Liputan6.com, Jakarta - Seorang wanita China yang juga penggemar anime ditahan dan diinterogasi polisi setelah ia memakai kimono saat berfoto di sebuah kota di timur Suzhou. Peristiwa itu memancing perdebatan sengit warganet China di media sosial terkait nasionalisme.
Perempuan itu sebelumnya mengenakan kimono putih bermotif bunga merah dan daun hijau. Ia memadankannya dengan wig blonde panjang, agar mirip dengan karakter di manga favoritnya, Summer Time Rendering. Ia mengatakan saat itu sedang mengantre untuk membeli camilan di Jalan Huaihai, pada Rabu sore, 10 Agustus 2022. Area itu populer dengan beragam bar dan restoran Jepang.
Advertisement
Baca Juga
Tiba-tiba, ia dan fotografernya dikerubungi polisi. Perempuan yang menggunakan nama akun Is Shadow Not Self itu lalu menjelaskan detail yang dialaminya di akun Weibo, Twitter China, pada Minggu, 14 Agustus 2022. Unggahannya kemudian dilihat lebih dari 90 juta kali sebelum disensor pada Senin, 15 Agustus 2022, dikutip dari CNN, Selasa (16/8/2022).
Dalam video itu, ia menunjukkan saat polisi menanyainya. Ia menjelaskan kepada petugas bahwa ia sedang melakukan pemotretan. "Bila kamu datang ke sini menggunakan Hanfu, aku tak akan menanyai ini. Tapi kamu menggunakan kimono, seorang warga China. Kamu seorang warga China, kan?" ujar polisi itu.
Hanfu adalah busana adat yang mayoritas dikenakan oleh orang Han China sebelum Dinasti Qing. Busana itu kembali populer dalam beberapa tahun terakhir usai Presiden Xi menggencarkan promosi budaya tradisional.
Perempuan tersebut dengan tenang mempertanyakan alasan ia diteriaki polisi. "Karena dicurigai memicu pertengkaran dan memprovokasi masalah," jawab polisi itu mengacu pada tuduhan umum yang sering digunakan terhadap pembangkang, jurnalis, pengacara hak asasi manusia, dan aktivis. Perempuan itu lalu ditangkap dan dibawa pergi oleh sejumlah polisi hingga situasi kacau.Â
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Surat Permintaan Maaf
Dalam unggahan sebelumnya di Qzone, platform media sosial China, perempuan itu mengatakan bahwa polisi menyuruhnya menuliskan surat 500 kata yang harus berisi kritik diri. "Aku merasa tak memiliki harga diri saat ini," kata dia di unggahan pada Jumat pekan lalu.
"Polisi mengatakan yang aku lakukan salah. Aku merasa tidak berdaya...Aku suka budaya Jepang, budaya Eropa, dan aku juga suka budaya China tradisional. Aku suka multikulturalisme, aku suka menonton anime, apakah aku salah menyukai semuanya?"
"Aku selalu sangat patriotik --- atau sebenarnya, aku pernah sangat patriotik dan memercayai polisi, sampai sekarang... Aku hanya bisa mengatakan aku sangat kecewa. Ternyata aku tak pernah punya kebebasan menggunakan pakaian atau mengatakan yang aku mau."
Tulisan itu kemudian diakhiri dengan pernyataan, "Bila ini yang ingin kamu dengar, aku juga bisa mengatakan padamu: Maaf, aku semestinya tidak mengabaikan sentimen publik untuk berjalan di jalanan dengan pakaian Jepang, ini adalah perilaku yang salah dan berbahaya. Saya sangat menyesal telah melukai perasaan nasional kita."
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Kritik Pedas
Rekam gambar unggahan di Qzone itu kemudian dibagikan di Weibo dan beredar viral sepanjang akhir pekan lalu. Sejumlah warganet tak sependapat dengannya. "Mengapa orang China yang baik mengenakan kimono? Pikirkan tentang apa yang dilalui nenek moyangmu," kata seorang warganet.
Tak sedikit yang menunjukkan dukungan bagi pecinta anime itu dengan mengatakan apa yang dia lakukan tidak salah. Terlebih, ia tidak mengenakan kimono di hari sensitf atau dengan landmark untuk mengenang Perang Sino-Jepang (yang sebelumnya telah membuat pemakai kimono lainnya dalam masalah).
"Saya telah melihat video dan akun peristiwa Anda. Anda tidak melukai sentimen atau perasaan saya sebagai orang China. Saya harap Anda tidak menyalahkan diri sendiri dan berharap Anda tetap aman," kata komentar teratas dengan 25.000 suara positif.
"Saya menyarankan polisi menutup semua restoran Jepang, atau saya akan memanggil polisi untuk mencari pertengkaran dan memprovokasi masalah," kata pendukung lain dalam komentar sarkastik.
Beberapa menuduh polisi menyalahgunakan kekuasaan, sementara yang lain menyesali kurangnya aturan hukum dan menyuarakan keprihatinan atas sentimen nasionalis yang semakin sempit. "Perburuan penyihir budaya tidak lagi terbatas pada dunia online. Hmm, ini hanya rasa pertama dari pil pahit nasionalisme," kata warganet lainnya.
Kontroversi Kimono di Miss Universe
Kimono juga sempat menjadi persoalan di ajang Miss Universe ke-70 yang berlangsung pada tahun lalu. Pangkalnya, Miss Universe Jepang Juri Watanabe mengenakan kostum nasional berwarna pink berbentuk kimono yang dianggap mempermalukan budaya Jepang.
Dikutip dari laman Japan Today, Kamis (16/12/2021), pembawa acara menjelaskan bahwa kostum itu didesain untuk merayakan 'budaya fesyen Harajuku Jepang yang menakjubkan'. Inspirasi desain itu sepertinya menjadi pangkal masalah.
Alih-alih menampilkan konstum nasional dengan cara modern tetapi tetap sensitif terhadap budaya negeri, kostum itu malah menambah stereotip yang salah tentang orang-orang di Jepang. Sejumlah warganet Jepang tak tahan untuk mengomentari kostum nasional tersebut.
Banyak yang membandingkan tampilan Watanabe dengan karakter anime Sailor Moon, lengkap dengan rambut warna pink bersanggul seperti telinga kucing. Lainnya mempertanyakan tato bertuliskan "日本", kanji untuk "Jepang", ditulis di dada kontestan Jepang itu.
Kritik tak berhenti di situ. Warganet lainnya mempermasalahkan bendera Jepang yang dijahit di lengan baju dan bunga krisan sebagai lambang keluarga Kekaisaran di sabuk. Tetapi yang paling mengganggu adalah cara kimono dilipat di atas dada Watanabe. Di Jepang, cara melipat kimono demikian hanya dikenakan oleh orang yang sudah meninggal.
Advertisement