Liputan6.com, Jakarta - Pelaku penikaman penulis keturunan India-Inggris, Salman Rushdie, di New York, Amerika Serikat (AS), Hadi Matar sudah dihadirkan di pengadilan. Pria berusia 24 tahun itu ternyata mengaku tak bersalah dalam kasus penikaman penulis buku Ayat-Ayat Setan tersebut.
Hal itu dikatakan Matar saat tampil pertama kali di pengadilan, Sabtu, 13 Agustus 2022). Sebelumnya jaksa menuntut Matar dengan percobaan pembunuhan dan penyerangan. Matar menikam Rushdie di sebuah acara di Negara Bagian New York, AS, Jumat, 12 Agustus 2022.
Advertisement
Baca Juga
Melansir Japan Today, Minggu (14/8/2022), Rushdie diberitakan menderita luka parah di dada dan leher akibat tikaman bertubi-tubi. Saat itu dia hendak memberikan kuliah tentang kebebasan artistik di Chautauqua Institution, New York.
Pria berusia 75 tahun itu dilarikan ke rumah sakit dan menjalani operasi. Agennya, Andrew Wylie, mengatakan bahwa penulis itu menggunakan ventilator Jumat malam, dengan hati yang rusak, saraf putus di lengan dan mata yang kemungkinan besar akan hilang.
Berdasarkan pemeriksaan awal, Matar merupakan simpatisan kelompok Syiah ekstrem dan Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC). Meski begitu, sejauh ini tak ada hubungan antara dirinya dengan militer Iran itu.
Pengacara Matar, Barone, mengatakan masih terlalu dini untuk menyimpulkan beberapa hal. "Saya kira hal terpenting untuk diingat adalah orang harus tetap berpikiran terbuka. Mereka harus melihat semuanya. Kita tidak bisa hanya berasumsi terhadap sesuatu terjadi dan membuat kesimpulan sendiri," ucap Barone.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sidang Pendahuluan
Sang pengacara juga belum mengungkapkan apa motif kliennya melakukan penusukan terhadap Rushdie. Sidang pendahuluan kasus ini akan digelar pada 19 Agustus mendatang. Matar sendiri lahir di California namun pindah ke New Jersey baru-baru ini.
Dia ditangkap di tempat kejadian oleh seorang polisi negara bagian setelah dibekuk oleh para tamu acara.  Belum diketahui motif penusukan tersebut dan kepolisian New York masih mendalami kasus ini. Rushdie sejak lama diincar oleh Iran atau sejak penerbitan Ayat-Ayat Setan puluhan tahun silam. Dia mendapat ancaman pembunuhan terkait isi novel.
Di sisi lain, novel The Satanic Verses karya Salman Rushdie kembali masuk jajaran buku best seller di Amazon.com setelah penulisnya ditikam. Pada Minggu (14/8/2022), Ayat-Ayat Setan berada di nomor 11 di daftar buku laris pada situs tersebut.
Sementara, ada tiga format Ayat-Ayat Setan yang tembus 20 besar daftar best seller di kategori Sastra dan Fiksi: audiobook, kindle, dan edisi soft cover.Salman Rushdie sendiri, mengutip Britannica, punya nama lengkap Sir Ahmed Salman Rushdie dan lahir pada 19 Juni 1947 di Bombay (sekarang Mumbai]), India.
Novel-novel alegorisnya mengkaji isu-isu sejarah dan filosofis melalui "karakter-karakter surealis, humor, serta gaya prosa efusif dan melodramatis." Perlakuan terhadap subjek agama dan politik yang sensitif membuatnya jadi sosok kontroversial.
Â
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Putra Pengusaha Muslim
Rushdie adalah putra seorang pengusaha Muslim yang makmur di India. Ia telah mengenyam pendidikan di Rugby School dan University of Cambridge, tempatnya menerima gelar M.A. pada 1968. Sepanjang sebagian besar tahun 1970-an, ia bekerja di London sebagai copywriter periklanan.
Novel pertamanya yang diterbitkan, Grimus, muncul pada 1975. Novel Salman Rushdie berikutnya, Midnight's Children (1981), sebuah dongeng tentang India modern, adalah kesuksesan kritis dan populer tidak terduga yang membuatnya mendapatkan pengakuan internasional.
Sebuah adaptasi film dari novel tersebut, yang mana ia menyusun skenarionya, dirilis pada 2012.Novel lain karya Salman Rushdie, Shame (1983), berdasarkan politik kontemporer di Pakistan, juga populer. Tapi, novel keempat Rushdie, The Satanic Verses alias Ayat-Ayat Setan, mendapat sambutan berbeda.
Beberapa petualangan dalam buku ini menggambarkan seorang tokoh yang dimodelkan pada Nabi Muhammad. Juga, menggambarkan, baik Rasulullah maupun transkripsi Alquran, dengan cara yang menuai kritik dari para pemimpin komunitas Muslim di Inggris, yang mengecam novel itu sebagai penistaan terhadap Islam.
Â
Ancaman Eksekusi
Demonstrasi publik menentang buku tersebut menyebar ke Pakistan pada Januari 1989. Hingga pada 14 Februari 1989, pemimpin spiritual revolusioner Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini, secara terbuka mengutuk buku tersebut dan mengeluarkan fatwa terhadap Rushdie: hadiah ditawarkan pada siapa saja yang akan mengeksekusinya.
Karena itu, Rushdie bersembunyi di bawah perlindungan Scotland Yard. Meski terkadang muncul secara tidak terduga, dan beberapa kali di luar Inggris, penulis itu terpaksa membatasi pergerakannya.
Terlepas dari ancaman pembunuhan, Rushdie terus menulis. Ia salah satunya memproduksi Imaginary Homelands (1991), kumpulan esai dan kritik. Ia bahkan menulis novel anak-anak, Haroun and the Sea of Stories (1990).
Rushdie pernah menerima penghargaan Booker Prize pada 1981 untuk Midnight's Children. Novel ini kemudian memenangkan Booker of Bookers (1993) dan Best of the Booker (2008). Ia dianugerahi gelar kebangsawanan Inggris "sir" pada 2007, sebuah kehormatan yang dikritik pemerintah Iran dan parlemen Pakistan.
Sampai saat ini, Rushdie masih tetap menulis. Ia menulis novel Quichotte (2019), terinspirasi Don Quixote karya Cervantes dan yang terbaru, Languages of Truth: Essays 2003-–2020 dirilis pada 2021.
Advertisement