Studi: Terlalu Banyak Anak Menggunakan Produk Kosmetik Beracun

Bahan kimia beracun dalam produk kosmetik, seperti logam berat, telah dikaitkan dengan efek buruk kesehatan yang serius.

oleh Asnida Riani diperbarui 29 Jan 2023, 13:00 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2023, 13:00 WIB
Fenomena Anak-Anak Tiongkok Ber-makeup di Usia Dini, Korban Ambisi Orangtua?
Ilustrasi Model Anak-anak dengan Makeup. (Cottonbro/Pexels)

Liputan6.com, Jakarta - Anak-anak di Amerika Serikat (AS) berpotensi menggunakan produk kosmetik mengandung bahan beracun, menurut sebuah studi baru. Produk makeup dan cat tubuh yang dipasarkan khusus untuk anak-anak pun tidak menjamin keamanannya, sebut para peneliti dari Mailman School of Public Health Universitas Columbia dan organisasi nirlaba Earthjustice.

Melansir New York Post, Minggu (29/1/2023), bahan kimia beracun, seperti logam berat, telah dikaitkan dengan efek buruk kesehatan yang serius. Tim gabungan menganalisis hasil lebih dari 200 survei, menemukan 79 persen orangtua mengklaim anak-anak mereka yang berusia 12 tahun atau lebih muda menggunakan kosmetik mainan, termasuk lip gloss, cat wajah, dan glitter.

Studi yang diterbitkan di International Journal of Environmental Research and Public Health ini menunjukkan bahwa sekitar 54 persen anak-anak menggunakan produk tersebut setidaknya sekali per bulan, sementara 12 persen di antaranya menggunakannya setiap hari.

Selain itu, 20 persen anak-anak yang disurvei juga memakai produk tersebut selama delapan jam atau lebih, sementara sepertiganya mengaku tidak sengaja mengaplikasikannya. "Ada semakin banyak bukti bahan berbahaya dalam kosmetik dewasa dan CMBP dimasukkan (ke dalam kosmetik mainan), dan anak-anak lebih rentan secara biologis terhadap efek racun," kata rekan penulis Eleanor Medley.

"Dalam konteks ini, penting untuk mengungkap bagaimana riasan dan produk tubuh digunakan anak-anak guna mengkarakterisasi risiko dan meningkatkan keamanan," tambah Kendall E. Kruchten, rekan penulis studi.

 

Lebih Rentan

Fenomena Anak-Anak Tiongkok Ber-makeup di Usia Dini, Korban Ambisi Orangtua?
Ilustrasi produk kosmetik mainan anak. (dok. Jamie Street/Unsplash)

Studi ini dilakukan saat Negara Bagian New York memperketat undang-undang seputar bahan kosmetik. Mulai 1 Juni 2023, negara bagian AS itu akan melarang penjualan produk kecantikan mengandung merkuri, yang dikenal sebagai neurotoxin, yang sering ditemukan dalam bahan pencerah kulit.

Merkuri, khususnya, telah dikaitkan dengan sejumlah penyakit serius, termasuk kanker tertentu, masalah pernapasan dan ginjal, kehilangan indra tertentu, bahkan kematian. "Anak-anak sangat rentan terhadap risiko kesehatan yang merugikan terkait bahan kimia yang sering ditemukan dalam produk riasan dan tubuh," Dr. Julie Herbstman, penulis studi senior dan profesor Columbia, mengatakan.

Herbstman, yang juga menjabat sebagai direktur Columbia Center for Children’s Environmental Health, menambahkan, "Selain paparan kulit melalui kulit, pola perilaku seperti aktivitas tangan-ke-mulut juga dapat meningkatkan paparan produk melalui konsumsi tidak disengaja."

Ia menjelaskan bahwa perawakan anak-anak yang kecil, laju pertumbuhan yang cepat, perkembangan jaringan dan organ, serta sistem kekebalan yang belum matang menempatkan mereka pada risiko lebih tinggi terhadap papahan bahan kimia berbahaya.

Nilai Pasar Kosmetik

Fenomena Anak-Anak Tiongkok Ber-makeup di Usia Dini, Korban Ambisi Orangtua?
Ilustrasi model anak-anak dengan makeup. (Hong SON/Pexels)

Sampai saat ini, Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) tidak mewajibkan perusahaan kosmetik mencantumkan bahan produk mereka pada label. Sementara beberapa melakukannya, semua merek akan segera diminta melaporkan semua bahan ke FDA mulai tahun ini.

Ini menandai perubahan pertama pada undang-undang kosmetik dari jenisnya dalam lebih dari 80 tahun. Pembatasan pada industri kecantikan terjadi ketika pasar kosmetik membengkak dengan nilai global sebesar 254,08 miliar dolar AS, dan diperkirakan akan terus meroket.

Pasar global untuk kosmetik anak saja berpotensi mencapai nilai 1.795,15 juta dolar AS pada 2026, menurut perkiraan. Pada 2021, para ahli memperingatkan orang dewasa tentang keberadaan zat per dan polifluoroalkil, yang juga dikenal sebagai PFAS atau "bahan kimia selamanya," dalam produk kosmetik.

Kontaminan tersebut telah dikaitkan dengan banyak penyakit kronis, termasuk kanker. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan University of Notre Dame, para peneliti menganalisis bahan lebih dari 200 produk makeup yang beredar di pasaran.

Penggunaan PFAS

Ilustrasi
Ilustrasi makeup. (dok. unsplash.com)

Merujuk studi tersebut, para peneliti menemukan bahwa lebih dari 56 persen alas bedak dan produk mata, 48 persen produk bibir, dan 47 persen maskara mengandung kadar fluor yang sangat tinggi. Catatan ini mengindikasi penggunaan PFAS pada sejumlah produk kosmetik tersebut.

"Sangat mengkhawatirkan bahwa industri diizinkan menjual produk makeup dan tubuh yang dipasarkan pada anak-anak yang mengandung bahan kimia sangat beracun," kata Lakeendra Barajas, seorang pengacara Earthjustice.

Ia menambahkan bahwa temuan studi Columbia dan Earthjustice dapat memberikan data relevan tentang penggunaan produk ini di kalangan anak-anak. Mudah-mudahan, lanjut Barajas, badan-badan federal akan cenderung mengambil langkah-langkah untuk melindungi anak-anak dari paparan bahan kimia tersebut.

"Sayangnya, saat ini hanya sedikit yang dilakukan di tingkat federal (AS) untuk melindungi anak-anak dari bahan kimia beracun dalam riasan dan produk tubuh anak-anak," katanya.

Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan
Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya