Liputan6.com, Jakarta - Sakit kepala disebut sebagai "respons umum" setelah makan makanan tertentu. Makanan tinggi gula atau karbohidrat olahan, seperti sepotong kue cokelat atau semangkuk pasta, termasuk di antara tersangka yang memicu kondisi tersebut.
Pemicu makanan seperti itu sering dilaporkan orang-orang yang sering mengalami gangguan migrain, kata Dr. Peter Goadsby, seorang profesor neurologi di King's College London dan University of California, Los Angeles, seperti dikutip dari New York Times, Kamis, 28 April 2022.Â
Advertisement
Baca Juga
Tidak seperti sakit kepala tipe tegang yang lebih umum dialami kebanyakan orang dari waktu ke waktu, sakit kepala migrain jauh lebih melemahkan, kata Dr. Rashmi Halker Singh, seorang profesor neurologi dan spesialis pengobatan sakit kepala di Mayo Clinic di Scottsdale, Arizona. Orang dengan migrain memiliki episode berulang dari sakit kepala sedang atau berat.
Kondisi ini juga sering disertai dengan gejala seperti mual atau sensitivitas cahaya, yang dapat mengganggu aktivitas normal, Dr Halker Singh berkata. Banyak orang tidak menyadari sakit kepala yang mereka alami sebenarnya adalah migrain, tambahnya.
Dalam satu ulasan penelitian yang diterbitkan pada 2018, para peneliti menyimpulkan bahwa hampir 30 persen pasien melaporkan bahwa makanan atau kebiasaan makan tertentu memicu sakit kepala. Tapi, penelitian terbaru oleh Dr. Goadsby dan yang lainnya menunjukkan bahwa kemungkinan besar bukan makanan yang menyebabkan migrain, melainkan migrain yang menyebabkan orang makan makanan tertentu.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tahap Awal Serangan Migrain
Selama tahap awal serangan migrain, yang bisa saja tidak disadari, orang mungkin mengalami gejala seperti kelelahan, kabut otak, dan perubahan suasana hati. Mereka juga menunjukkan sensitivitas terhadap cahaya, kekakuan otot, menguap. dan peningkatan buang air kecil, kata Dr. Goadsby.
Selama waktu ini, tambahnya, studi pencitraan otak telah menunjukkan bahwa hipotalamus, wilayah otak yang mengatur rasa lapar, diaktifkan, menyebabkan orang menginginkan makanan tertentu. "Cukup jelas bahwa area ini berubah aktivitasnya sebelum rasa sakit dimulai," katanya.
Makanan yang dipikirkan sebagai tanggapan sering kali kaya karbohidrat dan sangat enak, meski sajian yang tepat bervariasi dari orang ke orang. Beberapa orang menginginkan camilan gurih atau asin, sementara yang lain menginginkan permen dan cokelat, kata Dr. Goadsby.
Kemudian, setelah memanjakan keinginan mereka dan fase sakit kepala migrain dimulai, wajar bagi orang untuk bertanya-tanya apakah sesuatu yang mereka makan berkontribusi pada rasa sakit, kata Dr. Halker Singh.
Advertisement
Migrain karena Makan Cokelat?
Lebih lanjut Dr. Singh menjelaskan, "Kadang-kadang orang datang dan memberi tahu saya, 'Saya makan cokelat, dan segera setelah itu, serangan migrain saya dimulai.'" Kondisi ini membuat mereka menebak bahwa cokelat itu sendiri yang memicu sakit kepala.
Tapi, apa yang juga bisa terjadi, katanya, "mungkin keinginan akan cokelat sebenarnya adalah awal dari serangan migrain." Sebagai catatan, cokelat adalah salah satu makanan pemicu migrain yang paling banyak dilaporkan.
Dalam satu ulasan penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nutrients pada 2020, para peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada cukup bukti untuk mengatakan bahwa cokelat dapat menyebabkan migrain. Dalam skenario di atas, kata Dr. Goadsby, orang tersebut mungkin akan mengalami sakit kepala apakah karena mereka makan cokelat atau tidak.
Jadi, jika Anda mendambakan camilan selama tahap awal sakit kepala, katanya, tidak apa-apa untuk menikmatinya. Bila sering mengidam makanan sebelum migrain, ada baiknya untuk memperhatikannya, bersama gejala fase prodromal lainnya, sehingga Anda dapat bersiap untuk apa yang akan terjadi.
Anda mungkin menggunakan waktu itu untuk menemukan obat migrain dan memilih tidur lebih awal, misalnya, kata Dr. Goadsby.
Memahami Pemicu Migrain
Margaret Slavin, seorang profesor nutrisi dan studi makanan di Universitas George Mason, mengatakan bahwa makanan tinggi gula atau karbohidrat olahan juga dapat menyebabkan gula darah melonjak. Kondisi ini mengarah ke "respons insulin yang terlalu besar."
Insulin membantu menormalkan gula darah, tapi terlalu banyak insulin dapat melampaui tujuan, yang menyebabkan gula darah rendah. Kondisi ini disebut hipoglikemia reaktif, dan salah satu gejalanya adalah sakit kepala, bersama perasaan lemah, gemetar, lelah, dan pusing.
Melewatkan makan juga sering dilaporkan sebagai pemicu migrain. Jadi, Dr. Halker Singh menyarankan pasiennya untuk makan makanan bergizi secara teratur, selain cukup tidur, berolahraga secara teratur, dan mengelola stres.
Ada kemajuan signifikan dalam memahami dan mengobati migrain dalam beberapa tahun terakhir, kata Dr. Singh. "Ada ledakan pengobatan baru di bidang ini, dan kami memiliki banyak harapan untuk ditawarkan kepada orang-orang," katanya.
"Jika merasa mengalami masalah yang signifikan dari sakit kepala, terkait gula atau tidak, saya pikir Anda mungkin harus mempertimbangkan untuk dievaluasi," ia menutup.
Advertisement