Liputan6.com, Jakarta - Konten ibadah dan bagaimana menjalani kesehariannya begitu banyak dibagikan para diaspora Indonesia di bulan Ramadhan. Mulai dari aktivitas sahur, buka puasa, sampai sholat tarawih dan masjid yang mereka datangi di luar negeri.
Salah satunya pengalaman seorang pengguna TikTok menjalani Ramadhan di Belanda. "Bukber di masjid Indonesia di Belanda. Ya sekarang gua ada di Masjid Al Hikmah, masjid orang Indonesia yang ada di Belanda," kata Jerhemy Owen, pembuat konten di TikTok, dikutip Selasa (11/4/2023).Â
Baca Juga
Jerhemy yang seorang nonmuslim mengajak seorang temannya yang muslim untuk berbuka puasa. Ia memperlihatkan suasana di dalam Masjid Al Hikmah Belanda. Terlihat sebuah plang bertuliskan Masjid Al Hikmah berwarna hijau. "Suasananya adem banget sih. Pas banget sekarang kita lagi buka puasa, jadi ada kurma dan air juga," sambungnya.
Advertisement
Tak hanya takjil, pihak masjid juga menyediakan makanan buka puasa gratis. Terdapat kolak, teh, serta terdapat makanan khas Indonesia seperti ayam kecap, tahu goreng dan tahu isi. "Seru banget sambil makan bisa ngobrol-ngobrol sama teman yang lain juga," tuturnya lagi dalam video.Â
Ia menyoroti suasana buka puasa di masjid tersebut yang terlihat lengang dibandingkan suasana kebanyakan masjid di Indonesia di minggu-minggu pertama bulan puasa. Selesai berbuka, mereka sholat magrib dan dilanjutkan Isya serta sholat tarawih berjemaah.Â
Mengutip dari laman resmi Nahdatul Ulama (NU), Masjid Al-Hikmah atau yang juga dikenal Masjid Indonesia Al-Hikmah terletak di Medlerstraat 4, Den Haag, Belanda. Masjid yang didirikan umat Islam Indonesia di Belanda ini menempati bangunan bekas gereja.
Masjid Merupakan Bekas Gereja
Berdirinya masjid Al-Hikmah ini memperpanjang deretan masjid sebagai tempat ibadah umat Muslim di Belanda. Dari luar, bangunan Masjid Al-Hikmah tidak mirip dengan bangunan masjid pada umumnya.
Bangunan masjid berupa rumah panjang bertingkat dua tanpa kubah. Luasnya mencapai 1.000 meter persegi dan mampu menampung sekitar 1.300 jemaah sekaligus. Suasana masjid barulah terlihat saat masuk ke dalam bangunan. Terdapat di sana mihrab, sajadah, serta desain interior masjid yang sederhana tapi menghadirkan suasana nyaman.Â
Bentuk bangunan yang tidak menyerupai masjid pada umumnya ini berkaitan dengan sejarah masjid yang dulunya merupakan Gereja Emmanuel. Hal ini disampaikan Ketua Takmir Masjid Al-Hikmah, KH Nur Hasyim Subandi.
"Panitia bertanya kepada penjual gereja apakah pembelian juga otomatis dengan izin keramaiannya, dan ternyata termasuk. Akhirnya setelah ada kepastian sepreti itu, disepakati (pembelian gereja sebagai masjid),"Â kata Kiai Hasyim seperti dikutip dari NU Online.
Advertisement
Renovasi Bangunan Masjid Al-Hikmah di Belanda
Kiai yang juga menjabat sebagai Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Belanda tersebut menceritakan pada akhir 1995, umat Islam Indonesia berupaya mengumpulkan dana agar bisa mendirikan masjid. Inisiasi pendirian masjid digagas Persatuan Pemuda Muslim Eropa (PPME).
"Saat itu mereka berkegiatan di rumah sekretariat. Seiring berjalannya waktu, banyak orang Indonesia yang datang ke sini, akhirnya tempat itu sudah tidak memadai. Pada tahun 1995-1996 mereka menginisiasi panitia pembangunan masjid untuk mencari dana," jelasnya.
Usaha pendirian masjid Indonesia di Den Haag Belanda berhasil ketika seorang pengusaha Indonesia membeli gereja tersebut seharga 1 juta gulden. Pengusaha tersebut kemudian mewakafkannya atas nama kakaknya yang wafat di Leiden setelah dirawat di kota tersebut.
"Sedang dirawat di rumah sakit di Leiden kemudian meninggal dunia. Jenazah almarhum itu dirawat semuanya dengan baik. Lalu berita ini didengar oleh dia, kemudian menanyakan kepada kami apa yang bisa dibantu," jelasnya lagi.
Masjid tersebut lalu diserahterimakan pada 1 Juli 1996 atau 15 Safar 1417 H. Usai diresmikan, panitia pengurus masjid dibentuk sebagai pengelola masjid.
Pengelolaan Masjid Al Hikmah di Belanda
"Lepas dari PPME, tapi diberikan kepada seluruh Muslimin di Den Haag. Kemudian, akhirnya kepanitiaan dibentuk oleh KBRI dan ditunjuklah ketua pengurus masjid," paparnya lagi.
Dipilihnya bekas bangunan gereja untuk masjid ini tak lepas dari masalah perizinan bangunan. Bukan tentang perizinan bangunan, izin keramaian juga ternyata menjadi permasalahan. Jika Indonesia familiar dengan lantunan ayat Al-Qur’an dan shalawat dari pengeras suara di mushala maupun masjid, berbeda halnya dengan di Belanda.
Masjid di sana tidak diperkenankan memasang atau menggunakan pengeras suara di luar. Pengeras suara hanya diperkenankan digunakan di dalam ruangan.
"Speaker hanya di dalam. Boleh mengeluarkan suara keluar, namun harus izin dulu. Nanti dijaga polisi, baru boleh menyuarakan keluar," tuturnya lagi. Kini, masjid terbesar di Eropa itu dikelola oleh pengurus masjid berkoordinasi dengan Kedutaan Besar RI di Den Haag.Â
Advertisement