagi.
6. Air Terjun Mata Buntu
Air terjun ini berada di Kecamatan Wasuponda, Luwu Timur. Akses ke destinasi satu ini terbilang mudah. Anda hanya perlu menempuh sekitar 40 menit dari kota Malili untuk berkunjung ke tempat ini.
Dari namanya, Air Terjun Mata Buntu dapat diartikan sebagai air terjun yang berasal dari mata air gunung yang masih asri dan belum terlalu dijamah oleh masyarakat. Karena berasal dari hutan yang masih asri dan alami maka kesegaran air terjun ini pastinya tak kalah indah dari air terjun lainnya di Indonesia.
Keunikan dari Air Terjun Mata Buntu adalah memiliki aliran air yang sangat cantik dan indah. Bentuk aliran air terjunnya berundak-undak, menurut warga sekitar kira-kira ada 33 undakan dengan enam undakan yang tinggi. Tempat ini wajib masuk daftar tempat yang Anda kunjungi di Luwu Timur.
Advertisement