Studi Ungkap Meditasi Bantu Tingkatkan Mikrobiota Usus dan Perbaiki Kesehatan Mental

Berlatih meditasi dapat membantu meningkatkan mikrobiota usus yang berpengaruh pada kesehatan mental seseorang.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 23 Jan 2023, 03:00 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2023, 03:00 WIB
Ilustrasi meditasi
Ilustrasi meditasi. Sumber foto: unsplash.com/Ben White.

Liputan6.com, Jakarta - Berlatih meditasi yang teratur dan mendalam serta dilakukan selama beberapa tahun dapat membantu meningkatkan bakteri usus seseorang yang membawa manfaat bagi kesehatan fisik dan mental seseorang, menurut sebuah studi baru. Metode ini dapat membantu menurunkan risiko kesehatan fisik dan mental, termasuk kecemasan, depresi dan penyakit jantung, kata para peneliti.

Mengutip dari South China Morning Post, Minggu 22 Januari 2023, mikrobiota usus dapat memengaruhi otak dan memengaruhi suasana hati serta perilaku. Hal itu terjadi melalui alur mikrobiota-usus-otak, tulis akademisi dari China dan Pakistan dalam jurnal General Psychiatry.

Tim peneliti menjawab pertanyaan tentang apakah meditasi dapat memengaruhi mikrobiota usus saat mereka mulai meneliti biksu Tibet yakni melakukan perbandingan dengan tetangga mereka yang non-religius. Peneliti memeriksa sampel darah dan feses dari 37 biksu Buddha Tibet dari tiga kuil dan 19 warga tetangga mereka.

Para biksu telah berlatih meditasi mendalam setidaknya dua jam sehari selama antara tiga dan 30 tahun. Para ahli menemukan bahwa mikroorganisme dalam usus termasuk bakteri, jamur dan virus berbeda secara substansial antara kedua kelompok.

Penelitian juga menemukan beberapa organisme yang secara signifikan lebih banyak dalam kelompok meditasi. "Secara kolektif, beberapa bakteri yang diperkaya dalam kelompok meditasi dikaitkan dengan pengentasan penyakit mental, menunjukkan bahwa meditasi dapat memengaruhi bakteri tertentu yang mungkin berperan dalam kesehatan mental,” tulis para penulis.  

Menurunkan Risiko Kecemasan

Ilustrasi Meditasi
Pentingnya Persiapkan Mental Sebelum Mulai Berolahraga, Apa Saja Kiatnya? (dok. Cliff Booth via Pexels/ Brigitta Bellion)

Meditasi sendiri, semasa pandemi COVID-19 sempat populer di kalangan masyarakat urban di antaranya mengatasi gangguan kecemasan serta membantu memberikan ketenangan. "Meditasi jangka panjang meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular." tambah peneliti.

Namun, mereka menekankan bahwa jumlah penelitiannya kecil dan semua biksu serta orang Tibet yang terlibat tinggal di dataran tinggi, sehingga sulit untuk menarik generalisasi dari temuan tersebut. "Meditasi Buddhis Tibet tradisional jangka panjang dapat berdampak positif bagi kesehatan fisik dan mental," tulis mereka.

Pihaknya mengonfirmasi bahwa komposisi mikrobiota usus berbeda antara biksu dan subjek kontrol. Adapun secara keseluruhan, hasil tersebut menunjukkan bahwa meditasi memainkan peran positif dalam kondisi dan kesejahteraan psikosomatis.

"Jumlah mikrobiota pada biksu dikaitkan dengan penurunan risiko kecemasan, depresi, dan penyakit kardiovaskular serta dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh," papar peneliti.

Ruang Terbuka Hijau

[Fimela] Meditasi
Ilustrasi Meditasi | unsplash.com

Sebagai studi terpisah yang diterbitkan dalam jurnal Occupational and Environmental Medicine, ditemukan juga bahwa kunjungan yang sering ke taman dan ruang hijau terkait dengan kesehatan mental. Orang yang melakukannya sangat minim dalam penggunaan obat resep tertentu di antara orang-orang yang tinggal di kota.

Studi baru memeriksa data 6.000 penduduk Helsinki, Espoo, dan Vantaa yang dipilih secara acak di Finlandia, termasuk informasi tentang kunjungan ke ruang hijau dan biru serta obat resep mereka saat ini. Para peneliti dari Institut Kesehatan dan Kesejahteraan Finlandia menemukan bahwa orang yang mengunjungi ruang hijau tiga hingga empat kali seminggu memiliki kemungkinan 33 persen lebih rendah untuk menggunakan obat kesehatan mental. 

Mereka juga memiliki risiko 36 persen lebih rendah untuk menggunakan obat tekanan darah, dan 26 persen kemungkinan lebih rendah untuk menggunakan obat asma, dibandingkan dengan orang yang mengunjungi ruang hijau hanya sekali seminggu. "Frekuensi kunjungan ruang hijau yang lebih tinggi dikaitkan dengan frekuensi penggunaan obat psikotropika, antihipertensi dan asma yang lebih rendah, dan hubungan itu tidak tergantung pada status sosial ekonomi,” mereka menyimpulkan.

Tips Lakukan Meditasi

Ilustrasi yoga dan meditasi
(unsplash.com/@danewett)

Mengutip dari kanal Citizen Liputan6.com, 10 Januari 2023, jika belum terbiasa melakukan meditasi, ada baiknya jangan melakukannya dalam rentang waktu yang lama, semisal 30 menit dan dilakukan setiap hari. Lakukanlah dari hal yang kecil terlebih dahulu, seperti 5 menit tapi dalam jangka waktu 3 minggu. 

Selain itu pilih waktu yang tepat. Di antara waktu ideal dalam melakukan meditasi dapat Anda tentukanoleh diri sendiri. Seiring berjalannya waktu, Anda dapat memilih waktu yang tepat untuk bermeditasi.

Pasalnya, apabila ingin melakukan meditasi tanpa ada rasa beban yang mengintai, Anda perlu menyesuaikan dengan waktu yang cocok. Jika tidak? Akan menimbulkan demotivasi dalam diri dan meditasi pun dilakukan secara terpaksa.

Selain itu Anda harus mendapatkan kenyamanan. Hal ini menjadi penting, sebab kenyamanan adalah nomor satu agar meditasi berjalan dengan lancar dan optimal. Anda dapat mengambil posisi yang dirasa mudah dan alami.

Di samping itu, Anda bisa duduk di kursi, berbaring, atau lakukan keduanya kalau membuat Anda nyaman. Kalau Anda tidak nyaman dalam keadaan diam duduk di kursi, dapat mencoba dengan berjalan atau berdiri.

Infografis 3 Area Wajah Sering Disentuh Tangan Rentan Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 3 Area Wajah Sering Disentuh Tangan Rentan Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya